Loading...

Pembahasan Dinasti Umaiyyah/Khilafah Bani Umaiyyah - Sejarah Peradaban Islam (Alfiani Rahmawati) C4


DINASTI BANI UMAYYAH

A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah (Asal-usul dan Pembentukan Bani Umayyah)

Kontroversi penggantian Khalifah Ali kepada Mu'awiyah bin Abu Sufyan mengundang beberapa peristiwa pahit yang disebut dengan lembaran hitam sejarah islam. Mu'awiyah melalui tahkim telah terangkat menjadi Khalifah yang tidak resmi, sedangkan Ali turun dari kedudukan Khalifah secara tidak resmi pula. Sehingga terjadi dua kekuasaan khalifah. Terbunuhnya Ali digunakan menjadi titik berakhirnya kekhalifahan Bani Hasyim tersebut, namun kedudukan Khalifah dijabat oleh anaknya Hasan. Kedudukan Hasan sebagai Khalifah mempunyai kerapuhan sehingga disebabkan Hasan tidak punya kemampuan setara denga Ali bin Abi Thalib. [1]

Kelemahan Hasan ini dimanfaatkan oleh Mu'awiyah untuk mengamankan posisinya sebagagai khaifah dengan tawaran-tawaran dan diplomasi. Akhirnya Hasan bersedia mengundurkan diri dari jabatan kekhalifaan bila Mu'awiyah mau menerima dari syarat-syarat yang dijanjikan. [2]


Menurut pemahaman di atas, dapat diketahui bahwa Pengangkatan khalifah Mu'awiyah itu belum diakui secara resmi oleh masyarakat, hanya sebagian golongan (gologan yang mendukung Mu'awiyah) karena tidak dilakukan secara demokrasi. Sedangkan Khalifah Ali bin Abi Thalib masih dianggap sebagai Khalifah oleh sebagian golongan yang mendukung Ali bin Abi Thalib (Khususnya golongan Syi'ah), sehingga ada dua kholifah yang sedang memegang kekuasaan dalam pemeritahan Islam. Ali bin Abi Thalib meninggal karena dibunuh oleh golongan Mu'awiyah. Setelah beliau meninggal, beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Hasan. Potensi yang dimiliki Hasan tidak sebanding dengan potensi yang dimiliki ayahnya, sehingga terdapat kerapuhan ketika memegang jabatan sebagai khalifah. Pemerintahan yang dipegang oleh Hasan semakin lemah dan pada saat itu dimanfaatkan oleh Mu'awiyah untuk merebut kekuasaannya. Sebuah perjanjian antara Hasan bin Ali dengan Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Di dalam perjanjian itu, Khalifah Hasan bin Ali setuju untuk turun dari jabatannya sebagai khalifah dan dipegang oleh Mu'awiyah jika Mu'awiyah mau menuruti syarat-syarat yang diajukan oleh Khalifah Hasan. Oleh karena itu, dengan disetujuinya perjanjian itu, maka pemerintahan menjadi dipegang oleh Mu'awiyah. Perjanjian itu juga membawa dampak kebaikan bagi umat islam karena adanya persatuan umat islam kembali atau disebut dengan tahun bersatunya umat islam atau Amul Jama'ah.

B. Perluasan Wilayah Islam

Secara garis besar perlu perluasan kekuatan politik Bani Umayyah meliputi tiga front yaitu: Front Asia Kecil, Front Afrika Utara dan Front Timur. Perluasan kekuatan politik Bani Umayyah ini diikuti pula kemajuan-kemajuan di bidang kenegaraan dan peradaban.

Dari paragraf di atas, Dinasti Umayyah melakukan perluasan wilayah yang di bagi menjadi tiga bagian yakni Front Asia kesil (pertempuran melawan Romawi, pengepungan konstantinopel dan penyerangan beberapa pulau di laut tengah), Front Afrika Utara (Front ini sampai ke Pantai Atlantik, kemudian ke selat Jabal Thoriq sampai ke spanyol), dan Front Timur. Perluasa wilayah yang dilakukan Dinasti Umayyah mengalami perkembangan yakni bagian barat sampai Mesir dan Afrika Utara bahkan Andalusia dan Spanyol Islam, dan bagian Timur perluasa sampai ke India dan perbatasan Cina.

C. Kemajuan Dinasti Umayyah

1. Bidang Administrasi Pemerintahan

Dalam bidang administrasi pemerintahan dibentuklah beberapa Diwan (departemen) yang terdiri dari antara lain:

a. Diwan Rasail: berfungsi mengurus surat-surat negara, Diwan ini ada dua macam, yaitu:

1) Sekretariat negara pusat

2) Sekretariat provinsi

b. Diwan al-Kharaj: Diwan ini bertugas mengurus pajak. Diwan ini dibentuk tiap provinsi yang dikepalai oleh Shahib al-Kharaj.

c. Diwan al-Barid: Diwan ini merupakan badan inteljen yang bertugas sebagai penyampai rahasia daerah pada pemerintahan pusat. [3]

d. Diwan al-Khatam. Mu'awiyah merupakan orang pertama yang mendirikan Diwan Khatam ini sebagai departemen pencatatan. Setiap peraturan yang dikeluarkan khalifah harus disalin dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang dituju. [4]

Dari penjelasan di atas tentang kemajuan Dinasti Umayyah dalam bidang administrasi, dapat diketahui bahwa ada pembentukan diwan-diwan yang memiliki tugas masing-masing. Diwan-diwan tersebut yaitu Diwan ar-Rasail (mengurus surat-surat negara atau bisa disebut sebagai sekretaris, yang terbagi menjadi dua bagian yakni bagian pemerintah pusat dan provinsi), Diwan al-Kharaj (bertugas mengurus pajak), Diwan al-Barid (bertugas penyampai rahasia daerah ke pemerintah pusat), dan Diwan al-Khatam (departemen pencatatan). Pada masa Dinasti Umayyah, ada pembentukan diwan yang baru yakni Diwan al-Khatam. Diwan ini didirikan oleh Mu'awiyah. Oleh karena itu, dapat diketahui ada pembaharuan yakni dibentuknya Diwan al-Khatam. Tidak hanya itu, sistem pemeritahannya juga mengalami perubahan yakni dari sistem demokrasi menjadi sistem Monarki Absolut atau sistem turun temurun. Hal ini dibuktikan dengan diangkatnya Yazid bin Mu'awiyah untuk menggantikan Mu'awiyah menjadi khalifah.

2. Bidang Ekonomi

Berbicara tentang kondisi ekonomi pada masa Dinasti Bani Umayyah, Keberadaan Baitul Mal merupakan adanya perkembangan ekonomi pada masa itu. Eksistensi Baitul Mal pada masa Dinasti Bani Umayyah sangat berperan sekali disebabkan penaklukkan yang dilakukan sangat luas sekali, ke Barat sampai ke Afrika Utara Andalusia dan ke Timur sampai ke India dan ke perbatasan China. Daerah yang ditaklukkan ini terkenal dengan kekayaan dan kesuburan tanahnya.

3. Bidang Sains dan Peradaban

Pada masa Dinasti Bani Umayyah merupakan benih yang ditebarkan atas pohon ilmu dan peradaban islam. Tetapi ia berbunga dan berbuah pada masa Daulah Abasiyyah. Pada masa Dinasti Bani Umayyah umumnya mempunyai perkumpulan kultur yang berbeda dari daerah yang ditaklukkan dan dikuasai, kemudian beragama kultur tersebut mempengaruhi kultur Islam pada bagian terbesar abad XIV sejarah Islam, menjadi bukti sepanjang periode Daulah Bani Umayyah umat islam telah menyadari elemen-elemen yang bermanfaat dan sehat dari kultur-kultur yang bersumber dari Persia, Yunani, dan Siria, ditambah dengan daerah-daerah besar pada saat itu yang telah ditaklukkan.

4. Bidang Politik Kenegaraan

Sistem Politik pada daulah Bani Umayyah merupakan kombinasi antara sistem Islam dengan sistem Bizantium-Persia, sistem kombinasi ini ternyata membawa kemajuan islam. Prestasi yang dicapai Bani Umayyah, dapat dikatakan sebagai kemampuannya dalam menanamkan dan memadukan Chauvinisme dam militer adalah sangat luar biasa. Oleh karena militer dan tentara Bani Umayyah dikenal sebagai tentara yang paling disiplin dalam sejarah peperangan Islam. [5]

Menurut paparan di atas, pada masa Dinasti Bani Umayyah adanya Baitul Mal yang memiliki fungsi sebagai lembaga untuk mengurusi segala harta umat baik pendapatan maupun pengeluaran negara. Hal itu menunjukkan ada kemajuan dalam bidang ekonomi. Pada masa Dinasti Umayyah sudah dikembangkan ilmu pengetahuan meskipun tidak terlalu berkembang pesat seperti pada masa Dinasti Abasiyyah. Karena, pada masa Dinasti Umayyah merupakan awal dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Dari paragraf di atas, Sistem poplitik Dinasti Umayyah memiliki perpasuan antara sistem politik islam dengan sistem politik Bizantium-Persia. Tidak hanya itu dalam sistem politik juga memadukan Chauvinisme dan militerisme sehingga terciptanya kekuatan militer dengan tentara militer yang sangat displin dalam sepanjang sejarah Islam.

D. Faktor Pendukung Kemajuan Bani Umayyah

1. Faktor Internal

Yakni faktor-faktor yang timbul dari dalam diri (pemerintahan Bani Umayyah) sebagai negara islam, meliputi:

a. Luasnya Wilayah

Setelah memperoleh hasil dari penaklukkan-penaklukkan, maka pemerintahan Bani Umayyah mempunyai wilayah yang sangat luas dibandingkan dengan wilayah pada masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin. Yaitu, kekuasaannya yang sangat luas mulai dari negeri Sind dan berakhir di Spanyol. Sedemikian kuatnya apabila seseorang menyaksikan, pasti akan berpendapat untuk mengguncangkannya adalah sesuatu yang tidak mudah bagi siapapun.

b. Kekuatan militer

Kekuatan militer inilah yang mendorong untuk melakukan ekspansi dan perluasan wilayah terhadap negara-negara (termasuk suku) yang boleh diperangi dan boleh dijarah menurut ajaran islam. Ternyata kekuatan ini dapat melemahkan kekuatan Negara Adikuasa Bizantium, dan mampu menghancurkan Negara Persia.

c. Ekonomi dan Politik

Pembangunan ekonomi pada masa ini ditujukan bagi masyarakat-masyarakat "baru" (taklukkan) maupun masyarakat bukan taklukkan, baik melalui pembangunan sarana ekonomi seperti sarana untuk pertanian, transportasi, pengairan, dan lain-lain, juga melalui perolehan rampasan perang (Qhonimah), oleh karena itu rakyat merasa puas dengan kerja dan kebijakan pemerintah.

Dalam bidang politik, Bani Umayyah adalah golongan ahli dalam percaturan politik. Sistem yang dipakai adalah sistem perpaduan islam dengan Bizantium Persia yang disandarkan pada Chauvinism dan militerism. Perpaduan ini ternyata membawa perkembangan yang pesat bagi pemerintahannya, yakni negara adikuasa islam. [6]

Dari paragraf di atas, bahwa adanya perluasan wilayah islam yang dilakukan oleh Dinasti Bani Umayyah yang sangat luas dibandingkan dengan wilayah pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin. Hal ini merupakan faktor dari dalam atau dari bani Umayyah sendiri yang dapat mendorong kemajuan dan kejayaan Dinasti Abbasyiyah.

Dari paparan di atas, kekuatan militer yang dimiliki Dinasti Bani Umayyah sangatlah kuat dan dapat menghancurkan kekuatan Negara Adikuasa Bizantium, dan mampu menghancurkan Negara Persia. Hal ini dapat menunjukkan dengan dimilikinya kekuatan militer yang sangat kuat, Dinasti Umayyah dapat memperluas wilayahnya dan mengalami kemajuan dan kejayaan.

Memahami tulisan di atas, ekonomi pada masa Dinasti Umayyah mengalami kemajuan yakni dengan adanya pembangunan sarana untuk pertanian, transportasi, pengairan, dan harta rampasan dari peperangan, yang bisa membuat rakyat merasa puas dengan kerja dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Dinasti Bani Umayyah.

Dari paparan di atas, politik yang dimiliki oleh Dinasti Bani Umayyah memiliki sistem tersendiri yaitu perpaduan antara islam dengan Bizantium Persia yang disandarkan dengan Chauvinism (sikap cinta terhadap tanah air yang berlebihan atau fanatik) dan militerism (jaminan pemerintahan terletak pada kekuatan militernya) yang menunjukkan kemajuan Dinasti Bani Umayyah dalam bidang politik.

2. Faktor Eksternal

Faktor dari luar yang menjadikan negara islam besar di masa pemerintahan Bani Umayyah adalah sebagai berikut:

a. Kelemahan dan kemunduran kekuasaan akibat hancurnya negara Persia dan terporsirnya Bizantium, akibat peperangan kedua negara secara terus menerus barang tentu akan membawa pengorbanan dan kerugian yang besar bagi kedua belah pihak baik aspek militer, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.

b. Timbulnya kebencian orang-orang daerah jajahan Bizantium akibat sikap dan perlakuan semena-mena dhalim pihak penjajah terhadap orang-orang terjajah. Maksudnya, islam ke daerah daerah tersebut (bekas jajahan Bizantium dan Persia) mereka seakan memperoleh "angin segar" sebagai sikap kompensasi dari pemerintahan lama. [7]

Dari penjelasan di atas, Faktor eksternal atau faktor luar yang mendorong kemajuan Dinasti Umayyah adalah adanya peperangan antara Persia dan Bizantium yang daerah jajahannya timbul rasa kebencian, sehingga islam masuk membawa pencerahan yang seakan-akan seperti "angin segar" bagi mereka. Hal ini mendorong Dinasti Umayyah bisa menguasai daerah-daerah jajahan.

E. Konflik pada Masa Bani Umayyah

1. Perlawanan Kaum Khawarij

Perlawanan Kaum Khawarij terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Farwah Al Asja'i. Perlawanan ini dapat dilumpuhkan oleh penduduk Kufah. Perlawanan tersebut kemudian dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya di antaranya adalah Syahib Ibn Yazid Al Syaibini, Nafi' Ibn Al Azrak, Qathari Ibn Al-Fujjah, Abd. Rabih Al-Kabir, dll. [8]

Perlawanan Kaum Khawarij agak mereda ketika kekuasaan Dinasti Umayyah dipegang oleh Umar bin Abdul Aziz. Namun setelah Umar meninggal dunia perlawanan Kaum Khawarij muncul kembali. Perlawanan terakhir Kaum Khawarij terhadap Bani Umayyah adalah gerakan oleh Abu Hamzah Al Khariji di Makkah pada tahun 129 H.

Pada tahun 130 H, mereka dapat menguasai kota Madinah, namun kemudian mereka dapat dihancurkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Marwan Ibn Muhammad. Perlawanan mereka kemudian menjadi lumpuh dan hanya tersisa kelompok-kelompok kecil yang pada gilirannya nanti juga mengadakan perlawanan/pemberontakan terhadap Dinasti Abasiyyah. [9]

Dari ketiga paragraf tersebut tentang perlawanan Khawarij, perlawanan Khawarij timbul akibat karena Kaum Khawarij tidak setuju dengan tindakan Ali bin Abi Thalib yang menerima Tahkim sehingga Kaum Khawarij berjuang untuk terus menghancurkan Bani Umayyah karena pindahnya kekuasaan umat islam ke tangan Bani Umayyah melalui proses tahkim yang tidak dilakukan secara demokrasi atau persetujuan rakyat. Perlawanan Kaum Khawarij dapat direda ketika Dinasti Abasiyyah dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz. Namun setelah beliau meninggal dunia, perlawanan muncul kembali.

2. Perlawanan Kaum Syi'ah

Setelah beberapa masa keadaan umat islam tenteram dalam satu kesatuan pemerintahan di bawah Dinasti Umayyah, mulailah Kaum Syi'ah mengadakan pemberontakan. Gerakan ini dimulai oleh Husein bin Ali. Oleh karena tertarik oleh bujukan-bujukan orang-orang Irak yang tidak mengikuti kekhalifaan Yazid bin Mu'awiyah pada tahun 680 H.

Gerakan-gerakan Kaum Syi'ah untuk merebut kekuasaan pada masa Dinasti Umayyah menurut Prof. Dr. Ahmad Syalabi adalah merupakan gerakan Syi'ah yang paling kuat dan paling kompak. Gerakan tersebut terus berlanjut sampai jatuhnya Dinasti Bani Umayyah ke tangan Bani Abbas. [10]

Dari paragraf di atas, menunjukkan bahwa kaum syi'ah mengadakan pemberontakan kepada Dinasti Umayyah. Kaum Syi'ah semakin kuat ketika ada peristiwa di Karbala yakni terbunuhnya Husain bin Ali yang sangat tragis. Pemberontakan dan penyerangan kaum Syi'ah terus berlanjut hingga Dinasti Umayyah jatuh ke tangan Dinasti Abasiyyah.

3. Perlawanan Abdullah Ibn Zubair

Abdullah ibn Zubair Radhiallahu 'anhuma membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid Rahimahullah. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah al-Husein ibn Ali Radhiallahu 'anhuma terbunuh. Tentara Yazid Rahimahullah kemudian mengepung Madinah dan Makkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan terhenti karena Yazid Rahimahullah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus. Gerakan Abdullah ibn Zubair Radhiallahu 'anhuma baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan. Tentara Bani Umayyah dipimpin al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi berangkat menuju Thaif, kemudian ke Madinah dan akhirnya meneruskan perjalanan ke Makkah. Ka'bah diserbu. Keluarga Zubair Radhiallahu 'anhuma dan sahabatnya melarikan diri, sementara ibn Zubair Radhiallahu 'anhuma sendiri dengan gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun 73 H/692 M. [11]

Dari paparan di atas, Abdullah bin Zubair merupakan anak dari kalangan kaum Muhajirin yang sangat mulia. Beliau berambisi untuk menjadi Khalifah. Itu dapa dilihat dari ketidak setujuannya dalam pengangkatan Khalifah Yazid bin Mu'awiyah. Setelah Yazid meninggal, Abdullah bin Zubair menunjukkan dirinya bahwa ia pantas menjadi khalifah. Karena luas wilayah yang dimilikinya, membuat ia pantas menjadi seorang Khalifah. Namun Marwan bin Hakam tidak setuju dan ingin menjadi khalifah. Setelah itu Marwan menjadi Khalifah dan menganggap Abdullah bin Zubair sebagai pemberontak dan tak diakui sebagai khalifah sehingga terjadi peperangan mereka. Pada akhirnya Abdullah bin Zubair mengalami kekalahan dan meninggal dunia dengan sangat keji.

F. Penyebab Dinasti Bani Umayyah Lemah dan Hancur

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid'ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Abdullah bin Saba' al-Yahudi) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.

4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.

5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Wallahul Musta,'an. [12]

Dari paparan di atas, ada beberapa faktor yang menyebabkan lemah dan runtuhnya Dinasti Umayyah. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah adanya sistem monarki Absolut (sistem pemilihan Khalifah secara turun temurun), adanya kecurangan dalam bidang diplomasi ketika penyerahan kekuasaan islam pada masa Ali bin Abi Thalib ke tangan Bani Umayyah sehingga memunculkan pemberontakan dari beberapa glongan seperti golongan Syi'ah dan Golongan Khawarij, adanya perselisihan antara Arab Utara dengan Arab selatan, adanya hidup mewah dan suka berfoyah-foyah serta mementingkan kehidupan pribadi, dan faktor lainnya adalah adanya kekuatan baru dari keturunan Bani Abbas yang menyebabkan Dinasti Umayyah jatuh ke tangan Bani Abbas.

G. Proses Suksesi dari Bani Umayyah ke Bani Abasiyyah

Tumbangnya Dinasti Umayyah dan digantikannya Dinasti Abbasiyah, oleh para sejarawan dinamakan revolusi Abbasiyah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa revolusi Abbasiyah ini berhasil menjatuhkan dinasti Umayyah dikarenakan telah didukung sebagian besar massa pada waktu itu dan juga karena beberapa alasan. Pertama, sekelompok umat banyak yang berpaling karena Dinasti Umayyah dinilai telah gagal dalam memimpin umat dengan alasan banyak para penguasanya yang korup, sekuler dan telah melakukan berbagai ketidak-adilan. Kedua, kaum khawarij berpendirian bahwa hak politik merupakan milik semua umat dan tidak membenarkan dimonopoli oleh keturunan tertentu, apalagi dalam pandangan kaum khawarij, dinasti Umayyah telah menjalankan kekuasaannya secara sekuler. Ketiga, kaum Syiah sejak awal tidak pernah setuju terhadap berdirinya Dinasti Umayyah, karena merasa bahwa yang paling berhak menduduki jabatan penguasa adalah ahl al-bait (maksudnya adalah keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari Fatimah dan Ali as.), dan bani Umayyah telah merampas haknya tersebut dari kelompok Syiah. [13]

Tokoh yang terkenal sebagai pendiri dinasti Abbasiyah ini adalah Abu Abbas yang terkenal dengan gelar al-saffah, artinya penumpah darah. [14] Abu Abbas telah melakukan propaganda-propaganda yang dapat membuat umat terpengaruh dan ingin meruntuhkan keabsahan kekuasaan dinasti Umayyah. Propaganda yang dimaksud, adalah kalau dipetakan dapat dikelompokkan menjadi dua macam bentuk, yakni propaganda keagamaan dan ideology. Propaganda yang pertama adalah meyakinkan kepada umat bahwa penguasa dinasti Umayyah telah melakukan pelanggaran secara agama dan syariah, karena telah memimpin umat secara korup. Itu artinya ia telah menyelewengkan amanah yang telah dipikulnya secara syar'I, karenanya maka harus digantikan oleh dinasti yang amanah dan setia dalam menjalankan syariah. Sementara bentuk propaganda yang kedua adalah menyebarkan issu bahwa secara politik yang paling berhak memegang tampuk kekuasaan khalifah adalah keturunan Nabi Muhammad dari pihak pamannya yang bernama Abbas, yakni yang termasuk keturunan bani Abbas dan ia adalah bani Abbasiyah. Selain itu, isu lain yang dikembangkan adalah jika Bani Abbas yang memimpin maka ia berjanji akan menegakkan keadilan secara merata kepada seluruh umat Islam tanpa pandang bulu. Mengingat pada masa dinasti Umayyah, komunitas mawali (non Arab) diperlakukan berbeda dengan komunitas Arab, diantaranya adalah bagi para mawali terkena beban pajak yang lebih tinggi. Dengan demikian propaganda keadilan yang ditawarkan oleh kaum Abbasiyah tentu saja memiliki daya tarik tersendiri dan laku keras di "pasaran", sebagai potret bahwa banyak komunitas yang merindukan dinasti baru agar mereka menjadi jauh lebih baik nasibnya. Selain itu, kebaikan hati khalifah Umar bin Abdul Aziz telah dimanfaatkan secara baik oleh kaum Abbasiyah dalam menyusun kekuatan dan membangun koalisi dengan berbagai kalangan agar supaya memperoleh dukungan yang luas untuk merebut kekuasaan dari tangan dinasti Umayyah. [15]

Dari Paparan di atas, bahwa jatuhnya kekuasaan Bani Umayyah ke tangan Bani Abasiyah melalui berbagai proses. Diantaranya dilatarbelakangi banyak pemberontakan dari berbagai golongan yaitu kaum Khawarij, Kaum Syi'ah, dan Abdullah bin Zubair serta dari bani Abasiyyah sendiri yang memberontak kepada Dinasti Umayyah. Perjuangan yang diakukan Abu Abbas untuk meruntuhkan Bani Umayyah melalui dua cara yaitu agama dan ideologi. Propaganda yang pertama, yaitu menyebarkan isu bahwa pemerintahan Bani Umayyah bukanlah pemerintahan yang baik karena Khalifahnya banyak yang korupsi, tidak melaksanakan tugasnya. Sedangkan propaganda yang kedua adalah menyebarkan isu bahwa keturunan dari keluarga Nabi Muhammad adalah yang berhak memegang kekuasaan umat islam yakni keturunan paman Nabi yaitu Abbas yang keturunannya adalah Bani Abbas. Selain itu Bani Abbas juga menyebarkan tentang janji yang akan diwujudkan jika Pemerintahan kekuasaan dipegang oleh Bani Abbas.


DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Ah. Zakki. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2013.

Mas'ud, Sulton. Sejarah Peradaban Islam. digilib.uinsby.ac.id.

Muzaiyana. Sejarah Peradaban Islam-2. digilib.uinsby.ac.id.


Nama : Alfiani Rahmawati

NIM : D91218118

Kosma : C



[1] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 112.

[2] Phillip K. Hitti, History of The Arab, dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 113.

[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 121.

[4] Syed Mahmuddunnasir, Islam, dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 112-113.

[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 121-128.

[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 129-130.

[7] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 131.

[8] At-Tabary, Tarikh al-Isla, dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 132.

[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 132.

[10] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 133-134.

[11] Sulthon Mas'ud, Sejarah Peradaban Islam, digilib.uinsby.ac.id, 86-87. Diakses pada tanggal 3 oktober 2018.

[12] Sulthon Mas'ud, Sejarah Peradaban Islam, digilib.uinsby.ac.id, 88-89. Diakses pada tanggal 3 oktober 2018.

[13] Baca Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, dalam Muzaiyana, Sejarah Peradaban Islam-2, Digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanggal 3 Oktober 2018

[14] Philip K.Hitti, History Of The Arabs, terj. R.Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, dalam Muzaiyana, Sejarah Peradaban Islam-2, Digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanggal 3 Oktober 2018

[15] Muzaiyana, Sejarah Peradaban Islam-2, Digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanggal 3 Oktober 2018


Download Link




Download File Dinasti Umaiyyah/Khilafah Bani Umaiyyah (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku




Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop