BAB III
KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
A. Biografi Khalifah Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan Ibn Abdi Manaf Ibn Qushay al-Quraisyi, lahir di Makkah pada tahun kelima setelah kelahiran Rasulullah. Beliau termasuk salah seorang Assabiqun al-Awwalun (Orang-orang yang pertama masuk Islam). Utsman ikut hijrah ke Abbesina (Habasyah). Beliau juga ikut dalam setiap peperangan dengan Rasulullah, kecuali perang Badar. [1]
Dari pendapat diatas dapat kita ketahui bahwasannya khalifah Utsman lahir pada tahun 573 M di Makkah. Khalifah Utsman lahir dari pasangan suami isteri Affan dan Arwa. Beliau merupakan salah satu keturunan dari keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisyi. Beliau lahir setelah lima tahun kelahiran Rasulullah. Sejak kecil khalifah Usman atau yang dikenal dengan sebutan Abu Abdullah ini dikenal memiliki kecerdasan, serta kejujuran yang sangat tinggi sehingga Rasulullah saw sangat mengaguminya.
Rasulullah menggambarkan kepribadian Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Usman tergolong sebagai salah satu dari Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang pertama kali yang masuk islam. Usman hijrah ke Abbesina karena pada saat itu penganiayaan kepada kaum muslim sudah melewati batas, maka dari itu Rasulullah menasehati Usman agar pindah dari Makkah ke Abbesina. Usman juga sahabat nabi yang telah banyak menyumbangkan harta kepada kaum muslimin untuk kebutuhan keseharian baik itu pokok atau lainnya, baik berupa material seperti alat persenjataan untuk peperangan.
B. Kondisi Sosial Politik pada Masa Utsman bin Affan
Menurut sejarawan, masa pemerintahan Usman dibagi menjadi dua
periode yang sama enam tahun pertama (23-29 H) merupakan pemerintahan
yang baik dan enam tahun kedua (30 - 35 H) merupakan pemerintahan yang
penuh kekacauan. [2]
Dari pendapat diatas dapat kita ketahui bahwasannya pada masa kholifah Usman bin Affan pada saat periode enam tahun pertama beliau berhasil memimpin pemerintahan dengan baik diantaranya, berbagai keberhasilan Utsman bin Affan pada pada masa pemerintahan pertamanya :
1. Penumpasan pemberontakan yang mengambil kesempatan atas wafatnya Umar bin Khottob.
2. Melakukan perluasan kekuasaan daerah islam ke Tripoli, Tabristan, Harah, Kabul, dan beberapa daerah lainnya.
3. Perluasan daerah islam ke daerah pantai dengan mengerahkan angkatan laut yang dipimpin oleh Mu'awwiyah bin Abi Sufyan pada tahun 28 H
4. Menaklukan penduduk Cyprus kebawah kekiasaan islam.
Sedangkan pada saat periode enam tahun kedua beliau gagal memimpin pemerintahan berikut berbagai kegagalan Usman bin Affan pada masa pemerintahan kedua :
1. Mengambil kebijakan antara lain di bidang politik
2. Mengangkat keluarga dekatnya menjadi gubernur
C. Pemberontakan dalam negeri
Pengambilan kebijakan Utsman bin Affan yang salah menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat, sehingga menyebabkan munculnya gerakan-gerakan protes besar, sehingga gerakan-gerakan protes besar muncul diberbagai kawasan wilayah kekuasaan islam.
Syeh Mahmuddunnasir dalam sebuah buku yang ditulisnya dengan judul "Islam its Concept and History" mengemukakan dengan singkat beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap Kholifah Utsman antara lain :
1) Keluarga Umayyah adalah kelompok qurays yang paling banyak merintangi perjuangan Nabi Muhammad SAW melalui penindasan, penganiayaan dan dan kemudian masuk islam berdasarkan keuntungan duniawi.
2) Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan yang masih berkedudukan di Madinah, ternyata banyak rakyat Madinah yang semakin kehilangan posisi dari jabatannya.
3) Pemberhentian Zaid bin Tsabit sebagai sekertaris negara dan menggantikannya dengan Marwan ibnu Hakam.
4) Sifat Utsman yang terlalu percaya kepada Marwan dan ketidak tegasannya mengatasi berbagai kemelut, menimbulkan rasa tidak puas pada masyarakat umum.
5) Tindakan Utsman membuang Abu Dzar AL Ghiffari atas pengaduan Muawwiyah yang menyalahkan pendapat Abu agar orang kaya wajib membantu orang miskin.
6) Munculnya ahli fitnah yang tidak puas terhadap Utsman yaitu Abdulloh ibn Saba' seorang Yahudi yang masuk islam dan pernah di usir dari bashrah. [3]
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwasannya dalam pengambilan kebijakan khalifah Utsman melakukan kesalahan yang menyulut api kemarahan dari rakyat, yang mana dapat kita ketahui bahwasannya khalifah utsman menganut paham nepotisme.
D. Perkembangan dan Kemajuan Masa Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan periode pertama berhasil melakukan perkembangan dan kemajuan dengan Berbagai keberhasilan yang diraih oleh khalifah Usman dalam bagian pertama pemerintahannya, di antaranya penumpas pemberontakan yang mengambil kesempatan atas wafatnya Umar. Juga melakukan perluasan kekuasaan daerah Islam ke Tripoli, Tabristan, Harah, Kabul dan beberapa daerah lainnya. Perluasan daerah Islam juga dilakukan ke daerah pantai dengan mengerahkan angkatan laut yang dimpin oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan pada tahun 28 H dan dapat menaklukkan penduduk Cyprus ke bawah kekuasaan Islam.
E. Tuduhan Nepotisme
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan yang terkenal sifat lemah terhadap kekeluargaannya sehingga Utsman bin Affan menjadikan gubernur-gubernur yang menjadi pemimpin adalah mayoritas dari sanak keluarganya sendiri, yang dianggap oleh masyarakat suatu ketidak adilan terhadap suatu pemerintahan. Utsman bin Affan juga mengganti semua gubernur-gubernur yang di bentuk oleh Umar bin Khattab sebelumnya menjadi gubernur-gubernur yang baru dari pihak keluarga Utsman sendiri. Dari sinilah yang menyebabkan rakyat mempunyai pemikiran bahwasannya Utsman menganut faham Nepotisme. Nepotisme adalah sebuah kecendrungan untuk mengutamakan atau menguntungkan sanak keluarga sendiri terutama dalam masalah jabatan.
Dapat disimpulkan bahwa Nepotisme di larang oleh ajaran islam karena yang semata-mata didasarkan pada pertimbangan keluarga atau sanak familinya sendiri. Adapun Nepotisme yang di sertai dengan pertimbangan adalah sifat yang amanah, maka hal ini tidak dilarang.
BAB IV
KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
A. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul MuThalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Khilab Al-Quraisyi. Dilahirkan di Makkah 10 tahun sebelum kerasulan Muhammad, dan ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Abdul Manaf. Yang menarik tentang Ali adalah ia orang yang pertama dari Bani Hasyim. Karena itulah terkumpul padanya sifat-sifat mulia bani Hasyim, seperti kecerdasan, kemurahan, keberanian, dan kewibawaan. [4]
Dapat kita ketahui bahwasannya Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad SAW, semenjak kecil diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, kemudian setelah kakeknya meninggal diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali diasuh Nabi SAW dan dididik. Pengetahuannya dalam agama Islam amat luas. Karena dekatnya dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan hampir di seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada di barisan muka.
B. Proses Bai'at Khalifah Ali
Setelah kholifah Utsman bin Affan wafat, tepatnya yaitu pada tanggal 17 juni 645 M. Setelah tujuh hari wafatnya kholifah Utsman bin Affan. Masyarakat islam memproklamirkan Ali bin Abi Thalib sebagai kholifah ke empat di masjid Nabawi pada tanggal 24 juni 645 M. Tetapi pengangkatan Ali bin Abi Thalib tidak semulus seperti pengangkatan ketiga kholifah sebelumnya. Terdapat riak para sahabat yang menentang pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai kholifah pengganti Utsman bin Affan, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Disini terlihat bahwa masyarakat ada yang tidak setuju dengan pengangkatan Ali bin Abi Tholib sebagai kholifah.
Pembai'atan Ali adalah pembai'atan dari masyarakat umum, baik orang-orang yang menentang dan menjatuhkan Utsman bin Affan. Penduduk madinah didukung oleh pasukan dari mesir, basrah dan kuffah agar memilih Ali sebagai kholifah. Awal mulanya Ali menolak penawaran ini, tapi desakan para masa dan pertimbangan dari dewan keamanan negara serta kepentingan ummat islam, akhirnya Ali menerima jabatan kholifah secara terpaksa. [5]
Pada mulanya sahabat Zubair dan Thalhah menolak pengangkatan Ali sebagai kholifah, tetapi mereka berdua terpaksa mengangkat bai'at kepada Ali. Tapi mereka berdua juga mengajukan syarat kepada bai'at yaitu menegakkan keadilan bagi pembunuh Utsman bin Affan. Kerena Ali belum merealisasikan tuntutan mereka berdua, akhirnya Zubair dan Thalhah menarik sumpah bai'atnya kerena keinginan mereka menjadi gubernur tidak terpenuhi.
Dengan demikian beban Ali menjadi sangat berat dari pada ketiga khalifah sebelumnya, karena Ali harus mengendalikan para sahabat yang tidak setuju dengan pengangkatannya sebagai kholifah. Meskipun Ali telah didukung oleh banyak pihak dari para pendukungnya tetaplah harus menjalani tantangan yang lebih berat dalam mengatasi masalah kaum yang dipimpinnya. Agar menjadi sebuah masyarakat yang damai dan makmur seperti halnya pemerintahan pada masa kholifah sebelumnya.
C. Perang melawan Mu'awwiyah bin Abu Sufyan
Pada masa pemerintahan Utsman beberapa dari golongan muawwiyah banyak yang dijadikan gubernur-gubernur oleh Utsman pada saat pemerintahannya. Kerena terlalu lama menduduki jabatan yang diberikan oelh Utsman selama 12 tahun Utsman menjabat sebagai kholifah, maka kuatlah akar-akarnya dan pemancang-pemancangnya didaerah kekuasaannya. [6]
Begitu Ali bin Abi Thalib menjabat menjadi Kholifah, beliau bertekad mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap berani, diantaranya yaitu memberhentikan gubernur-gubernur yang diangkat oleh Utsman yang dianggap Ali sebagai penyebab timbulnya destabilitas, kekacauan dan keluhan rakyat, yang dianggap sebagai penghalang bagi terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Diantara gubernur yang diberhentikan oleh Ali yaitu mereka yang tidak mengindahkan pemberhentian itu, bahkan menentang kedatangan gubernur baru ke wilayahnya. Mu'awwiyah bin Abu Sufyan tidak mau menerima pergantiannya dengan Sahal bin Hunaif, bahkan gubernur ini dihadang oleh para prajurit Mu'awwiyah. [7]
Pada dasarnya Ali tidak ingin ada pertumpahan darah diantara keduanya antara kaum Mu'awwiyah dengan kaum Ali sendiri, hal ini dibuktikan dengan adanya Ali mengutus Jarir bin Abdulloh Al-Bujali dengan sepecuk surat untuk Mu'awwiyah yang berisi nasehat agar mu'awwiyah mematuhikhalifah yang telah disepakati oleh ummat. Namun usaha damai selalu mengalami kegagalan
Kerena jalan damai tidak tercapai, Ali bergerak dari kuffah dengan membawa 50,000 prajurit yang dipimpinnya untuk menumpas pemberontakan Mu'awwiyah yang maju dengan pasukan besar juga. Kedua pasukan bertemu di tempat yang bernama Shiffin yang berada di tepi barat sungai Furath. Pasukan Mu'awwiyah telah tiba disana terlebih dahulu. [8]
Sebelum peperangan Ali mengumumkan kepada prajuritnya : "jangan perangi mereka jika mereka belum memerangi kita terlebih dahulu, jika mereka telah terpukul mundur, jangan kita membunuh mereka yang melarikan diri, jangan menyerang orang yang sudah tak berdaya, jangan mengganggu wanita meskipun mereka telah menjelekkan martabat kehormatan kita". [9] Disini Ali mengajarkan perang yang tidak membolehkan semena-mena terhadap pasukan lawan.
Pertempuran pun sudah tak bisa ditahan lagi, antar sesama muslim saling berperang yang menentukan itu pada awal bulan Safar, tahun 37 H. pasukan Ali terus mendesak pasukan Mu'awwiyah sampi pasukan Mu'awwiyah terpukul mundur. Terlihat kaum Ali lebih banyak masa yang masih hidup dari pada kaum Mu'awwiyah, karena kemenangan sudah didepan mata, Atas nasihat Amr bin Ash, memerintahkan mengikat Al-Qur'an diujung tombak prajuritnya agar penyelesaiannya dengan Al-Qur'an, padahal itu hanyalah tipu daya dari Mu'awwiyah.
Cara penyelesaian seperti ini sangatlah merugikan pihak Ali dan menguntungkan pihak Mu'awwiyah. Bukan hanya pemberhentian Ali dan penetapan Mu'awwiyah, akan tetapi juga karena peristiwa tahkim kaum Ali terbelah menjadi dua kelompok yaitu Syi'ah (kaum pendukung Ali) dan Khawarij (penentang Ali). Ali tidak begitu saja menerima keputusan tahkim, ia ingin melakukan penyerbuan ke syiria, akan tetapi Ali dihadang oleh kaum Khawarij dan membuat kerusuhan, dan Ali harus melawan mereka di Nahrawan. Ketika itu Ali sedang sibuk menghadapi kaum Khawarij pada tahun 658 M. akhirnya Mu'awwiyah dapat merebut mesir dan pada saat itu kekuasaan Muawwiyah tak tergoyahkan lagi dan semakin kokoh tatkala kaum khawarij berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib melalui ibnu Muljam pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. (661 M).
Setelah wafatnya Ali, putranya yang bernama Hasan diangkat oleh pendukungnya untuk menjadi kholifah, Namun Hasan berhasil dibujuk oleh Mu'awwiyah untuk mengundurkan diri. Dan akhirnya Mu'awwiyah tidak ada penghalang untuk memimpin, dan telah diakui secara aklamsi sebagai pemimpin dan penguasa baru, kecuali oleh kaum khawarij.
D. Perang Melawan Thalhah dan Zubair
Setelah Ali menjadi khalifah baru, Ali membuat kebujakan-kebijakan yang baru dan yang populer diambil oleh Ali adalah :
1. Memecat kepala-kepala daerah angkatan Utsman bin Affan.
2. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada keluarganya tanpa jalan yang sah. [10]
Asalnya kerabat Ali telah melarang melakukan perubahan ini, akan tetapi Ali tetap menegakkan kebijakan yang dianggap sebagai pendiriannya. Akibat dari Ali mendapat tantangan dari bani Umayyah. Karena itulah mereka mengokohkan barisan untuk melawan Ali.
Gerakan oposisi muai timbul, dimulai dari Aisyah, Thalhah, dan Zubair. Aisyah tiba di Madinah sekembalinya dari makkah mengetahui bahwa Ali menjadi kholifah, lalu ia bertanya kepada Abdulloh. "Hal ini tidak boleh terjadi, karena Utsman telah terbunuh secara Aneh, demi Alloh saya akan menuntut bela".
Dapat diketahui bahwa Thalhah dan Zubair telah membeci Ali karena kebijakan Ali yang begitu radikal dan drastis akan perubahan dan kebijakan-kebijakan yang telah diputuskannya. Sehingga banyak kaum baik dari sahabat maupun kaum yang memberontak ke kaum Bani Umayyah.
E. Perang melawan Siti Aisyah
Ketika Aisyah kembali ke Makkah, ia didatangi oleh Thalhah dan Zubair yang telah mendapat izin dari Ali untuk meninggalkan kota Madinah untuk melakukan umrah. Mereka berpendapat yang sama yaitu ingin mengetahui siapa orang yang telah membunuh Utsman bin Affan, Akibat Ali tidak merelesasikan kepentingan mereka, Aisyah beserta prajurit-prajuritnya dengan menggunakan sebuah Unta sehingga dapat dijuluki sebagai perang Jamal.
Dari situ timbullah peperangan antara kaum Ali dengan kaum Aisyah yang tidak setuju akan kekholifahan Ali bin Abi Thalib.
F. Kemajuan dan Ekspansi Masa Ali bin Abi Thalib
1. Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme yang hampir menguasai seleruh sektor bisnis.
2. Memecat gubernur yang diangkat oleh Utsman bin Affan dan menggantikannya dengan gubernur yang baru.
3. Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagikan oleh Utsman bin Affan kepada keluarganya, seperti Hibah dan pemberian yang tidak jelas. [11]
Dapat diketahui bahwa pemerintahan pada masa Ali bin Abi Tholib juga pernah mengalami perkembangan dalam masa pemerintahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, dalam Philip K. Hitti, The History of the Arabs
Ahmad Salabi, Tarikh al-Hadarah al-Islamiyah, Maktabah Wahbah, Kaito, tt.
Ibn Atsir, Al-Kamil fi at-Tarikh Beirut: Dar as-Sadr, 1965.
Abbas Mahmud al-Aqqad, Abqariyatul al-Imam Ali, Trj. Bustani A. Gani
Syed Mahmuddunnasir, Islam Konsepsi dan Ajarannya, RosdaKarya, Bandung, 1994.
Ah Zaki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanggal 28 September 2018
[1] Ah Zaki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanggal 28 September 2018
[2] Ah Zaki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanggal 28 September 2018
[3] Syed Mahmuddunnasir, Islam Concept, (RosdaKarya, Bandung, 1994.)
[4] Dikutip oleh Bustani A. Gani dalam buku Abbas Mahmud al-Aqqad, Abqariyatul al-Imam Ali, Trj., (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 14.
[5] Terj. Syed Mahmuddunnasir dalam buku AH Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, hal. 195.
[6] Ibn Atsir, Al-Kamil fi at-Tarikh (Beirut: Dar as-Sadr, 1965)
[7] Fazl Ahmad, Ali dalam buku AH Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam,Trj. Adam saleh. (Jakarta: Sinar Hudaya, 1971), hal 22
[8] Ahmad Syalabi, al-Tarikh al-Islam wa Hadratu al-Islamiyah ,Trj. (Jakarta: al-Husna, 1992) Hal. 281
[9] Ibn Atsir, Al-Kamil fi at-Tarikh, (Beirut: Dar as-Sadr, 1965.)
[10] Ahmad Syalabi dalam buku AH Zakki Fuad, SpI, Trj.,At-Tarikh al-Hadarah al-Islamiyah, Maktabah Wahbah, Kaito
[11] Philip K. Hitti dalam buku AH Zakki Fuad, SPI, The History of the Arabs (London: The Macmillian Press, 1974). Hal. 162
Download File Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku