Loading...

Pembahasan Khulafa ar-Rasyidin (Abu Bakar As-shiddiq dan Umar bin Khattab) - Sejarah Peradaban Islam (Muhammad Fajar Maulana) A2


ABU BAKAR AS-SIDDIQ DAN UMAR BIN KHATTAB

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

SEJARAH PERADABAN ISLAM


Dosen Pengampu:

Dr. H. Ahmad Zakky Fuad, M.Ag

Ditulis Oleh:

M. Fajar Maulana (D01218035)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018


BAB II

PEMBAHASAN

A. Abu Bakar As-Siddiq

1. Biografi Abu Bakar As-Siddiq

Abdullah adalah nama yang diberiakan kepada Abu Bakar oleh orang tuanya. Sedangkan ayahnya sendiri bernama 'Utsman setelah masuk Islam, namun pada umumnya dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Abu Quhafah. Ummul Khair Salamah adalah nama ibundanya, kedua orang tuanya termasuk dalam kabilah Bani Taim dari suku Quraish. Kabilah ini memiliki kedudukan tinggi di Arabia, Abu Bakar sendiri lahir pada tahun Gajah.

Pada masa mudanya Abu Bakar dikenal dengan akhlaknya yang mulia, membantu orang miskin, memberikan hiburan bagi yang mendirita, ramah tamah serta penuh kejujuran. Abu Bakar sendiri meraih kesuksesannya ketika berdagang kain, sampai dikenal ialah pedagang terkaya dari suku Quraish. [1]


Dari kedua paragraf diatas bisa dijelaskan bahwa nama asli Abu Bakar adalah Abdullah, nama Abu Bakar sendiri adalah kunyah atau nama panggilan yang berhubungan dengan keturunan laki-laki. Sedangkan Abu Bakar adalah dari kabilah yang terpandang di Arabia. Meskipun kabilahnya terpandang di Arabia, Abu Bakar meraih kesuksesannya sebagai pedagang tersukses kaum Quraish bukan dari nama besar kabilahnya, melainkan ia menjalani profesinya sebagai pedagang kain. Adanya cerita diatas bisa diambil pelajaran meskipun kita hidup berkecukupan kita tidak boleh berdiam diri. Karena kesuksesan seseorang tidak didapat dengan instan atau hanya dengan mengandalkan kekayaan keluarga, hanya dengan bersungguh-sungguh dan bekerja keraslah kesuksesan bisa kita raih.

Pada masa mudanya pun Abu Bakar dikenal sebagai orang yang ramah, walau dari kabilah yang terpandang ia tak malu untuk bergaul dengan orang-orang biasa, bahkan ia sering membantu orang miskin serta menghibur orang yang menderita. Dari sifatnya itulah Abu Bakar menjadi orang yang sangat dihormati oleh semua orang.

2. Konsep Dasar Khilafah Abu Bakar

Setelah wafatnya Nabi Muhammad harus ada orang yang meneruskan tonggak perjuangan Nabi, agar semua yang dicita-citakan Nabi bisa tercapai. Tentang konsep pemimpin penerus Nabi ini terdapat dalam QS al-Baqarah ayat 30, menyatakan, bahwa sesungguhnya khilafah merupakan tugas positif yang dibebankan kepada Adam dan anak cucunya dibumi. Demikian pula khilafah mengandung makna pengangkatan khalifah dari Allah untuk manusia dibumi sebagai penghormatan kepadanya [2]

Disimpulkan, bahwa harus ada pemimpin setalah wafatnya Nabi agar tidak terjadi perpecahan umat, dan bila ada masalah yang sukar untuk diselesaikan bisa dikonsultasikan kepada pimpinan umat atau khalifah. Karena pada saat itu segala urusan Eksekutif, Legislatif, dan yudikatif masih dipegang oleh penguasa tertinggi yakni khalifah. Karena itu khalifah memiliki peran yang sangat penting pada masa itu.

3. Proses Pembentukan Khilafah

Tentang pembentukan khilafah didasari atas meluasnya kota Madinah sebagai pusat kekuasaan Islam, sebagian wilayah Arabia pun telah dikuasai Islam namun hanya sepertiga wilayah saja yang benar-benar melaksanakan ajaran Islam. Dikerenakan ketidak cakupan alat perhubungan dan tidak teraturnya cara-cara pengembangan agama.

Wilayah Islam yang semakin meluas pasca wafatnya rasul, kurang taat menjalankan ajaran islam didaerah sebagian arab dan tidak teraturnya cara-cara pengembangan ajaran islam. Hal-hal tersebut yang mendorong pembentukan khilafah dalam islam [3]

Sedangkan untuk pemilihan khalifah sendiri, kaum Muhajirin dan kaum Anshar memiliki orang-orangnya sendiri untuk diajukan sebagai pemimpin umat Muslim atau khalifah. Abu Bakar, Umar bin Khattab serta Abu Ubadah bin Jarah yang berangkat ke pertemuan Saqifah dianggap sebagai perwakilan dari kaum Muhajirin, sedangkan kaum Anshar sendiri menghadirkan Sa'ad bin Ubadah sebagai pemuka suku Khajraj.

Dari semua keterangan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pemilihan khalifah tidak berlangsung secara mudah melainkan diwarnai dengan beda pendapat yang sangat sengit antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Dari suku-suku kaum Anshar sendiri pun mengalami beda pendapat tentang wakil yang akan diajukan sebagai khalifah, karena kaum Anshar pernah mengalami perpecahan antar suku, jadi jika salah seorang dari satu suku yang akan menjadi khalifah ditakutkan kebijakan pemerintah akan lebih berpihak pada suku itu dan akan mengakibatkan pemberontakan disuatu hari nanti.

Pertemuan yang membahas tentang pemilihan khalifah dan dilakukan di Saqifah ini, Abu Bakar terpilih sebagai Khalifah. Terpilihnya Abu Bakar sendiri kerena mendapat suara terbanyak dari suku-suku di Madinah. Sesuai dengan perkataan Nabi "kaum Quraisylah yang bisa memimpin" sebagaimana yang disampaikan Abu Bakar di pertemuan Saqifah. Perkataan Nabi inilah juga yang membuat Abu Bakar terpilih sebagai khalifah. Abu Bakar berkata seperti itu bukan untuk mengunggulkan dirinya melainkan, jika kepemimpinan atau khalifah jatuh padasalah satu kaum Anshar ditakutkan terjadi pemberontakan, mengingat kaum Anshar pernah mengalami perpecahan antara suku Khajraj dan Aus. Itulah alasan mengapa Abu Bakar terpilih menjadi khalifah, selain dari suku Quraisy, Abu Bakar juga orang yang selalu setia menemani kemanapun Nabi pergi.

4. Kondisi Sosial Politik Pasca Nabi Muhammad Saw Wafat

Perang terhadap orang-orang murtad merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh pemerintahan yang baru. Terutama setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Saat itu, Abu Bakar harus memperlihatkan otoritasNegara, dan harus memperlihatkan pula terhadap suku-suku Arab yang jelas-jelas menolak otoritas tersebut. Umat Islam umumnya percaya bahwa Abu Bakar melaksanakan perang itu karena suku-suku itu murtad dan mengikuti nabi palsu atau karena menolak dalam membayar zakat.setelah konsolidasi kekuasaan politik diseluruh semenanjung Arab tercapai, kegiatan ekspedisi ekspansif barulah dimulai menuju ke kerajaan Bizantium dan Sassanid. [4]

Pasca wafatnya Nabi Muhammad, pemerintahan dipegang oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Dalam pemerintahan Abu Bakar ini masih banyak masyarakat yang menolak otoritas negara dan tidak sedikit orang yang murtad. Tak hanya murtad, nabi palsu pun bermunculan pada masa pemerintahan Abu Bakar, selain banyak bermunculan nabi palsu banyak pula masyarakat yang menolak membayar pajak. Maslah politik ini bisa diselesaikan oleh Abu Bakar dengan penumpasan oleh kekuatan atas nama Negara. Setelah masalah politik dalam negri telah usai barulah Abu Bakar melakukan ekspedisi ekspansif keluar semenanjung Arab yakni kerajaan Bizantium dan Sassanid.

