Loading...

Bani Umaiyyah - Sejarah Peradaban Islam (Mochamad Rizky Pratama Putra) A4


DINASTI UMAIYAH

A. Masa-Masa Terbentuknya Dinasti Umaiyah

Dinasti Umaiyah berasal dari nama Umaiyah ibnu Abdi Syams ibnu Abdi Manaf. Bani Umaiyah merupakan orang-orang arab Quraisy yang merupakan sepupu dari bani hasyim dengan sanad satu keluarga dari Abdu Manaf. Di dalam sejarahnya Bani Umaiyah dan bani Hasyim selalu berebut kekuasaan namun hal ini tidak menimbulkan kebencian dan permusuhan antar satu kaum dengan kaum lainnya. Akan tetapi ketika Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Nabi untuk menyebarkan agama islam, persaingan antar bani Umaiyah dan bani Hasyim berubah menjadi permusuhan karena tidak ingin Nabi Muhammad SAW mengajarkan Agama Islam sehingga mereka (bani Umaiyah) dengan tegas menentang Nabi dalam usaha-usahanya dalam menyebarkan ajaran-ajaran islam. Akan tetapi dari bani Hasyim baik yang sudah masuk islam maupun belum masuk islam selalu siap membela Nabi.


Bani Umaiyah (dari Bani Hasyim) memiliki pengaruh besar dalam kekuasaan di arab karena dari Umaiyah sendiri ia termasuk dalam keluarga bangsawan dan memiliki 10 orang putra yang terhormat di masyarakat serta memiliki cukup kekayaan yang semua itu menjadikannya pantas mendapat jaminan sebagai pemegang kehormatan dan kekuasaan. Hal lainnya juga tertera pada saat perang badar. Disaat Abu Sufyan sang pemilik iring-iringan unta pembawa barang dagangan dari Syams ke Makkah mengetahui Bahwa kaum Muslimin di Madinah akan mencegat nya. Maka dari itu Abu Sufyan meminta kaum Quraisy untuk membantunya sehingga bergeraklah kafilah dari Syams dan kelompok penolong dari Makkah dibawah pimpinan Bani Abdi Syams dengan penduduk kota Makkah dalam pimpinan Abu jahl dan Utbah ibnu Rabi'ah ibnu Abdi Syams.

Dengan kisah diatas dapat dimengerti bahwa Bani Umaiyah selalu memusuhi kaum Muslimin dan Bani Umaiyah sendiri merupakan musuh kaum Muslim yang paling keras dengan agama islam. Akan tetapi hal itu sangat berbeda ketika bani Umaiyah telah menganut agama islam di saat para kaum Muslimin yang di pimpin oleh Rasulullah SAW bersama para [1] pengikut nya menyerbu kota Makkah sehingga taka da jalan lain bagi kaum Quraisy selain bergabung kedalam jalan islam dan " bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah". Sehinga mulai dari situ berubahlah mainset (pemikiran) bani Umaiyah kepada islam yang sebelumnya sangat keras terhadap Nabi maupun para pengikutnya menjadi para Mujahidin islam yang semanagat dalam membela islam.

Karena sebelumnya merupakan kaum yang memusuhi islam, Bani Umaiyah setelah masuk islam mereka menunjukkan semangat juang yang tinggi dalam perjuangan-perjuangan kaum muslimin untuk menebus kesalahan-kesalahan dan mengejar keterlambatan-keterlambatan akibat masa lalu saat memusuhi kaum muslimin.

Daulah Umaiyah awal terbentuknya pada saat Usman terpilih menjadi khalifah setelah Umar, namun belum berdiri secara resmi kekhalifahan Umaiyah. Akan tetapi melalu kekhalifahan Usman dan dengan diangkatnya Mu'awiyah sebagai gubernur di daerah Syam secara tidak langsung telah berdiri kekhalifahan Umaiyah dengan menaruh harapan pada Usman dan juga berkuasanya Mu'awiyah. [2]

Akan tetapi setelah terbunuhnya Usman banyak dari keluarga-keluarga Usman yang merasa tidak senang akan hal itu yang kemudian disaat Ali diangkat menjadi Khalifah dan ia memberhentikan para pejabat yang diangkat Usman termasuk Mu'awiyah, mulai timbul rasa tidak senang dari bani Umaiyah terhadap Ali sehingga terjadilah pemberontakan dengan menjatuhkan nama baik Ali di mata umat muslim pada saat itu. Dengan Mu'awiyah mengekspoitir baju Usman yang berlumuran darah dan potongan jari-jari istri Usman di masjid Damaskus, Mu'awiyah menuntut Ali untuk menemukan dan menghukum pembunuh Usman atau jika tidak Ali lah yang menjadi terdakwah atas terbunuhan Usman. [3]

Dengan kondisi seperti ini pula Mu'awiyah memanfaatkan untuk jatuhnya kekhalifahan Ali. Sehingga pada saat peristiwa pengangkatan Al-Qur'an diujung tombak dari pihak Mu'awiyah yang mana pada saat itu pasukan Ali hampir saja mendapat kemenangan atas perang melawan Mu'awiyah pada perang Shifin. Dan telah diturunkan Ali sebagai khalifah dan turunnya Mu'awiyah juga sebagai solusi permasalahan. Kemudian terjadilah pengangkatan Mu'awiyah oleh Amr bin Ash dengan ia berkata "Sesungguhnya orang ini telah berkata sebagaimana yang kalian dengar dan dia telah memberhentikan temannya, akupun memberhentikan sahabatnya sebagaimana ia memberhentikannya, dan sekarang aku mengangkat Mu'awiyah sahabatku, sebab ia seorang kerabat yang berhak menuntut bela terhadap darah Usman dan orang yang berhak menggantikan kedudukannya". Dengan adanya peristiwa ini telah turunlah kekuasaan Ali sebagai khalifah kepada Mu'awiyah secara tidak resmi. Sampai pada akhirnya Ali terbunuh oleh Ibnu Muljim. Dan kemudian diangkatnya Hasan sebagai pengganti Ali. [4]

Namun pemerintahan Hasan tidaklah lama yang kemudian jatuh di tangan Mu'awiyah karena telah mengalami berbagai kesulitan-kesulitan dalam masa kekhalifahannya dan ia menyerahkan kekhalifahannya kepada Mu'awiyah dengan syarat :

1. Mu'awiyah tidak menaruh dendam kepada penduduk irak.

2. Menjamin keamanan, dan mema'afkan kesalahan-kesalahan mereka.

3. Membayar pajak atas tanah negri Ahwaz kepadanya setiap tahunnya.

4. Membayar 2 juta dirham kepada Husein.

5. Pemberian kepada Bani Hasyim harus lebih banyak daripada Abdi Syams.

Dan dengan diajukan persyaratan-persyaratan itu telah sampailah Mu'awiyah pada kekhalifahannya. [5]

Dengan demikian, didalam pembentukan Daulah Umaiyah terdapat banyak sekali persoalan didalamnya baik itu sebab-sebab maupun hambatannya. Banyak terjadi peperangan didalam kisahnya, yang tidak lain untuk menuntut keadilan atas terbunuhnya Usman yang tidak terlalu diperhatikan.

Kepemimpinannya dan pembentukannya dipelopori oleh Mu'awiyah yang mana saat itu memegang kekuasaan di wilayah Syam. Bani Umaiyah sendiri merupakan para bangsawan di kota Makkah yang mana sebelum masuk Islam merupakan salah satu dari kaum yang paling membenci Rasulullaah SAW dalam mengajarkan agama islam. Dan semua berubah ketika telah masuk islam. Jadi adalah salah jika ada pandangan buruk kepada Bani Umaiyah yang merupakan musuh umat Muslim yang dengan sengaja menjadikan kekuasaan umat Muslim dibawah kekuasaannya sendiri.

B. Masa-Masa Perluasan Wilayah

Di dalam sejarah, ke khalifahan Bani Umaiyah membawa kemajuan besar dalam peradaban maupun kekuasaan islam. Diantaranya yaitu perluasan wilayah kekuasaan islam ke daerah Asia kecil, Afrika utara, dan sebagainya juga kemajuan-kemajuan dalam bidang administrasi, pemerintahan, ekonomi, sains dan peradaban, politik kenegaraan, pendidikan. Dengan semua hal tersebut tidak heran jika pada masa Daulah Umaiyah merupakan masa-masa keemasan kaum muslimin dan masa- [6] masa itupun juga bertahan selama 91 tahun yang kemudian digantikan oleh Bani Abbasiyah. [7]

Adapun peta wilayah kekuasaan pada dinasti Umaiyah sebagai berikut

[8]

Setelah melihat peta diatas, Kita akan lebih mudah dalam mempelajari bagaimana perluasan wilayah islam pada masa dinasti Umaiyah yang saat ini akan kita bahas.

Perluasan wilayah Bani Umaiyah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu front Asia kecil, front Afrika utara, front Timur. [9]

1. Front Asia Kecil

Pada masa penyerangan di asia kecil ini kaum muslimin merupakan penyerangan untuk merebut kembali wilayah kaum muslimin yang telah direbut oleh bangsa romawi yaitu beberapa daerah di Armenia. Pada masa ini Mu'awiyah juga bertujuan untuk menanklukan Konstantinopel yang mana kota tersebut merupakan ibu kota kerajaan Bizantium. Karena memang dengan menaklukan ibukota Bizantium dapat terjaga keamanan wilayah muslim di daerah Armenia.

Persiapan Mu'awiyah saat itu pun tidak main-main. Ia mempersiapkan armada perang sekitar 1700 armada laut berupa kapal lengkap dengan perbekalan dan persenjataan yang kemudian Ia menyerang pulau-pulau kecil dan berhasil menduduki pulau Rhodes pada tahun 53 H, dan pulau Kreta pada tahun 54 H, serta pulau Silica dan pulau Arwad.

Setelah itu barulah Mu'awiyah menyerang konstantinopel dengan mengepungnya. Pengepungan ini berlangsung selama 7 tahun. Namun pengepungan itu tidaklah membuahkan hasil melainkan malah hal ini dibuktikan dengan mundurnya kaum muslimin dari penaklukan konstantinopel yang entah dari mana penyebab mundurnya. Namun di sebagian cerita di ceritakan bahwa armada-armada perang pada saat itu mengalami kebakaran karena lontaran api. Dan peristiwa ini pula terjadi setelah penyerahan jabatan dari Mu'awiyah ke Yazid anaknya

Sehingga terebut kembalilah daerah kekuasaan kaum Muslim di beberapa wilayah Armenia oleh Byzantium dan akhirnya hanya dengan membayar kepada Byzantium agar dapat tetap terjaga keselamat kaum Muslimin.

Hingga sampai pada masa-masa kepemimpinan Abdul Malik yang kemudian merebut kembali kekuasaan atas daerah-daerah muslim yang telah di rebut (Armenia) dan juga berhasil menaklukan Mashaishah dan dilanjutkan dengan Al Walid dengan niatnya atas pendudukan [10] konstantinopel. Namun tetap tidak berhasil mendudukinya. Sampai juga pada masa Sulaiman ibnu Abdil Malik yang kemudian bekerja-sama dengan Leon al Mar'asyi. Namun gagal juga karena terjadi penghianatan Leon kepada kaum Muslim.

Sehinga dapat disimpulkan bahwa pada masa ini umat Muslim belum bisa berhasil merebut kekuasaan (menaklukan) konstantinopel. Dan dengan sebagian besar pertempurannya melawan Bangsa Byzantium. Dan perluasan wilayahnya adalah dengan dasar utama untuk merebut kembali wilayah yang telah direbut. Akan tetapi tidak hanya sebatas merebut kembali wilayah-wilayah tersebut, namun juga memperluas wilayah bahkan sampai ke penaklukan konstantinopel. [11]

2. Front Timur

Di mulai dari masa Mu'awiyah, perluasan ini membuat kekuasaan kaum Muslim telah sampai pada wilayah timur yaitu Khurasan sampai sungai Oxus, Afghanistan sampai Kabul, Bukhara, Samarkan, beberapa daerah di India (Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan.

Selain Mu'awiyah memulai perluasan wilayah ke wilayah Asia kecil Mu'awiyah juga memperjuangkan niatnya untuk menyebarkan kekuasaan muslim lebih luas lagi dan akhirnya telah sampai kekuasaannya pada wilayah Afghanistan pula. Kemudian perluasan wilayah tersebut dilanjutkan oleh Walid bin Malik dengan terkuasainya wilayah Bukhara melalui peperangan selama 3 tahun setelah menyebrangi sungai Oxus, dan wilayah Samarkan setelah dua tahun kemudian. Kemudian dilanjut oleh Abdul Malik yang kemudian dapat mencapai tanah India dalam perluasan wilayah kaum Muslim. [12]

Dengan kata lain, perluasan wilayah masa ini dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan-hambatan yang serius. Karena terlihat tidak ada kegagalan dalam proses penaklukannya. Tidak seperti pada perluasan ke Asia kecil yang sudah dijelaskan pada awal tadi. Dan daerah penaklukannya pun menghasilkan buah yang sangat besar, dengan ditaklukannya berbagai negara dengan jumlah yang mungkin terhitung lumayan untuk kejayaan Daulah Islamiyah.

3. Front Afrika Utara

Telah cukup luas penaklukan kaum Muslim atas wilayah-wilayah di dunia pada saat ini, namun belum sampai pada ujung perjuangan bagi Bani Umaiyah dalam memperluas wilayah kekuasaan kaum Muslimin. Dilanjut dengan penaklukan atas wilayah-wilayah di Afrika Utara Yang merupakan daerah taklukan romawi dan berlanjut sampai wilayah Barqah dan Tripoli demi menjaga keamanan derah Mesir dari serangan Bizantium. Akan tetapi Bizantium berhasil memperkuat kubu-kubu pertahanan nya di daerah pantai. Namun Uqbah Ibnu Nafi al-Fihri berhasil mengalahkan pasukan Bizantium didaerah pantai tersebut. Dengan ini telah aman Mesir dari ancaman-ancaman perebutan wilayah sehingga tidak hanya berhenti dalam perjuangan mempertahankan wilayah saja, akan tetapi mulai pergerakan untuk menguasai wilayah-wilayah Romawi dan menjadikan sepenuhnya negri-negri didalamnya kedalam Daulah Islamiyah.

Namun wilayah pantai dapat di kuasai Romawi setelah Uqbah wafat dan kalah oleh Romawi. Peristiwa ini terjadi ketika telah terbangunnya kota Qirawan pada tahun 670 M (50 H), yang menjadi tempat bermukim para militer dan perwira serta menjadi wilayah pemerintahan dengan dibangunnya asrama-asrama militer, perumahan-perumahan perwira, gedung-gedung pemerintahan, juga telah dibangun Masjid di kota ini sebagai pusat tempat beribadah kaum Muslim di wilayah ini. [13] Dan tidak hanya diam disini, perluasan wilayah juga terjadi di wilayah pantai lautan Atlantik juga.

Wilayah ini mulai dapat di taklukan kembali oleh kaum Muslimin pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dengan mengirim kepada pihak Romawi pasukan dengan jumlah yang besar dan akhirnya Romawi pada wilayah itu dapat di taklukan serta berhasil dihalau dari Afrika Utara. Namun tidak hanya Romawi saja yang ditaklukan, akan tetapi Bangsa Barbar pun juga dapat di taklukan. [14]

Jadi pada masa perluasan ini telah berhasil menaklukan Romawi serta bangsa Barbar yang sebelumnya bangsa Romawi merupakan musuh sengit Umat Muslim. Di Masa ini pula terpaparkan kekuatan Islam akan kekuasaan, karena meskipun telah terebut wilayah kekuasaannya tetap bisa merebut kembali. Tidak hanya kuat dalam pertahanan wilayah saja, melainkan juga hebat dalam penaklukan wilayah. Sebagai contoh pada perluasan ini telah dibangun kota Qirawan sebagai pusat persiapan dan pemerintahan kaum Muslim di wiayah itu.

4. Front Barat

Dengan perluasan ke wilayah Barat ini, telah berada pada kekuasaan Kaum Muslimin atas Jazair dan Maroko. Kemudian dilanjut dengan penguasaan wilayah Andalusia ( Wilayah Spanyol) dengan dikuasainya kota yang dulunya merupakan ibu kota Spanyol (Seville).

Namun sebelum sampai pada Spanyol, penaklukan bertahap dari awal menaklukan kekuasaan Roderick dengan membawa pasukan sebanyak 7000 pasukan yang rata-rata merupakan orang Barbar dengan pimpinan Tariq Ibnu Ziad yang merupakan Wakil Pemerintah Daerah Jazair dan Maroko yang diangkat oleh al-Walid khalifah Dinasti Umaiyah pada masa itu dan dibantu dengan 5000 orang pasukan dari Musa Ibnu Nusair pemimpin perang dalam penaklukan Jazair dan Maroko yang mana Roderick dengan 100.000 pasukannya dapat dikalahkan oleh tentara Muslim pada saat itu. Sehingga tidak diketahui berita Roderick apakah ia terbunuh saat perang ataupun melarikan diri saat perang berlangsung. [15]

Setelah itu berkembang kekuasaan Kaum Muslimin sampai wilayah kota Toledo, Malaga, Elvira, Granada, dan juga Cordova (setelah 2 bulan mengepung kota ini). Dan telah sampailah pada penyerangan Carmona, Sidonia dan Seville dengan 18.000 pasukan.

Sehingga perluasan wilayah islam pada masa Dinasti Umaiyah telah meluas sampai wilayah Barat (Mesir sampai ke Andalusia) dan Timur (India dan perbatasan Cina). [16]

Pada masa ini terjadi peperangan yang dengan tidak sebanding jumlahnya. Akan tetapi tetap kemenangan menjadi mutlak milik ummat Muslimin. Jadi tak heran jika perluasan wilayah sampai pada wilayah Spanyol dan sekitarnya.

C. Kemajuan-Kemajuan pada Masa Dinasti Umaiyah

Selain terkenal akan kekuatan nya dalam memperluaskan wilayah-wilayah kekuasaan Islam, pada masa Dinasti Umaiyah Islam juga mengalami perkembangan dalam bidang non militer.

Bani Umaiyah juga terkenal akan politik negara nya yang hebat dan juga dengan kehebatan berpolitiknya Dinasti Umaiyah dapat menguasai berbagai negara-negara bahkan Persia dan Byzantium pun tak luput dari kekuasaan nya. Selain unggul dalam bidang politik, Dinasti Umaiyah juga telah mengembangkan system Administrasi Pemerintahan dengan baik pula. Sebagai contohnya adalah dengan terbentuknya berbagai dewan seperti :

1. Dewan Rasail

Terdiri atas dua bagian (Sekretariat Negara Pusat, Sekretariat Provinsi) yang keduanya memiliki tanggung jawab atas surat-surat negara.

2. Dewan al-Kharaj

Dewan yang dibentuk di setiap provinsi yang dikepalai oleh Shahib al-Kharaj dan bertanggung-jawab atas perpajakan.

3. Dewan al-Barid

Merupakan suatu badan yang bertugas di tiap-tiap daerah untuk menyampaikan rahasia daerah kepada pemerintah pusat.

4. Dewan al-Khatam

Merupakan dewan yang bertanggung-jawab atas segala kegiatan pencatatan negara seperti penyalinan peraturan negara dari khalifah. [17]

Dapat dipastikan bahwa dalam masa Dinasti Umaiyah ini pemerintahan islam sudah mengalami kemajuan yang tinggi. Karena sudah dapat membentuk susunan pemerintahan yang baik dengan dibentuknya berbagai Dewan demi mempermudaqh urusan negara.

Akan tetapi Dinasti Umaiyah tidak hanya maju dalam bidang pemerintahan saja. Dinasti ini juga membawa kemajuan dalam sains dan peradaban. Hal ini dibuktikan dengan takluknya Persia dan Bizantium dibawah kekuasaan islam yang kemudian di kolaborasi antara dua peradaban dari dua negara besar ini. Diantara kemajuan dalam sains pada masa ini berupa berkembangnya ilmu-ilmu kedokteran (pengobatan), hisab, Bahasa asing yang kemudian menjadi pengususan untuk menerjemahkan Bahasa latin Yunani kedalam Bahasa arab.

Dengan semua ini telah terbukti bahwa peradaban islam pada masa Umaiyah ini telah berkembang. Juga dengan asyiknya masyarakat islam dalam menekuni ilmu-ilmu agama, Lexikografi, Pramasastra dan penulisan sejarah. Dan nantinya hasil-hasil dari penekunan-penekunan tersebut akan menjadi titik tumpuan intelektual pada masa yang akan datang.

Kemajuan-kemajuan tersebut dapat diraih oleh Dinasti Umaiyah dalam peradabannya yang maju pada masa itu juga salah satunya dengan penaklukan-penaklukan berbagai wilayah yang menyebabkan unggulnya umat islam dalam bidang ekonomi. Dan juga dengan sistem sewa yang diambil dari sistem emphyteusis dari Bizantium dan dibarengi dengan pengolahan tanah oleh para petani dapat memberikan pengaruh besar kepada perekonomian islam pada masa itu. Dan dimasa ini pula pada [18] pemerintahan Abdul Malik dibuatnya uang untuk alat tukar pengganti alat tukar dari emas dan perak. [19]

Oleh karena itu, dengan adanya pemerintahan masa-masa Dinasti Umaiyah ini membawa kemajuan besar pada Umat Muslim baik dari segi wilayah, ilmu pengetahuan, ekonomi, peradaban, dan sebagainya. Umat Muslim pada saat ini sangat di takuti dan tak seorangpun dari negara-negara lain yang mampu menggulingkan kekhalifahan Bani Umaiyah ini.

Kemajuan-kemajuan tersebut tanpa disadari sudah mengangkat derajat Kaum Muslimin di mata dunia. Salah satunya pada bidang politik kenegaraan. Sistem pemerintahan pada masa ini berubah dari Baiat menjadi Kerajaan. Kemajuan atas politik di masa ini dapat di lihat dengan melihat keberhasilan-keberhasilan nya dalam menaklukkan berbagai negara dan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam negri yang dibarengi dengan ancaman dari luar. Juga dengan kemajuan politiknya dapat mempersatukan umat Muslim pada saat itu yang sedang terpecah belah dari pihak Mu'awiyah dan pihak Ali bin Abi Thalib.

Dimasa Dinasti Umayyah ini juga terjadi gerakan-gerakan ilmiah diantaranya Pembagian ilmu (Ilmu baru (Ulum Islamiyah dan Ulum Dakhiliyah) dan ilmu lama), Penyempurnaan tulisan Al-Qur'an, Penulisan dan pembukuan hadits, Kemunculan teologi Islam, Madrasah Hasan Al-Basri, Gerakan Ijtihad. [20]

Sehingga dapat kita ketahui bahwa memang tidak di ragukan lagi sistem pemerintahan pada masa Dinasti Umaiyah ini.

Akan tetapi pada masa ini tak luput juga akan pemberontakan-pemberontakan dari sebagian pihak yang diantara salah satunya dari kalangan Syi'ah, Khawarij, dan sebagainya.

Setelah ini akan dibahas mengenai pemberontakan-pemberontakan tersebut.

D. Konflik-Konflik pada Masa Pemerintahan

1. Perlawanan Kaum Khawarij

Kaum Khawarij merupakan pengikut Ali yang keluar dari barisan (berpaling dari Ali) karena peristiwa Tahkim. Mereka beranggapan bahwa siapa saja yang mengadakan dan menerima Tahkim tersebut berarti telah berbuat dosa dan kafir.

Mereka juga bersepakat untuk membunuh 4 orang yang dianggap memiliki peran dalam peristiwa tersebut. Kaum Khawarij ini tidak hanya memusuhi dan memerangi Ali. Akan tetapi mereka juga memerangi Mu'awaiyah yang mungkin karena peristiwa Tahkim tadi menimbulkan rasa benci kaum Khawarij kepada pihak Ali dan Khawarij.

Pemberontakan tidak hanya berlangsung di masa Ali bin Abi Thalib dan masa Dinasti Umaiyah saja. Bahkan sampai pemerintahan Abasiyah pun masih terdengar pergerakan-pergerakan Syi'ah tersebut.

Pemberontakan ini pernah mereda ketika kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz pada masa Dinasti Umaiyah. Namun bergejolak lagi ketika Umar wafat. [21]

Hal ini menunjukkan bahwa mereka kaum Khawarij benar-benar membenci pemerintahan pada saat itu, yang tidak lain penyebab adanya Tahkim tersebut. Bahkan Ali pun yang dulunya menjadi panutan mereka mejadi musuh mereka yang dengan keras mereka perangi. Begitu juga Mu'awiyah yang kemudian berkelanjutan sampai masa Abasiyah.

2. Pembangkangan Kaum Syi'ah

Sudah Kita ketahui bahwa golongan yang terbentuk dari golongan Ali ada dua yaitu Khawarij dan Syi'ah.

Syi'ah merupakan salah satu golongan dari perpecahan golongan dari golongan Ali yang mereka membela Ali dan meninggikan Ali. Mereka berpendapat bahwa seharusnya Ali lah yang berhak menggantikan Rasulullaah SAW menjadi khalifah.

Gerakan pemberontakan ini muncul karena tertarik oleh bujukan-bujukan orang-orang irak yang tidak mengikuti kekhalifahan Yazid bin Mu'awiyah pada tahun 680H. Pemberontakan ini sendiri dipelopori oleh Husain Ibnu Ali.

Telah melalui sebuah perundingan untuk menyelesaikan masalah ini. Namun Husain tetap teguh kepada pendiriannya yang akhirnya menyebabkan pertempuran. Namun kaum Syi'ah pada saat ini mengalami kekalahan dengan tewasnya juga Husain.

Namun pergerakan Syi'ah tidak hanya sampai disitu. Bahkan setelah kejadian itu, semakin keras saja perlawanan Syi'ah. Semua berlangsung amat lama. Bahkan sampai berakhirnya Dinasti Umaiyah.

3. Perlawanan Abdullah Ibnu Zubair

Perlawanan ini berawal dari keinginan Abdullah Ibnu Zubair yang ingin menjadi khalifah. Ketidak senangannya atas pengangkatan Mu'awiyah merupakan salah satu bukti bahwa ia menginginkan jabatan sebagai khalifah tersebut.

Abdullah begitu menginginkan jabatan ini sehingga pada suatu saat ia memproklamirkan dirinya sebagai khalifah setelah kematian Yazid. Sehingga pada saat diangkatnya Marwan Ibnu Hakam menjabat sebagai khalifah, Marwan tidak dianggap sebagai khalifah, melainkan sebagai pemberontak dan Abdullah lah yang dianggap sebagai khalifah.

Dan setelah diangkatnya Abdul Malik Ibnu Marwan sebagai khalifah, Ia menumpas habis kekuasaan Abdullah sehingga Abdullah hanya dapat bertahan di Masjidil Haram saja. Sampai akhirnya ia terbunuh di dalam peperangan. [22]

Zubair begitu ambisius dalam meraih gelar khalifah meski cara yang ia lakukan tidaklah baik. Dengan menjadi seorang pemimpin yang mana belum sah dan dengan niatan untuk merebut kekuasaan atas pemimpin yang sah mungkin tidaklah mudah baginya. Dan pada akhirnya ambisinya tersebut membawanya pada nafas terakhirnya.

E. Faktor-Faktor Kemunduran Dinasti Umaiyah

1. Diskriminasi Rasial

Pada dasarnya Islam disebarkan melalui jalan kasih-sayang dan jalan yang halus. Namun pada masa pemerintahan Bani Umaiyah semua berubah dari berkebangsaan menjadi sesuatu yang keras. Dan tak sama hak nya antara Muslim-Muslim baru dengan yang terdahulu masuk Islam.

Hal ini menimbulkan rasa tidak senang kepada pemerintahan. Dan bahkan saat bergejolaknya pemberontakan Syi'ah dan Khawarij, mereka para Muslim yang baru ikut serta dalam membelanya demi menagih hak insani yang telah direbut ketika mereka masuk islam. Karena masuk nya mereka kedalam islam tidak malah membuat mereka lebih sejahtera seperti pada zaman Rasulullah SAW. Akan tetapi malah membuat mereka sengsara karena ditetapkan dengan derajat yang lebih rendah dari orang-orang Muslim terdahulu.

Hal inilah yang membuat jatuhnya Dinasti Umaiyah. Karena pada masa ini, tidak terlalu diperhatikan kesejahteraan-kesejahteraan rakyatnya. Melainkan hanya ambisi menuju kesuksean Islam.

Dari semua hal diatas telah dapat dimengerti bahwa dalam masa pemerintahan Bani Umaiyah mereka terlalu mementinkan kekuasaan dan kejayaan negrinya akan tetapi sangat kurang dalam hal kemanusiaan dan hak-hak asasi rakyatnya. Serta dengan hal itu juga mereka tanpa disengaja telah sedikit melenceng dari ajaran islam yang menganjurkan akan hal kebaikan (perdamaian dan persaudaraan) dengan hanya mementingkan perluasan kekuasaan tanpa memperhatikan hak-hak dan harapan para muslim-muslim baru ketika masuk islam.

2. Separatisme Arab Utara dan Arab Selatan

Permasalahan ini timbul karena kefanatikan antar dua suku arab ini (Utara dan Selatan) yang menimbulkan berbagai pertikaian diantara keduanya.

Permasalahan ini timbul pada masa pemerintahan Yazid, namun. Hal ini bisa terselesaikan pada masa kepemimpinan Umar. Dan timbul lagi setelah Umar wafat.

3. Persaingan Jabatan

Hal ini terjadi karena tidak adanya undang-undang yang mengatur dalam pemilihan khalifah baru. Terjadinya peristiwa ini diawali ketika Marwan menjadi khalifah yang sebenarnya dari beberapa pihak kurang menyetujui atas terpilihnya menjadi khalifah. Hal ini juga dipengaruhi oleh 2 suku di arab yaitu Utara dan Selatan yang masing-masing memiliki calon tersendiri untuk dijadikan khalifah.

4. Dekandensi dan Demoralisasi Khalifah

Tidak seperti pada masa Khulafaur Rasyidin yang semua khalifahnya memiliki akhlak yang baik meski masih jauh dari sempurna. Khalifah-khalifah pada masa pemerintahan Dinasti Umaiyah ini, tidak semua khalifahnya memiliki akhlak yang baik. Sehingga khalifah pada saat itu tidak dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya. Seperti Yazid Ibnu Malik ia memiliki hobi suka berfoya-foya, minum-minuman keras, dan sebagainya. Demikian juga anaknya Al-Walid Ibn Yazid memiliki sifat sama seperti ayahnya (Yazid). [23]

5. Gerakan Bani Abbas dan Penyerbuan terhadap Dinasti Bani Umaiyah

Hal ini berkatan dengan terambil alihnya kekuasaan kepada Bani Abbas. Hal ini mulai terjadi pada masa pemerintahan Umar Ibnu Abdul Aziz. Dengan diam-diam disusunnya propaganda Dinsati Abbasiyah namun disamarkan dengan menggunakan nama Bani Hasyim. Pembentukan ini dilaksanakan di Hunainah yang bertempat di sebelah Laut Mati.

Dengan ditunjuknya Abu Muslim putra dari Muhammad Ibn Ali untuk memimpin penyerangan. Terjadilah sebuah penyerangan yang dimulai dari Khurasan, dan dilanjut ke Kuffah, Irak. Peristiwa ini terjadi pada tahun 750M. Dan diperistiwa ini pula Bani Umaiyah mengalami kekalahan sehingga kabur Marwan Ibn Muhammad ke Mesir dan terbunuh disana pada tahun 132H. Dengan jatuhnya Damaskus juga berakhirlah masa-masa Dinasti Umaiyah yang kemudian digantikan oleh Dinasti Abasiyah. [24]

Dapat dimengerti bahwa setiap permasalahan di Dinasti Umaiyah ini berawal dari cara kepemimpinan nya sendiri dan dari kefanatikan berbagai suku yang membuat wilayah-wilayah arab tidak akur. Sehingga timbul permasalahan-permasalahan dikalangan umat Muslim. Yang kemudian dapat membawa Dinasti Umaiyah pada ambang keruntuhan.

F. Faktor Penunjang Keberhasilan Dinasti Umaiyah

Dinasti Umaiyah dapat mudah disebut sebagai peradaban yang maju dikarenakan beberapa factor diantaranya karena Luasnya Wilayah akibat penaklukan-penaklukan atas beberapa wilayah pada masanya. Dan juga dari kekuatan militernya yang dengan bala tentara yang tidak takut mati dengan berbekal iman jihad Fi-Sabilillaah dan disertai juga dengan kebiasaan berperang yang membuat pasukan umat Muslimin sulit untuk dikalahkan meski dengan jumlah pasukan yang lebih banyak.

Juga dengan faktor ekonomi dan politik. Hal ini dikarenakan ahlinya Bani Umaiyah dalam percaturan politik dan dengan berbagai rampasan perang di waktu penaklukan-penaklukan wilayah.

Dari sekian hal penunjangnya ada hal lain yang membuat Dinasti Umaiyah dapat menjadi kekhalifahan yang maju yaitu dengan kemundurannya negara Persia dan Byzantium akibat terus-menerus berperang sehingga sedikit demi sedikit terkikis kejayaannya. Kedua yaitu dengan timbulnya kebencian orang-orang jajahan Byzantium akibat tindakan semena-mena terhadap mereka. [25]

Sehingga dengan semua itu Daulah Islamiyah dapat mudah melampaui kejayaan dua negara besar tersebut.

Dan Daulah Islamiyah pun terus mengembangkan wilayahnya sampai melebihi kekuasaan negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Syalabi. A. Sejarah & Kebudayaan Islam 2. Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003.

Fuad Ah. Zakki. Sejarah Peradaban Islam; digilib.uinsby.ac.id. 24-09-2018.

Journal.Uin-Alauddin.ac.id/index.php/sls/article/viewFile/1277/1244. 17-10-2018

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-SAEPUL_ANWAR



[1] A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2, (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003), hal 21-22

[2] A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2……, hal 22-23

[3] Ah Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015), hal. 99. Diakses di Digilib.uinsby.ac.id pada tanggal 3 september 2018.

[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 101-103

[5] A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2, (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003), hal 29-30.

[6] Ah Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015), hal. 113. Diakses di Digilib.uinsby.ac.id pada tanggal 3 september 2018.

[7] A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2, (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003), hal 25.

[9] Ah Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015), hal. 113 Diakses di Digilib.uinsby.ac.id pada tanggal 3 september 2018.

[10] A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2, (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003), hal 115-121

[11] A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2……, hal 121-122.

[12] Ah Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015), hal. 115-116. Diakses di Digilib.uinsby.ac.id pada tanggal 3 september 2018.

[13] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 116-117

[14] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 117

[15] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 117-118

[16] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 118

[17] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 120

[18] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 120-126.

[19] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 126.

[21] Ah Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015), hal. 130-131. Diakses di Digilib.uinsby.ac.id pada tanggal 3 september 2018.

[22] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……., hal 132-135

[23] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam……, hal 136-141.

[25] Ah Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015), hal. 129-130. Diakses di Digilib.uinsby.ac.id pada tanggal 3 september 2018.


Download Link




Download File ARAB PRA ISLAM - SEJARAH PERADABAN ISLAM
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Newest
Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner