MAKNA DAN HAKIKAT ILMU KALAM
Makalah disusun untuk memenuhi mata kuliah
Aqidah
Ilmu Kalam
Oleh:
Alfiani Rahmawati D91218118
A’thi Wachdatul Islamiyah D91218122
Azmi
Shofiah Mar’ah D91218123
Zakiyatul
Nisa’ D71218108
Dosen pengampu: Prof.Dr.kh Ali Mas’ud,M.Ag,M.Pd
M.
Fahmi,S.Pdi,M.Hum,M.pd
Prodi Pendidikan Agama
Islam
Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya
2018
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan ridho,inayah dan kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ilmu Kalam”. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada teman
kelompok yang ikut berkonstribusi dan mengeluarkan ide pikirannya hingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami adalah manusia biasa yang mempunyai
banyak kekurangan serta keterbatasan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Dan kami berharap semoga pembaca
dapat mengerti dan mengenal lebih jauh tentang makalah tentang studi hukum
islam dan dengan makalah yang kami tulis ini kita bisa memperoleh manfaat dengan
mempelajari ilmu kalam di era modern ini.
Surabaya,
5 Sepetember 2018
Kelompok
7
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu kalam termasuk dalam pelajaran yang sangat
penting. Ilmu yang sering dibincarakan. Karna keyakinan dalam beragama harus
ditanamkan dengan keyakinan. Keyakinan inilah yang terdapat dalam ilmu tauhid.
Ilmu yang membicarakan tentang
ketuhanan. Yang kemudian seiring berjalannya waktu ilmu tauhid berubah
menjadi ilmu kalam.
Dengan bertambahnya zaman,
persimpangan antar aliran dalam islam sudah tidak terbendung lagi. Penyimpangan
inilah yang diharapkan tidak bertambah dengan adanya ilmu kalam. Dengan
membahas tentang beberapa aliran maka kita semakin paham dan menjauh dari
penyimpangan dalam suatu agama.
Dengan itu penulis membuat makalah
ini dengan tujuan memberikan keyakinan yang penuh terhadap suatu aliran dari
sedemikian banyak aliran yang menyimpang. Serta dengan adanya pembahasan ilmu
kalam kita semakin lebih bisa memilih dalam banyak aliran di dalamnya.
Mempelajari ilmu kalam juga mempelajari tentang pencipta alam semesta ini. Tak
heran ilmu ini menjadi sangat penting untuk dikaji lebih mendalam. Sehingga
dengan mempelajadi ilmu ini kita akan semakin mengenal Tuhan dan menjauh dari
hal-hal yang berbau kesesatan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Ilmu Kalam?
2.
Bagaimana latar belakang terlahirnya Ilmu Kalam?
3.
Apa fungsi mempelajari Ilmu Kalam?
4.
Apa saja nama lain dari Ilmu Kalam?
5.
Apa saja kajian yang dibahas dalam Ilmu Kalam?
6.
Apa saja sumber-sumber yang diambil oleh Ilmu Kalam?
7.
Apa hubungan Ilmu Kalam dengan ilmu lainnya?
8.
Apa persamaan dan perbedaan Ilmu Kalam dengan Tasawuf dan
Filsafat?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Kalam
2.
Untuk mengetahui latar belakang terlahirnya ilmu kalam
3.
Untuk memahami fungsi daripada mempelajari ilmu kalam
4.
Untuk mengetahui nama lain dari ilmu kalam
5.
Utnuk mengetahui kajian yang dibahas di dalam ilmu kalam
6.
Untuk mengetahui sumber yang digunakan dalam membahas
ilmu kalam
7.
Untuk mengetahi hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya
8.
Untuk memahami lebih rinci tentang persaman dan perbedaan
ilmu kalam,tasawuf dengan filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Kalam
Secara etimologis ilmu ialah pengetahuan sedangkan kalam
merupakan pembicaraan. Dahulu ilmu kalam disebut dengan ilmu tauhid. Namun
sepanjang bergilirnya waktu ilmu tauhid yang dahulu, dipecah menjadi nama ilmu
kalam. Ilmu kalam ini membahas tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
dalil-dalil yang kuat. Dalil-dalil ini dapat berupa dalil ‘aqli,dalil naqli
maupun dalil wijdani (perasaan halus).
Ada beberapa pengertian ilmu kalam secara terminologis
menurut beberapa ulama yang penulis paparkan sebagai berikut[1]:
Ø
Mustafa Abdul Raziq mendefinisikan ilmu kalam ialah
ilmu yang berkaitan dengan akidah imani yang dibangun di atas
argumentasi-argumentasi rasional.
Ø
al-Farabi mendefinisikan ilmu kalam ialah disiplin
ilmu yang membahas tentang Dzat dan sifat-sifat Allah serta eksistensi semua
yang mukmin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah
mati yang berlandaskan doktrin Islam.
Ø
Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam ialah disiplin
ilmu yang mengandung argumentasi-argumentasi tentang akidah-akidah imani yang
diperkuat dalil-dalil rasional.
Ø
Muhammad Abduh mendefinisikan ilmu kalam adalah ilmu
yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang wajib baginya, sifat mustahil baginya, Serta
sifat yang jaiz baginya, Dan membicarakan pula tentang rasulnya, untuk
menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang wajib, mustahil dan
jaiz baginya.[2]
Dari beberapa argumentasi
ulama di atas, penulis menyimpulkan bahwa ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang
berkaitan dengan akidah yang membahas tentang masalah-masalah ketuhanan dengan
menggunakan argumentasi serasional mungkin.
B.
Latar Belakang
Terbentuknya Ilmu Kalam
Munculnya ilmu kalam untuk
pertama kali terjadi disaat khalifah Utsman bin ‘Affan terbunuh yang
berujung pada penolakan khlifah Ali bin abi Thalib oleh pasukan Muawiyah.
Pasukan Muawiyah inilah yang mendukung penuh atas kekhalifahan Utsman, dengan
seperti itu ketika Muawiyah tahu bahwa khalifah Utsman mati terbunuh mereka
segera mendatangi Ali yang saat itu telah dibaiat menjadi khalifah untuk segera
menyelesaikan perkara tentang kematian khalifah Utsman yang dibunuh secara
sadis. Namun,dikarenakan situasi yang masih sedang kacau di pemerintahan maka
khalifah Ali tidak bisa menuntaskan secara cepat hingga pada akhirnya golongan
yang menuntut penyelesaian kematian khalifah Utsman memberontak. Sehingga
pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan Muawiyah berujung pada perang yang
dinamakan perang Siffin. Dinamakan perang siffin karena tempat perang terjadi
berada di siffin, yang mengharuskan selesainya perdamaian ini menggunakan tipu
muslihat dengan menggunakan tahkim (arbitrase) dari ‘Amr bin ‘Ash yang
merupakan pasukan dari Muawiyah. Tipu muslihat ini disetujui oleh khalifah Ali.
Namun persetujuan ini tidak disetujui oleh sebagian dari tentaranya. Hal ini
yng menyebabkab sebagian pasukannya memutuskan untuk keluar yang kemudian
mereka dikenal dengan nama Khawarij. Sedangkan pasukan yang tetap bersama Ali
dikenal dengan nama Syiah. Inilah yang menyebabkan lahinya ilmu kalam tentang
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang masih tetap dengan islam. Setelah
terjadinya tahkim tersebut mereka yang telah keluar dari barisan merasa
Ali telah memutuskan hal yang salah dan tidak kembsli kepada hukum yang ada pada
Al-Qur’an.[3]
Persoalan di atas
menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu[4]:
1. Aliran Khawarij (pasukan yang keluar dari barisan Ali pada saat tahkim),
aliran yang mengatakan bahwa orang yang memiliki dosa besar adalah kafir. Dalam
artian mereka yang berdosa besar telah keluar dari Islam. Sehingga mereka
disebut murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murjiah, mereka mengatakan bahwa orang yang berdosa besar tidak
kafir dan tetap dalam keislamannya. Namun untuk urusan dosa itu tergantung
Allah untuk mengampuni atau tidak.
3. Aliran Mu’tazilah, alitran yang tidak menerima pendapat yang telah
dikemukakan di atas. Menurut aliran ini mereka yang berdosa besar bukan kafir,
tetapi bukan mukmin juga. Mereka ynag mempunyai dosa besar berada dalam posisi
keduanya yaitu yang biasa disebut dengan al-manzilah bain al-manzilatain
(posisi diantar dua posisi)
Dalam
islam timbul juga teologi yang terkenal pada zamannya yaitu teologi Qadariyah
dan Jabariyah yang menurut Qadariyah bahwa manusia mempunyai kehendak dan bebas
melakukan suatu perbutan sedangkan aliran Jabariyah merupakan lawan dari
Qadariyah.
C.
Fungsi Ilmu Kalam
Fungsi
mempelajari ilmu kalam tersebut ialah:
1. Ilmu kalam membuat kita semakin yaqin kepada aliran yang dianut serta
mneghindari bebrbagai penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
2. Untuk menolak akidah yang menyimpang,perlu di luruskan dengan pembahasan
kritis. Hal ini yang menyebababkan mempelajari ilmu kalam itu sangat peting.
Sebagai salah satu landasan yang membahas tentang penyimpangan akidah.
3. Ilmu kalam membantu mukalaf yang baru mengenal untuk lebih mengenal akan
penciptanya.
4. Fungsi ilmu kalam yang lain adalah utnuk menyelamatkan hati manusia dari
kesesatan keimanan dan mengenal Tuhan. Karna ilmu ini juga berlandaskan dengan
al-Qur’an dan hadits. Jadi menggunakan rasio saja tak akan mampu menandingi isi
dari al-Qur’an dan hadits.
D.
Nama Lain Ilmu
Kalam
Ilmu kalam mempunyai beberapa nama lain di karenakan
ada beberapa alasan antara lain:[5]
·
Persoalan
yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad abad permulaan hijriah ialah
apakah kalam Allah(Al Qur’an) itu qadim atau hadist.
·
Dasar
ilmu kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran tampak jelas
dalam pembicaraan para mutakalimin. Mereka jarang mempergunakan dalil naqli (Al
Quran dan Hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan
berdasarkan dli pikiran.
Ilmu Kalam juga biasanya juga di sebut:
1. Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid ini
membahas tentang keesaan Alah Swt, berpegang pada ajaran yang di bawa oleh para
Rasul Allah Swt. Dalam ilmu tauhid, di bahas tentang arkan al iman yang ada 6 dan masalah gaib yang wajib di imani.
Sebagai teolog Muslim membedakan antara Ilmu Kalam dengan ilmu tauhid karena
secara objektif, ilmu kalam lebih di konsentrasikan pada penguasaan logika.[6]
2. Ilmu
Aqidah
Ilmu Aqidah biasanya di sebut dengan aqaid
karena ilmu ini membicarakan tentang kepercayaan islam.
3. Ilmu Ushuludin
Ilmu kalam di sebut dengan ilmu Ushuludin
karena membahas tentang prinsip-prinsip agama islam.
4. Al-Fiqh al Akbar
Abu Hanifah menyebut ilmu kalam dengan al
fiqh al akbar. Menurut beliau, hukum islam yang di kenal dengan fiqh terdiri
dua bagian, yaitu fiqh al-akbar dan fiqh al-asghar. Fiqh Akbar
membahas masalah keyakinan atau pokok-pokok agama atau tauhid. Sedangkan Fiqh
al-assghar membahas hal-hal yang berkaitan dengan muamalah, bukan pokok-pokok
agama.[7]
E. Kajian Ilmu Kalam
1. Ruang
Lingkup Ilmu Kalam
Pokok permasalahan ilmu kalam di bagi menjadi tiga
persoalan, antara lain: [8]
a. Qismul Ilahiyat
atau esensi tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat nya
masalah-masalah yang di berdebatkan
sebagai berikut:
·
Sifat-sifat
tuhan, apakah memang ada sifat tuhan atau tidak. Masalah ini di berdebatkan
oleh aliranMu’tazilah dan Asy’ariyah
·
Qudrat
dan iradat tuha. Di berdebatkan oleh aliran Qodariyah dan Jabariyah.
·
Persoalan
kemauan bebas manusia, masalah ini erat sekali dengan qudrat dan Iradat tuhan.
·
Masalah
Al Qur’an, apakah makhluk atau tidak dan apakah Al Qur’an azali atau baru.
b. Qismul Nububiyah,
hubungan yang memerhatikan antara khalik dengan makhluknya. Hal ini
membicarakan tentang hal-hal berikut:
·
Utusan-utusan
tuhan yang telah di tetapakan tuhan melakukan pekerjaan tertentu yaitu
Malaikat.
·
Wahyu
yang di sampaikan tuhan sendiri kepada para Rasul nya, baik secara langsung
atau tidak langsung maupun dengan perantara Malaikat.
·
Para
rasul itu sendiri yang menerima perintah dari tuhan untuk menyampaikan
ajarannya kepada manusia.
c. Qismul al-samiyat
atau persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati. Hal ni meliputi
sebagai berikut:
·
Kebangkitan
manusia kembali di akhirat.
·
Hari
perhitungan.
·
Persoalan
sirat(jembatan).
·
Persoalan
yang berhubungan dengan tempat pembalasan, yaitu surga atau neraka.
F. Sumber Ilmu Kalam
Sumber-sumber
ilmu kalam dibagi menjad sua, yakni dalil naqli dan dalil aqli. Dalil naqli
yaitu Al-Quran dan Hadits sedangkan dalil aqli yakni pemikiran manusia. Jadi,
ilmu kalam bersumber dari Al-Qur’an dan hadits yang perumusannya didoron oleh
unsur-unsur dari dalam dan dari luar.[9]
1. al-Qur’an
al-Quran
banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, namun
penjelasa secara detailnya tidak disebutkan di dalamnya, diantaranya:
a. Allah maha Esa, QS. Al-Ikhlas, ayat 1-4
b. Tiada sesuatu apapun yang menyerupai Allah
Swt, QS. Asy-Syura, ayat 7
c. Tiada satupun yang berhak disembah selain
Allah Swt. (diceritakan di Al-Quran dalam kisah pencarian Nabi Ibrahim As), QS.
Al-Anám ayat 76-78
d. Al-Qurán menolak penyembahan berhala, QS.
Al-Anám ayat 74
e. Al-Qurán menolak penuhanan Nabi IsaAs QS.
Al-Anám ayat 74
f.
Allah
yang maha penyayang bertahta di atas “Ársy” . Ia pencipta langit dan bumi dan
semua yang ada di antara keduanya, QS Al-Furqan ayat 59
g. Allah Swt. memiliki “tangan”, QS Al-Fath
ayat 10
h. Allah Swt. Memiliki “wajah” QS. Ar-Rahman,
ayat 27
i.
Allah
Swt. Memilik “mata” QS. Thaha, ayat 39[10]
2. Hadits
Ilmu
kalam juga bersumber dari hadits Nabi Muhammad Saw. Yang menjelaskan tentang
iman, islam, dan ihsan yang artinya:
“diriwayatkan
dari Abi Hurairah ra. berkata, pada suatu hari ketika Rasulullah Saw bersama
kaum muslimin, datanglah Jibril (dalam bentuk seorang laki-laki) kemudian
bertanya kepada beliau, “Apakah yang dimaksud dengan iman?” Rasulullah
menjawab, “yaitu kamu percaya kepada Allah, para malaikat, semua kitab yang
diturunkan, hari pertemuan dengan-Nya, para rasul dan hari kebangkitan.” Lelaki
itu bertanya lagi, “Apakah pula yang dimaksud dengan islam?” Rasulullah menjawab, “Islam adalah mengabdikan diri
kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan perkara lain, mendirikan shalat
yang telah difardlukan, mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada
bulan Ramadhan.”Kemudian lelaki itu bertanya lagi, “Apakah ihsan itu?”
Rasulullah Saw menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak melihatnya, ketahuilah bahwa dia
senantiasa memperhatikanmu.” Lelaki tersebut bertanya lagi, “Kapankah hari
kiamat akan terjadi?” Rasulullah menjawab, “Aku tidak lebih tau darimu, tapi
aku akan ceritakan kepadamu mengenai tanda-tandanya. Apabila seorang hamba
melahirkan majikannya, itu adalah sebagian dari tandanya. Apabila seorang
miskin menjadi pemimpin masyarakat, itu juga sebagian dari tandanya. Apabila
masyarakat yang asalnya engembala kambing mampu bersaing dalam mendirikan
bangunan-bangunan mereka, itu juga tanda akan terjadi kiamat. Hanya lima
perkara itu saja sebagian dari tanda-tanda yang aku ketahui, Selain itu, hanya
Allah yang maha mengetahuinya.” Kemudian Rasulullah Saw membaca Surah Luqman
ayat 34, “Sesungguhnya hanya Allah lah yang mengetahui tentang hari kiamat; dan
Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di manakah ia akan menemui
ajalnya. Sesungguhnyan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Kemudian
lelaki tersebut beranjak dari tempatnya, kemudian Rasululah bersabda (kepada
sahabatnya), “Panggil kembali lelaki itu.”Lalu para sahabat pun mengejar lelaki
tersebut untuk memanggilnya kembali, namun mereka tidak melihatnya. Rasulullah
Saw pun bersabda, “Lelaki tadi adalah Jibril As., kedatangannya adalah untuk
mengajar manusia tentang agama mereka.”[11]
3. Pemikiran Manusia
Ilmu
kalam juga bersumber dari pemikiran manusia, baik itu dari umat islam sendiri
atau dari luar umat islam. Sumber dari pemikiran umat islam diantaranya adalah
Ahmad Amin menyebutkan bahwa kemenangan yang diraih oleh umat islam dan umat
islam yang hidup pada masa kejayaan, mereka mulai berpikir tentang ajaran
agamanya dengan berbicara tentang masalah agama secara ilmiah dan filosofis.
Disebutkan, pertama Ahmad bin Haith (memeluk agama hindu sebelum masuk islam)
mempersoalkan masalah reinkarnasi, dan Abdullah bin Saba’dari persia (pemeluk
agama yahudi sebelum masuk islam) yang menganggap Raja Persia itu mempunyai
sifat-sifat ketuhanan, kemudian timbul faham menuhankan khalifah Ali ra.[12]
Kedua dari golongan mu’tazilah yang menentang argumentasi-argumentasi orang
yang memusuhi islam sehingga terjadi perdebatan rasional, dalam perdebatan
golongan mu’tazilah memakai filsafat sebagai senjata perdebatan sedangkan kaum
Yahudi dan Nasrani memakai filsafat Yunani. Masuknya filsafat Yunani ke dalam
golongan Mu’tazilah dan golongan-golongan lai memunculkan banyak pendapat dalam
umatislam. Ketiga, para mutakallimun membutuhkan filsafat Yunani untuk
mengalahkan lawan-lawannya dengan empelajari ilmu logika terutama dari seegi
ketuhanan misalnya An Nadham seorang toko Mu’tazilah yang mempelajari filsafat
Aristoteles.[13]
G. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam
Ilmu
kalam merupakan ilmu yang membahas tentang masalah yang berkaitan dengan kalam
Tuhan itu mengarah pada perbincangan yang mendalam tentang dasar-dasar argumentasi,
baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi secara
rasional itu lebih cenderung pada pemikiran yang filosopis. Sedangkan
argumentasi secara naqliyah itu lebih cenderung pada dalil-dalil al-Qur’an dan
Hadist. Pada ilmu kalam terdapat pembahasan tentang iman dan definisinya,
kemunafikan dan batasannya. Sementara ilmu tasawuf membahas tentang jalan atau
metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Kaitan antara ilmu
kalam dan tasawuf adalah ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual dalam penghayatan ilmu kalam.
H. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Filsafat
argument
Ilmu
tasawuf itu ilmu yang membahas tentang kerohanian. Jadi segala macam yang
berkaitan dengan roh adalah kajian dari ilmu tasawuf. Sedangkan ilmu filsafat
adalah ilmu yang membahas tentang pemikiran yang mendalam tentang suatu ilmu
yang saling berkaitan ini (ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu filsafat) memiliki
tingkatan masing-masing. Tingkatan pertama adalah ilmu kalam, kemudian
filsafat, dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Jadi tidak dibenarkan jika masalah.
Oleh karena itu tiga ilmu-ilmu ini diajarkan kepada orang awam.
I. Persamaan Ilmu kalam, Tasawuf, Dan
Filsafat
Objek
kajian tiga ilmu ini saling berkaitan. Kalau ilmu kalam berkaitan dengan
ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Sedangkan kajian
filsafat itu berkaitan dengan ketuhanan, masalah alam, makhluk ciptaannya.
Kalau ilmu tasawuf berkaitan dengan tuhan yakni berkaitan dengan upaya-upaya
pendekatan terhadap tuhan.
J. Perbedaan Ilmu Kalam, Tasawuf, Dan
Filsafat
Ilmu
kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang ditunjang dengan
argument-argumen rasional. Sedangkan
filsafat adalah yang mengembangkan ilmu kalam. Sementara tasawuf adalah
yang berkaitan pengalaman seseorang.
Jadi bisa disimpulkan bahwasannya
antara ilmu kalam, tasawuf, dan filsafat memiliki kesamaan, yakni sama-sama
membahas tentang ketuhanan hanya saja, kalau tasawuf itu lebih mengarah ke rasa
(dzauq), sedangkan ilmu kalam mengarah pada rasio.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara etimologis ilmu ialah pengetahuan sedangkan
kalam merupakan pembicaraan. Sedangkan secara terminologi ilmu
kalam adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan akidah yang membahas tentang
masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi serasional mungkin.
Sedangkan latar belakang terlahirnya ilmu kalam ialah
disaat peristiwa tahkim terjadi dimana peristiwa tersebut membuat pasukan Ali
kecewa dan sebagiannya memutuskan utnuk keluar dari pasukan yang mereka
kemuadian dikenal dengan nama Khawarij sedangkan pengikut setia Ali yang tetap
setia dengan tidak meninggalkan Ali saat peristiwa tahkim yang kemudian dikenal
dengan nama Syiah. Kelompok-kelompok tersebut yang akhirnya melahirkan beberapa
teologi dalam islam dan disusul oleh munculnya aliran yang lain.
Sedangkan fungsi ilmu kalam yang tak lain adalah agar
yang mempelajari ilmu kalam tersebut terhindar dari sesatnya aliran dan lebih
mengenal akan Tuhannya sehingga keyakinan yang tumbuh dalam hati akan mengakar.
Ilmu kalam juga memiliki nama lain seperti ilmu tauhid,ilmu ushuluddin, dan
fiqh al-akbar. Dengan kajian dalam ruang lingkup ilmu kalam terdapat yang
namanya Qismul ilahiyat,nubuniyah,dan al-samiyat.
Dalam ilmu kalam dengan ilmu
lainnya memiliki hubungan.
Seperti hubungan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf yaitu sebagai
pemberi wawasan spiritual dalam penghayatan ilmu kalam. Dalam kajian ilmu-ilmu
yang telah disebutkan mereka memiliki persamaan dan perbedaan. Yaitu antara
ilmu kalam, tasawuf, dan filsafat memiliki kesamaan, yakni sama-sama membahas
tentang ketuhanan hanya saja, kalau tasawuf itu lebih mengarah ke rasa (dzauq),
sedangkan ilmu kalam mengarah pada rasio
DAFTAR PUSTAKA
Al-Raziq.’Tanpa Tahun’,UIN Sunan
Ampel Press
A.Nasir, Sahilun.1991. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta:
CV.Rajawali
Hanafi,Ahmad. 1995. Pengantar Teologi Islam. Jakarta:
al-Husna Dzikra
Husain dkk.2015. Aqidah Islam. Surakarta: Putra Nugraha
Purba,Zainal
Arifin.”Persamaan
dan Perbedaan antara Tasawuf,Ilmu Kalam dan Filsafat”, Relasi
Tasawuf,Filsafat dan Ilmu Kalam, No.2,Vol 1, November 2013
Ramli,M.Idrus. 2014. Mengenal Sejarah dan Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
Antirogo: MPKis MTs”unggulan” Nuris
Rochimah,dkk.2012.
Ilmu Kalam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press
Rozak,Abdul dan Rosihan Anwar. 2012. Ilmu Kalam. Bandung:
Pustaka Setia
[1] Abdul
Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2012), 20.
[2] Ahmad
Hanafi, Pengantar Theology Islam,
(Jakarta: al-Husna Dzikra, 1995), 12.
[3]
M.idrus Ramli, Mengenal Sejarah dan Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah,
(Antirogo: MPKiS-MTs “unggulan ‘ Nuris,2013),37
[4] Abdul
Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2012), 35
[6] Al –
Raziq, Tamhid li tarikh al falsafat
al-islamiyah, 204
[11]
Rochimah,et al, dalam Muhammad bin Ismail Abu
Abdillah Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987),
Juz 1, h. 27.
[12]Rochimah,et
al dalam Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, h.44.
[14] Zainal
Arifin Purba,”Persamaan dan Perbedaan antara Tasawuf,Ilmu Kalam dan Filsafat”, Relasi
Tasawuf,Filsafat dan Ilmu Kalam, No.2,Vol 1 (November,2013),352-355
ConversionConversion EmoticonEmoticon