5. Problematika Masa Pemerintahan

Sebagai Negara muda dengan khalifahnya pertamasejak awal pemerintahannya telah berhadapan dengan persoalan-persoalan:

a. Timbulnya kabilah-kabilah yang merasa tidak terikat lagi dengan kekuasaan politik Madinah sehubungan dengan telah meninggalnya Rasulullah.

b. Munculnya nabi-nabi palsu.

c. Munculnya orang-orang murtad.

d. Banyaknya orang yang tidak mau membayar zakat. [5]

Sebagai khalifah yang pertama Abu Bakar sudah menemui banyak masalah, tetapi dengan sikapnya yang bijaksana beliau mampu menyelesaikan semua masalah yang ada. Untuk pertasinya Abu Bakar termasuk sukses karena mampu menyelesaikan masalah dalam negri dan mengirim pasukan untuk kegiatan ekspedisi ekspansi keluar Arab.

6. Perkembangan Dan Ekspansi

Di antaranya adalah dengan ditandai sebuan ke Sham, Ajnadin, yarmuk, pelestina. Perlu diketahui pula, bahwa bangsa Arab yang berada dibawah kekuasaan asing berpusat di Hirah dibawah Persia. Abu Bakar mengirim pasukan menuju Hirah dibawah panglima Khalid bin Walid. Sedangkan ke Sham Abu Bakar membagi menjadi empat bagian yaitu:

a. Panglima 'Amru bin Ash, dengan tujuan Bandar Ailah di Teluk Aqabah selanjutnya menuju ke Palestina.

b. Panglima Sharahbil bin Hassana, dengan tujuan kota benteng tabuk, selanjutnya menuju ke Yordania.

c. Panglima Yazid bin Abi Sufyan, tujuan Damaskus, Syiria Selatan. Dia dibantu Muawwiyah bin Abi Sufyan.

d. Panglima Abu Ubaidah al-Jarrah, ke Homs, Syiria Utara, ibukota Antokia. [6]

Dengan masa jabatan yang hanya dua tahun kepemimpinan khalifah Abu Bakar bisa dibilang berhasil kerena selain mampu menyelesaikan masalah yang sangat rumit didalam negri, beliau pun mampu mengembangkan Islam dan melakukan ekpedisi ekspansif keluar semenanjung Arab.

B. Umar bin Khattab

1. Biografi Umar bin Khattab

Umar adalah khalifah kedua dari Islam. Beliau juga dikenal dengan Abu Hafs, sedangkan julukan Al-Faruq sendiri diterima saat beliau telah masuk Islam. Beliau putra dari Khattab dan Ibundanya bernama Hantamah. Hubungannya dengan Nabi dalam turunan ke delapan. Usianya, tigabelas tahun lebih muda dibanding Nabi. Beliau berasal dari marga 'Adiyy yang memiliki posisi menonjol diantara kaum Quraisy. Marga ini dipercaya dalam menyiapkan pengawal dan arbitrase dalam kasus perselisihan. Ketika masih muda, Umar ahli dalam ilmu keturunan, seorang prajurit yang berkemampuan tinggi dan pegulat serta ahli pidato yang besar. [7]

Dari keterangan diatas bisa disimpulkan, bahwa sejak muda umar sudah menunjukkan bakatnya sebagai prajurit yang tangguh, ditambah dari magranya 'Adiyy yang mempunyai kedudukan menonjol dalam suku Quraisy dan dipercaya dalam menyiapkan pengawal dan arbitrase dalam suatu perselisihan. Disaat beliau menjadi khalifah semua tentang pengalaman keprajuritannya sangat bermanfaat bagi perluasan wilayah. Tak mengherankan jika pada masa pemerintahannya wilayah Islam menyebar luas hingga ke Eropa.

2. Perkembangan Masa Pemerintahan

Telah ditunjukkan bahwa kampanye yang dijalankan di bawah perintah Khalifah pertama Islam terhadap perbatasan Persia dan Syiria hanyalah sarana pertahanan, tidak diilhami baik oleh ambisi maupun kehausan wilayah ataupun semangat pengislaman. Mereka hanyalah dimaksudkan untuk menekan elemen kekecauan di wilayah ini yang mengganggu kedamaian internal Arabia. Kampanye ini dibatasi kedalam wilayah khusus bependuduk Arab. Dalam mengambil kendali pemerintahan ditangan 'Umar mengikuti kebijakan perbatasan dari pendahulunya dengan watak keberanian dan kekuatannya, dengan hasil bahwa dalam jangka waktu beberapa tahun, kedua kekaisaran tetangganya itu yakni Persia dan Romawi ambruk dihadapan pasukan Islam. [8]

Dari semua keterangan diatas bisa dijelaskan, bahwa ketika saat kepemimpinan khalifah pertama yakni Abu Bakar wilayah Islam sudah menyebar keluar perbatasan Persia dan Syiria tapi hanya sebatas sarana pertahanan dan tidak ada kehausan perluasan wilayah ataupun semangat pengislaman. Tapi ketika kepemimpinan diambil alih oleh 'Umar bin Khattab dikarenakan wafatnya Abu Bakar, Islam mampu menggulingkan dua kekaisaran besar yakni Persia dan Romawi.

3. Ekspansi Pada Masa Pemerintahan 'Umar bin Khattab

Setelah Nabi Muhammad SAW, 'Umar bin Khattab adalah tokoh besar utama dalam hal penyerbuan ke daerah sekitarnya. Tanpa penaklukannya yang luas diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa Nabi Muhammad adalah penggerak utama perluasan Islam, akan tetapi merupakan kekeliruan besar apabila kita mengecilkan peran 'Umar bin Khattab r.a. dalam perluasan islam. Sedangkan wilayah yang pernah terkena ekspansi 'Umar bin Khattab adalah:

a. Ekspansi ke Syiria

b. Ekspansi ke Irak dan Persia

c. Ekspansi ke Mesir [9]

Seperti yang terdapat dalam biografinya, dengan sifatnya yang kuat dan pemberani, 'Umar bin Khattab sejak muda memang berbakat dalam hal kemiliteran. Ini semua dibuktikan ketika beliau menjabat sebagai khalifah Islam kedua setelah wafatnya Abu Bakar dalam masa kepemimpinannya Islam memiliki wilayah yang sangat luas dan pasukan Islam mampu mengalahkan kekuasaan Persia dan Romawi.

4. Kebijakan Masa Pemerintahan 'Umar bin Khattab

a. Bidang Kemiliteran

'Umar bin Khattab menaruh minat yang besar kepada bidang kemiliteran di Madinah, Kufah, Basrah, Mesir, Damaskus, Hems, dan Palestina. 'Umar membagi menjadi tentara regular dan sukarelawan atau cadangan. Dan ia membangun tangsi-tangsi militer yang besar di Armenia dan Azerbyzan. [10]

Dari semua pernyataan diatas bisa diambil kesimpulan, bahwa 'Umar menaruh perhatian yang sangat besar dibidang kemititeran. Semua ini tak sia-sia kerena pada masa pemerintahan 'Umar pasukan muslim bisa menggulingkan dua kekaisaran besar yaitu Persia dan Romawi.

b. Bidang Sosial Politik

'Umar mengadakan peraturan-peraturan baru dalam pemerintahannya untuk memperpesat kemajuan seperti ia mengatur kantor-kantor, meletakkan dasar-dasar peradilan dan administrasi, mengadakan baitul mal, mengadakan hubungan pos ke daerah-daerah, menempatkan pasukan-pasukan diperbatasan dan lain-lain. Inti dari semua ini dibuat dengan sistem musyawarah. [11]

Setelah mengalami perluasan wilayah yang sangat besar, khalifah 'Umar segara membenahi segalanya mengenai sosial politik seperti membagi provinsi-provinsi, membangun kantor-kantor dan baitul mal. Islam mengalami perkembangan pesat dalam bidang sosial politik sewaktu khlifah 'Umar memimpin.

c. Bidang Ekonomi

Untuk kestabilan sektor ekonomi, khalifah 'Umar meningkatkan kas negara yang bersumber dari:

1) Zakat.

2) Jizyah, pajak perlindungan dari warga non muslim.

3) Kharaj, pajak penghasilan dari tanah yang ditaklukkan.

4) Khumus, harta rampasan yang diambil seperlima untuk negara.

5) Usyur, pajak tanah pertanian milik negara dan pajak pedagang non muslim di wilayah Islam. [12]

Dari keterangan diatas bisa dilihat, bahwa sangat banyak pemasukan yang didapat dari pajak, sedangkan pada waktu itu pun wilayah Islam pun sudah sangat luas. Jadi pada waktu itu ekonomi umat Islam sangat baik, dikarenakan banyak pajak dari wilayah kekuasaan Islam yang luas.

d. Bidang Pengadilan

Tentang pengadilan, 'Umar bin Khattab mempercayakan kepada Qadli (hakim). Qadli lah yang memutuskan perkara-perkara yang terjadi dimasyarakat. 'Umar mengankat Qadli di Basrah, Kufah dan wilayah lainnya. Untuk memantau keadilan dilaksanakan atau tidak beliau membentuk mata-mata atau intelegen. [13]

Dalam bidang pengandilan, khalifah 'Umar juga sangat teliti sampai-sampai beliau membentuk intelegen, guna memantau apakah keadilan sudah ditegakkan atau belum.

e. Bidang Pertanian

Dalam bidang pertanian 'Umar membangun kanal-kanal irigasi, sumur-sumur dan tangki diwilayah kekuasaan yangluas. Ia membentu Departemen Kesejahteraan Rakyat, yang mengawasi pembangunan dan melanjutkan rencana-rencana. [14]

Tak hanya bidang kemiliteran saja yang diperhatikan oleh khalifah 'Umar, bidang pertanian pun mendapat perhatian yang ekstra dengan dibangunnya kanal-kanal, sumur-sumur dan tangki diwilayah Islam yang luas. Semua itu untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan umat Islam.

f. Bidang Pendidikan dan Penyebaran Islam

Kebijakan 'Umar bin Khattab dalam bidang pendidikan adalah bahwa ia membangun sarana pendidikan dan jawatan agama yang menyangkut penyebaran Islam, menghimpun dan mengajarkan Al Qur' an, pengiriman sahabat-sahabat ketempat jauh, menyuruh para sahabat untuk mengajarkan Hadits dan Fiqh, mengadakan ijma' tentang masalah agama, pengangkatan Imam dan Muazzin. Menentukan kafilah haji, pembangunan masjid Nabawi dan Masjidil Haram serta pengaturan penerangan masjid dan pengaturan penutup lantai. [15]

Dari semua kebijakan-kebijakan khalifah 'Umar diatas bisa dibayangkan betapa semangatnya khalifah 'Umar dalam bidang pendidikan dan penyebaran Islam. Dan semua itu menjadi kenyataan pada masa pemerintahan setelah 'Umar yakni 'Utsman Islam menyebar luas ke belahan dunia.



[1] Muhammad Ali, The Early Caliphate, Trj. (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), hal. 9.

[2] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal. 41.

[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 43-44.

[4] Abdullah Ahmed An-Na 'im, Islam dan Negara Sekular, (Bandung: PT Al-Mizan,2007), 94-95 dalam buku Ridlwan Abu Bakar, dkk. Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hal. 120.

[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 50.

[6] Abdullah Ahmed An-Na 'im, Islam dan Negara Sekular, ...hal. 98-110 dalam buku Ridlwan Abu Bakar, dkk. Sejarah Peradaban Islam ,... , hal. 121.

[7] Muhammad Ali, The Early Caliphate, Trj. ... hal. 69.

[8] Muhammad Ali, The Early Caliphate, ... hal. 76-77.

[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 60-63.

[10] Jamil Ahmad, Hundred......hal. 29. Dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 66.

[11] Depag, ensiklopedi Islam (jakarta: Depag, 1993), hal. 1259. Dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 67.

[12] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 69.

[13] Suyuti Pulungan, Fiqh.....hal. 135. Dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 70.

[14] Jamil Ahmad, Hundred...hal. 27-28. Dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 71.

[15] Syibi Nu' man, 'Umar...hal. 370-393. Dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ... hal. 71.


Download Link




Download File Khulafa ar-Rasyidin (Abu Bakar As-shiddiq dan Umar bin Khattab)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner