Loading...

Pembahasan Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) - Sejarah Peradaban Islam (Nurun Nif'ah) C3


KHULAFA AR-RASYIDIN

A. Usman bin Affan

1. Biografi

Usman bin Affan Ibn Abdi Manaf Ibn Qushay al-quraisyi, lahir di Makkah pada tahun kelima setelah kelahiran Rasulullah. Sejak kecilnya termashur dengan budi pekerti yang utama dan perbuatan yang terpuji yang oleh Fransico Gabrialo dilukiskan dengan "a gentle and piousmen". [1] Beliau termasuk salah seorang assabiqun awwalun. Beliau juga ikut dalam setiap peperangan dengan Rasulullah, kecuali dalam perang Badar. Usman juga mewakafkan sumur rumah yang di beli dari orang yahudi dengan harga dua puluh ribu dirham untuk keperluan air bagi kaum muslimin. Menyumbangkan harta sebanyak beban seribu ekor unta untuk keperluan perang Tabuk. Salah satu keistimewaan lain dari Usman adalah penguasaannya dalam bidang ilmu bahasa Arab zaman jahiliyah, di antaranya ilmu keturunan, perumpamaan, berita-berita peperangan. Beliau juga mahir dalam ilmu menentukan waktu perjalanan dagang di kalangan masyarakat Arab waktu itu. [2]

<--more-->

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwasannya khalifah Usman bin Affan lahir di Makkah pada tahun 573 M dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Affan Ibn Abi Al-ash bin umayyah bin Abdul Syam bin Abdul Manaf. Sejak kecil memiliki sifat yang dermawan, akhalak atau budi pekerti yang luhur dan terkenal sebagai khalifah yang sangat pemalu dari empat khalifah pada zaman nabi muhammad saw. Beliau termasuk orang yang pertama kali masuk islam dari kalangan 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Dan juga masyhur sebagai sosok khalifah yang sangat dermawan terbukti dari kedermawanannya yang sering kali membantu perjuangan kaum muslimin dalam bidang ekonomi karena beliau juga terkenal sebagai pedagang yang kaya raya, sahabat, pendamping, menantu sekaligus sepupu nabi muhammad saw yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam dan mahir dalam bidang ilmu bahasa Arab pada zaman jahiliyah.

2. Kondisi sosial politik masa Usman bin Affan

Setelah Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah mengantikan Umar bin Khattab banyak langkah-langkah yang diambilnya untuk merealisasi tugas kekhalifahan. [3] Masa pemerintahan Usman bin Affan dibagi menjadi dua periode yang sama enam tahun yang pertama (23- 29 H) merupakan pemerintahan yang baik dan enam tahunenam tahun kedua (30-35 H) merupakan pemerintahan yang penuh kekacauan. Berbagai keberhasilan yang diraih oleh khalifah Usman bin Affan dalam bagian pertama kepemerintahannya, diantaranya menumpas pemberontak yang mengambil kesempatan atas meninggalnya khalifah Umar bin Khattab, melakukan perluasan kekuasaan Islam. [4]

Menurut kutipan diatas dapat diketahui bahwasannya khalifah Usman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar bin Khattab menduduki posisi kekhalifahan. Yang mana khalifah Usman ini dipilih berdasarkan musyawaroh enam sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab.

Kondisi politik pada masa khalifah Usman ini dibedakan menjadi dua periode. Periode pertama adalah pada masa kejayaan khalifah usman dan periode kedua adalah masa kekacauan. Pada masa periode pertama yang terjadi enam tahun ini khalifah Usman bin Affan berhasil menumpas pemberontakan yang mengambil kesempatan atas meninggalnya khalifah Umar bin Khattab, kemudian melakukan perluasan wilayah ke Tripoli, Tbristan, Harah, Kabul, dan beberapa daerah lainnya.

Pada tahun ke 25 H memindahkan Sa'ad dari kufah dan menunjuk al Walid ibn Uqbah ibn abi Muait yang mana ia adalah sahabat dan keluaraga Usman dari pihak ibu. Dan pada tahun ke 26 H Usman memperluas Masjidil Haram dan membeli sisi samping untuk perluasan Msjidil Haram tersebut. Pada tahun ke 27 H Usman memindahkan Amr ibn al-As dari Mesir dan menunjuk Abdullah ibn Sa'ad ibn Abi Sarh menguasai Mesir. [5] Perluasan daerah juga dilakukan kedaerah pantai dengan mengarahkan angkatan laut yang di pimpin oleh Mu'awiyah bin abi Sufyan pada tahun ke 28 H. [6] Pada tahun ke 29 H beliau melakukan penambahan Masjid yang ada di Madinah memperluas dan membangunnya. [7]

Dan selanjutnya pada tahun ke 30-35 H. Pada tahun 30 H beliau menguasai provinsi-provinsi yang luas dan Usman pun mendapatkan penghasilan yang berlimpah dan kekayaan datang dari segala penjuru setelah itu Usman pun membangun perbendaharaan dan membuat keputusan menyalurkan penghasilan tersebut. Yang mana dalam peraturan nya satu orang mendapat 100 ribu sebagai derma yang pada masing-masing terdapat 400 ons dari perak. Pada tahun 31 H Abu Sufyan ibn Harb, bapaknya Mu'awiyyah meningal dan juga al-Hakam ibn Abi'l-As paman Usman dari bapak Radhiyallahhu'anhu. Disusul lagi pada tahun ke 32 H al-Abbas ibn al-mutallib ra. Paman rasulullah meninggal dan Usman menjadi imam sholat jenazah pada saat itu. Pada tahun 33 H , al-Miqdad ibn al-Aswad meninggal di tanah air nya al-Jurf dan dimakamkan di Madinah. Tahun 34 H orang-orang Khufah menolak Sa'ad ibn al-As dan lebih senang dengan Abu Musa al-Ash'ari. Dan pada tahun terakhir pemerintahannya yakni tahun 35 H terjadilah peristiwa pembunuhan terhadap Usman. [8]

3. Pemberontakan dalam negeri

Pemberontakan ini diakibatkan karena kebijakan Usman dalam bidang politik, pengelolahan secara tidak adil merupakahn sumber ketidakpuasan rakyat. Sehingga gerakan-gerakan protes muncul diberbagai wilayah Islam. [9]

Pada tahun 655 M di Kufah dan di Mesir pada tahun 656 M kesalahan yang dilakukan Usman dijadikan oleh Abdullah ibn saba sebagai momen yang tepat untuk menjerumuskan umat Islam kepda jurang perpecahan yang mana dengan lantangnya mengumumkan bahwa Usman telah merebut kekuasaan Ali. [10]

Pada kutipan diatas dapat kita ketahui bahwa masyarakat tidak suka dengan kebijakan yang dibuat oleh Khalifah Usman dikarenakan terjadi ketidak adilan. Dan dikarena adanya faktor-faktor lain. Syekh Mahmuddunnasir dalam bukunya "islam is concept and History" mengungkapkan faktor-faktor terjadinya pemberontakan tersebut, diantaranya yaitu: [11]

a) Keluaraga Umayyah adalah kelompok Quroisy yang banyak merintangi perjuangan nabi Muhammad sawmelalui penindasan, penganiayaan dan kemudian masuk Islam berdasarkan keuntungan duniawi karena mereka akan hancur apabila membangkang sewaktu penaklukan Makkah. Dan dalam masa pemerintahan Usman kelompok ini menduduki jabatan-ajabatan penting.

b) Rakyat Madinah semakin kehilangan posisi serta kedudukan dan tidak memperoleh banyak jabatan dalam pemerintahan.

c) Pemberhentian Zaid bin Tsabit sebagai sekertaris negara dan menggantikannya dengan Marwan ibn Hakim adalah sebagai bukti dominasi keluaraga umayyah dan menggeser kedudukan bani Hasyim.

d) Sifat umar yang terlalu percaya kepada Marwan dan ketidak tegasan mengatasi berbagai kemelut yang mna menimbulkan rasa tidak puasnya masyarakat.

e) Tindakan Usman membuang Abu Dzar Al Ghiffari atas pengaduan Mawiyyah Abu agar orang kaya diwajibkan membantu orang miskin.

f) Munculnya ahli fitnah yaitu Abdullah ibn saba' seorang yahudi yang masuk islam dan pernah di usir dari basrah, kuffah dan syiria akhirnya menetap di Mesir.

Jika dilihat dari faktor-faktor diatas dapat disimpulkan bahwa sebab dari ketidak sukaan masyarakat kepada Usman yaitu sikap Usman yang terkesan mengesampingkan bani Hasyim dalam kepemrintahan disisi lain masyarakat tidak suka dengan pengusa yang diangkat oleh Usman maka pada tahun 655 M terjadilah pemberontakan di Kuffah dan di Mesir 656 M. Kaum muslimin Mesir berangkat menuju Madinah dan ditengah-tengah perjalanan mereka bertemu dengan kafilah khufah dan bashroh untuk menyampaikan keluhannya. Kepada khafilah khufah dan basroh Usman berhasil memberikan pengertian dan bagi pemberontak Mesir Usman berjanji untuk mrnggantikan gubernur abdullah ibn Sa'ad dengan Muhammad ibn Abi Bakar. Dan akhirnya pemberontakan Mesir pun pulang tetapi, dalam perjalanan menuju Mesir mereka mendapatkan surat yang bersetempel khalifah yang mana isi surat tersebut memerintahkan Gubernur (Abdullah ibn Sa'ad) untuk membunuh kafilah ini sesampainya di Mesir. [12] Membaca isi surat tersebut khafilah Mesir langsung kembali untuk meminta pertanggung jawaban atas surat tersebut. Ternyata diketahui yang menulis surat tersebut adalah Marwan tanpa sepengetahuan Usman. Tetapi, ketika Usman di minta untuk menyerahkan Marwan, Usman menolak dan akhirnya rumah beliau pun langsung dikepung yang mana saat itu keluaraga Usman sedang tidak ada dirumah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dimana pada saat itu tidak ada pembelaan dari Marwan sekertaris beliau, dan juga Muawiyyah dan pembesar-pembesarn lainnya.

Di sisi lain Ali, Hasan dan Husain dan kawannya berusaha untuk membendung kaum pemberontak namun kalah dengan jumlah pemberontak yang sangat lebih banyak. Maka pemberontak berhasil masuk rumah Usman dan akhirnya pemberontak berhasil membunuh khalifah Usman yang sedang membaca al- quran pada tanggal 17 juni 656 M.

4. Perkembangan dan kemajuan

Perkembangan dan kemajuan masa khalifah Utsman bin Affan ini terjadi pada periode pertama masa kekhalifahannya yang terjadi enam tahun pada tahun 23 - 29 H. [13] Diantara keberhasilan dan kemajuan masa ini diantaranya yaitu:

a) Perluasan wilayah

b) Perluasan masjid dan penyalinan al quran

c) Sistem pemerintahan.

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwasannya terjadinya perkembangan dan kemajuan di masa khalifah Usman ini terjadi pada periode pertama. Pertama yang dilakukan Usman yaitu memperluas wilayah kekuasaan Islam ke Tripoli, Tabristan, Harah, Kabul, dan beberapa daerah lainnya bahkan sampai daerah lautan yang di lakukan oleh angkatan laut yang dipimpin oleh Mu'awiyyah bin abi sufyan. Kedua, yaitu perluasan masjid dan penyalinan al quran. Usman adalah khalifah pertam ayang melakukan perluasan Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah. Kemudian melakukan penyalinan al quran, penyalinan al quran ini melanjutkan rintisan Abu Bakar, inisiatif Umar bin Khattab, dan penyalinan al quran ini di lakukan oleh Usman di karenakan terjadi perbedaan pendapat tentang bacaan al quran. Dan yang terakhir yaitu sistem pemerintahan, Usman memberi otonomi penuh ke daerah-daerah. Dan merubah sistem pemerintahan, sehingga setiap daerah memiliki otonomi penuh.

5. Ekspansi

Ekspansi atau perluasan wilayah yang dilkukan oleh khalifah Usman ini dilakukan sampai ke daerah Tripoli, Tabristan, Harah, Kabul, dan beberapa daerah lainnya. Perluasan daerah islam juga dilakukan kedaerah pantai dengan mengarahkan angkatan laut yang dipimpin oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan pada tahun 28 H dan dapat menaklukan penduduk Cyprus ke bawah kekuasaan Islam. [14]

Dalam kutipan diatas dapat diketahui bahwasannya ekspansi yang terjadi pada zaman Usman ini mengalami kemajuan yang sangat cepat dan pesat. Tidak hanya itu Usman juga berhasil memperluas daerahnya sampai ke lautan.

Diantara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam berhasil dengan cepat adalah: [15]

a. Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan di dunia dan akhirat dengan kata lain Islam adalah agama dan negara.

b. Keyakinan yang melekat pada para sahabat tentang kewajiban menyampaikan ajaran islam ke seluruh daerah.

c. Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah.

d. Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya.

e. Rakyat tidak ingin tertindas oleh Persia dan Byzantium Timur.

f. Rakyat di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada Byzantium.

g. Wilayah daerah adalah wilayah daerah yang subur.

6. Tuduhan Nepotisme

Enam tahun kedua yang oleh para ahli disebut sebagai masa kekacauan, adalah pada saat ia mengambil kebijakan di bidang politik dengan mengangkat keluarga dekatnya menjadi gubernur yang dari itu beliau dikatakan sebagai nepotis. [16]

Dari kutipan diatas dapat kita ketahui bahwa tuduhan nepotisme itu berawal dari pengangkatan sepupu Usman menjadi gubernur. Pada periode kedua yang berjalan enam tahun terakhir dari pemerintahannya tersebut Memang benar adanya kalau Usman mengangkat sepupu-sepupunya pada kedudukan penting. Namun, Usman memiliki alasan kenapa beliau melakukan itu, hal tersebut di karenakan banyak kaum muslimin yang meninggalkan Usman. Alasan kaum muslimin sendiri itu karena pergantian Umar dengan Usman diartikan sebagai pergantian keradikalan, kekerasan dengan kelonggaran, kelemahan, dan sikap ragu-ragu. Akibatnya Usman pun banyak kehilangan sahabat dan kawan-kawannya kemudian Usman menumpahkan kepercayaannya dan kesetiannya kepada siapa lagi kalau bukan sanak kerabatnya. Dari situlah sebab munculnya Usman mengangkat kelurga dekatnya untuk dijadikan gubernur dan dari situlah tuduhan nepotisme itu muncul.

B. Ali bin Abi Thalib

1. Biografi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Khilab Al-Quraisyi. Dilahirkan di Makkah 10 tahun sebelum kerasulan Muhammad. Sedangkan ibu nya bernama Fatimah binti Asad bin Abdul Manaf, Ali adalah orang pertama dari Bani Hasyim, karena itulah muncul sifat-sifat mulia Bani Hasyim seperti kecerdasannya, kemurahan, keberanian, dan kewibawaannya. [17]

Dari kutipan diatas dapat kita ketahui bahwasannya Ali bin Abi Thalib adalah saudara sepupu nabi Muhammad saw. Dari Abi Thalib yang mana beliau adalah paman nabi dan orang yang merawat nabi Muhammad waktu kecil. Oleh sebab itu nabi saw. Merawat Ali dengan tujuan beliau ingin membalas kebaikan yang telah diberikan Abi Thalib. salah satu kebaikan yang diberikan nabi saw kepada Ali berupa kasih sayang, diberi ilmu pengetahuan dan dirawat seperti anak kandungnya sendiri. Dan Ali termasuk bagian dari assabihunal awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam) dari golongan anak kecil. Dan juga termasuk 10 orang yang dijamin dari Rasulullah yang masuk surga.

Sifat - sifat Ali yang sangat mulia ini muncul dari Bani Hasyim yang sekaligus beliau adalah orang pertama dari Bani Hasyim. Kecerdasan yang dimiliki beliau ini tidak lepas dari hasil rasulullah saw dalam merawatnya sejak kecil. Kemurahan, lapang dada, tidak pendendam, selalu menyambung silaturrahmi dan pemaaf adalah sifat beberapa sifat atau akhlak Ali yang tidak luput dari didikan meneladi rasulullah, disusul dengan sifat keberanian Ali ini terlihat saat beliau berperang kekuatan fisiknya yang sungguh tidak diragukan yang mana telah diimbangi dengan akhlaknya tersebut menambah kewibawwannya itu muncul.

2. Proses bai'at Ali sebagai khalifah

Setelah khalifah Usman bin Affan meninggal dunia, tepatnya pada 17 juni 645 M, masyarakat Islam memproklamasikan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ke empat di Masjid Nabawi. Sebenarnya, pembaiatan Ali ini terjadi tidak semulus yang yang kita fikirkan namun, terdapat riak-riuk kecil sahabat yang mentang Ali untuk dijadikan khalifah. Baik penentang tersebut secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Ada pula yang mulanya mendukung, kemudian mengugurkannya karena keinginannya tidak terpenuhi. Disilah terlihat ketidaksepakatan penunjukan Ali sebagai pengganti khalifah Utsman bun Affan. [18]

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwasannya setelah Usman wafat, paginya langsung diadakan pembaiatan Ali untuk dijadikan khalifah. Semua sahabat radhiyyahu'anhu ikut membaiatnya di Masjid Nabawi. Namun, disisi lain terdapat salah satu sahabat yang mempunyai perasaan yang tidak mengenakkan dalam membiat Ali dan disisi lain terdapat golongan yang tidak setuju atas pembaiatan tersebut. Golongan tersebut adalah kaum mu'awiyah yang menghasut rakyat untuk menentang kepemimpinan Ali. Pembaiatan Ali ini muncul dari desakan masyarakat umum, termasuk para pemberontak yang membunuh Usman bin Affan. Setelah bebrapa lama di desak akhirnya Ali pun bersedia menjadi khaliafah. Dan dari sinilah dapat disimpulkan bahwasannya kepemerintahan Ali ini tidak semudah kepemerintahan dari ketiga khalifah sebelumnya. Karena, pasti akan terjadi banyak percecokan di antara golongan yang mendukung dan menentang kepemimpinan Ali bin Abi Thalib ini. Dan khalifah Ali pun harus bekerja lebih ekstra lagi dalam urusan keperintahan dan dalam menghadapi berbagai pertentangan-pertentangan yang muncul.

3. Perang melawan Mu'awiyah

Pertempuran besar antar sesama muslim tidak bisa terelakkan lagi, dan mulailah pertempuran itu yang menentukan pada awal bulan Safar, tahun 37 H. Pasukan Ali selalu mendesak kaum Mu'awiyah. Korban terus berjatuhan di antara kedua belah pihak, Terutama yang paling banyak dari pihak Mu'awiyah. Pasukan Mu'awiyah terus terdesak mundur, bahkan berada diambang kehancuran. Sebaliknya di pihak Ali kemenangan berada di depan mata. [19] Setelah pertempuran ini berhenti, di putuskanlah bahwa pertempuran tersebut diselesaikan dengan peristiwa yang dikenal dengan Arbitrase atau Tahkim. [20]

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa pertempuran besar antar sesama Muslim ini terjadi antara golongan Ali bin Abi Thalib dengan golongan Mu'awiyah. Pasukan Ali selalu mendesak kaum Mu'awiyah untuk berusaha mengalahkan kaum Mu'awiyah. Dan akhirnya golongan keduanya saling berusaha untuk mengalahkan lawan antar golongan. Maka dari itu, terjadilah banyak korban berjatuhan yang mana korban tersebut kebanyakan dari golongan Mu'awiyah. Dan kemenangan tersebut berada di pihak Ali. Namun Mu'awiyah kurang puas dengan hasil tersebut dan terjadilah peristiwa Arbritase tersebut.

4. Perang melawan Thalhah, Zubair dkk

Setelah Ali memegang tampuk pimpinan kekhalifahan mulailah Ali membuat kebijakan baru yang sangat drastis. Kerabat Ali ini telah mencegah tindakan-tindakan itu, sampai keadaan stabil. Tetapi, Ali tetap pada pendiriannya. Akibatnya Ali mendapatkan tantangan dari keluarga bani Umayyah. Karena itulah mereka membulatkan tekad mengokohkan barisan untuk melawan Ali. [21]

Dari kutipan di atas dapat di ketahui bahwa perang melawan Thalhah, Zubair dkk. Itu terjadi karena faktor Ali yang tetap pada pendiriann tidak bisa di ganggu gugat dan tidak mau menunggu keadaan hingga stabil, yang mana beliau membuat kebijakan-kebijakan baru. Maka, sebab itu keluaraga Umayyah membulatkan tekad untuk mengokohkan barisan melawan Ali bin Abi Thalib.

5. Perang melawan Siti Aisyah

Terjadilah peperangan yang sangat hebat antara Ali dan tentaranya di satu pihak dan Aisyah dengan tentaranya di satu pihak dan Aisyah dengan tentaranya dilain puihak. Perang ini di sebut dengan perang Jamal (unta), karena Aisyah mengendarai unta ketika memimpin perang. Dalam peperangan ini pasukan Aisyah, Thalhah, dan Zubair dapat dikalahkan oleh pasukan Ali. Setelah peperangan usai orang-orang mengakui kembali kekhalifahan Ali. Gubernur diganti Abdullah bin Abbas. [22]

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwasannya perang jamal yang mana pada perang itu Aisyah mengendarai unta. Yang terjadi melawan Aisyah ini di menangkan oleh pihak Ali dan akhirnya peperangan usai lalu Ali bin Abi Thalib di akui lagi kekhalifahannya. Kemudian gubernur pun diganti oleh Abdullah bin Abbas.

6. Kemajuan dan ekspansi

Kemajuan dan ekspansi yang terjadi pada kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ini yang sangat terkenal adalah kemajuan dalam hal di bawah ini, diantaranya yaitu:

a. Memecat kepala-kepala daerah angkatan Usman. Dikirimnya kepala daerah baru yang akan menggantikannya dan semua pejabat lama wajib kembali ke Madinah.

b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Usman kepada famili-famili dan kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Usman kepada siapapun yang tiada beralasannya tanpa prosedur yang ada. [23]

Dalam pemerintahan Ali bin Abi Thalib ini ekspansi atau perluasan wilayah Islam yang dilakukan hanya sedikit mengalami kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab.

Dari kutipan diatas dapat di ketahui bahwasannya kemajuan di masa Ali bin Abi Thalib ini yang paling terkenal adalah dua kebijakan Sedangkan dalam hal ekspansi tidak terlalu banyak mengalami perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Solo: LESFI.

As-Suyuti, Jalal Ad-Din. 2003. Sejarah Khulafaur Rashidin. Jakarta: Tim Lintas Pustaka.

Fuad, Ah Zakki. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: IAIN Press.

Fuad, Ah Zakki. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: CV. Indo Pramaha.

Fuad, Ah Zakki. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.



[1] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 70.

[2] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 71.

[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 71.

[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 72.

[5] Jalal Ad-Din As Suyuti, Sejarah Khulafaur Rashidin (Jakarta: Tim Lintas Pustaka , 2003), hal. 171.

[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 72.

[7] Jalal Ad-Din As-Suyuti, Sejarah Khulafaur Rashidin (Jakarta: Tim Lintas Pustaka, 2003), hal. 172.

[8] Jalal Ad-Din As Suyuti, Sejarah Khulafaur Rasidhin (Jakarta: Tim Lintas Pustaka, 2003), hal. 174.

[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 76.

[10] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 78.

[11] Mahmudunnasir, Islam... hal. 141-142 dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal.77.

[12] Jurji Zaidan, History of Islamic Civilization (New Delhi : Kitab Bayan, 1981) hal. 38, dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal. 90.

[13] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 83.

[14] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 83.

[15] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1 (Jakarta:UI Press, 1985), 58-61 dan P.K. Hitti , Dunia Arab Sejarah Ringkas, Terj. Usuludin Hutagalung (Bandung: vorkink-van Hoeve's Gravenhage), 64-67 dalam Dudung Abdulrahman, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 52.

[16] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 78.

[17] Abbas Mahmud al-Aqqad, Abqariyatul al-Imam Ali, Terj. Bustani A. Gani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 14, dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 95.

[18] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pamaha, 2012), hal. 84.

[19] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: CV. Indo Pramaha), 2014), hal. 89.

[20] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2014), hal. 90.

[21] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal. 92-93.

[22] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 106.

[23] Ahmad Syalabi, Al-Tarikh... hal. 284, dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 105.


Download Link




Download File Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner