Loading...

Pembahasan Dinasti Umaiyyah/Khilafah Bani Umaiyyah - Sejarah Peradaban Islam (Tri Mega Febrianto) C4


PEMBENTUKAN BANI UMAYYAH

Kontroversi pengganti khalifah Ali kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan mengundang beberapa peristiwa pahit yang disebut dengan lembaran hitam sejarah Islam. Mu'awiyah melalui tahkim telah terangkat menjadi khalifah yang tidak resmi, sedangkan Ali turu dari kedudukan khalifah secara tidak resmi pula. sehingga terjadi dua kekuasaan khalifah. Ali di Irak dan Mu'awiyah di Damaskus. [1]

Jadi dapat disimpulkan bahwa terbentuknya Dinasti Umayyah telah diawali dengan masa yang kelam yaitu saat penggantian Khalifah Ali bin Abi Thalib kepada Mu'awiyah. Yang dimana masa kelam ini dimaksudkan dengan pergantian khalifah yang didalamnya terdapat banyak sekali tipu daya yang dilakukan oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Dan dalam peistiwa tersebut telah tercatat dalam sejarah Islam sebagai peristiwa yang pahit. Pengangkatan Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan penurunan Khalifah Ali bin Abi Thalib dilakukan melalui tahkim yang tidak resmi, tahkim disini diartikan sebagai perundingan atau perjanjian antara kaum. Dan perjanjian tersebut dilakukan secara tidak resmi dikarenakan isinya terdapat tipu daya yang dibuat oleh Mu'awiyah. Oleh sebab itu, timbul lah dua kekuasaan khalifah yang juga terdapat di dua tempat yang berbeda. Khalifah Ali bin Abi Thalib memimpin di Irak sedangkan Mu'awiyah bin Abi Sufyan di Damaskus.


Terbunuhnya Ali digunakan menjadi titik berakhirnya kekhalifahan Bani Hasyim tersebut, namun kedudukan khalifah dijabat oleh anaknya Hasan. kedudukan Hasan sebagai khalifah mempunyai kerapuhan disebabkan Hasan tidak punya kemampuan setara dengan Ali bin Abi Thalib. [2]

Jadi dapat disimpulkan bahwa akhir dari kekhalifahan Bani Hasyim disebabkan oleh salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu karena terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib. Khaifah Ali bin Abi Thalib meninggal pafa tanggal 24 Januari 661 M, beliau dibunuh oleh kaum Khawarij. Setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib meninggal, jabatanya pun digantikan oleh anaknya yang bernama Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi dengan kelemahan Hasan yang tidak mempunyai kemahiran seperti Khalifah Ali bin Abi Thalib dan tidak didukung dengan pasukan yang kuat. Mengetahui hal tersebut Bani Hasyim mengalami kemunduran.

Mengetahui hal itu demi mengamankan kedudukanya Mu'awiyah bin Abi Sufyan mulai memanfaatkan kelemahan Hasan tersebut. Dengan tipu dayanya yang dengan lewat tawaran dan diplomasi. Dan pada akhirnya Hasan bersedia mengundurkan diri apabila Mu'awiyah bin Abi Sufyan dapat menerima syarat-syarat yang telah dijanjikan. [3] Mu'awiyah bin Abi Sufyan pun bersedia menerima perjanjian yang telah dilakukan. Dalam perjanjian ini berdampak positif bagi umat Islam yaitu dengan kembalinya umat Islam dalam satu kepemimpinan dalam sejarah Islam. Yang pada saat itu dikenal dengan nama Tahun Persatuan ('Am al-jamaa'ah). [4]

Jadi dapat disimpulkan bahwa pihak dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan semkin kuat dan mengetahui kelemahan Hasan .Mu'awiyah bin Abi Sufyan akhirnya melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Didalam isi perjanjian tersebut berbunyi bahwa pergantian jabatan pimpinan akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Mu'awiyah berakhir. Melihat perjanjian yang didalamnya mempunyai tujuan yaitu mengembalikan atau mempersatukan umat Islam menjadi satu kepemimpinan politik. Hal itu merupakan salah satu dampak positif yang telah dihasilkan oleh Mu'awiyah. Lalu selanjutnya sesuai perjanjian yang sebelumnya telah dibuat akhirnya Hasan bersedia mengundurkan diri dan diangkatlah Mu'awiyah bin Abi Sufyan.

Dengan turunya Hasan dari kursi kekhalifahan maka Mu'awiyah naik ke tampuk kekuasaan. kekuasaan yang didambakanya, yang diperoleh melalui kekuasaan, diplomasi, tipu daya dan tanpa melalui suksesi suara terbanyak. Dengan demikian secara resmi berdirilah Bani Umayyah dengan khalifah yang pertama Mu'awiyah bin Abi Sufyan. [5]

Jadi dapat disimpulkan bahwa Bani Umayyah pun berdiri dengan kepemimpinan pertamanya oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang dalam pembentukan dan pengangkatnya telah dilakukan melalui peristiwa yang telah terjadi sebelumya sehingga menimbulkan catatan sejarah yang kelam akan tetapi juga berdampak positif juga terhadap persatuan pemimpin umat Islam

Maka secara resmi Bani Umayyah berdiri dengan Khalifah pertamanya yaitu Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang telah naik ke tampuk kekuasaan. [6]

Jadi dapat disimpulkan bahwa Mu'awiyah bin Abi Sufyan pun merubah system yang asalnya kekhalifahan menjadi system Monarchi. Dengan demikian pemerintahan dengan system kekhalifahan pun berakhir. Lalu mulai terbentuklah kekhalifahan kedua yaitu Mu'awiyah dari keluarga Umayyah, dan mendirikan dinasti yang dikenal sebagai dinasti Umayyah yang merupakan dinasti pertama dalam sejarah.

Dalam panggung sejarah Dinasti Bani Umayyah ini bertahan selama 90 tahun dengan 14 khalifah, semuanya diangkat berdasarkan keturunan Bani Umayyah. Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah ini terkenal dengan perubahan sistem pemerintahan dari Baiat ke sistem kerajaan. Dan Mu'awiyah juga menganut kebijakan yang kuat. Perluasan kekuasaan muslim yang besar terjadi di bawah kepemimpinanya. Dia adalah organisator ulung bagi kemenangan-kemenangan Islam. [7]

Jadi dapat disimpulkan bahwa Dinasti Bani Umayyah berdiri selama 90 tahun dengan 14 Khalifah, dengan sistem monarchi. Pada masa tersebut terjadi perubahan sistem pemerintahan dari Baiat ke sistem Kerajaan dan terjadi perluasan kekuasaan muslim yang amat besar yang timbul atas kebijakan dari Mu'awiyah. Karena kelebihan Mu'awiyah yang unggul dalam berdiplomasi, ia juga merupakan seorang administrator dan negarawan ulung. Sehingga menghasilkan keberhasilan dan kemenangan dalam perluasan wilayah Islam yang juga memajukan dalam berbagai bidang diumat Islam.

PERLUASAN WILAYAH ISLAM

Bani Umayyah memerlukan perluasan kekuatan politik yang terdiri dari tiga Front yaitu: Front Asia kecil,Front Afrika Utara, dan Front Timur yang secara otomatis dalam perluasan itu bidang kenegaraan dan peradabanya juga ikut maju

• Front Asia kecil

Pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil, termasuk padanya pengepungan terhadap Konstantinopel dan penyerangan beberapa pulau di Laut Tengah

• Front Afrika Utara

Front ini sampai ke Pantai Atlantik, kemudian menyeberang ke Selat Jabal Tariq dan sampai ke Spanyol, kedua Front ini dinamakan Front Barat

• Front Timur

Front ini meluas dan terbagi kepada dua cabang yang satu menuju ke utara ke daerah-daerah di seberang Sungai Jihun. Kemudian cabang kedua menuju ke selatan meliputi daerah Sind. [8]

Jadi dari hasil analisi diatas dapat disimpulkan bahwa perluasan wilayah dilakukan ke sebelah Timur, Utara dan Barat. Kewilayah Timur perluasan diarahkan ke wilayah seberang sungai Oxus dan wilayah Sind. Beberapa daerah di India berhasil dikuasai dan penaklukan sampai perbatasan negeri Cina. Perluasan ke Utara ditujukan untuk menaklukan Ibu kota Romawi Timer yaitu Constantinopel. Perluasan ke Barat diarahkan ke daerah Afrika Utara dan meluas ke daerah Andalusia (Spanyol) dan Eropa Selatan (Perancis).

KEMAJUAN BANI UMAYYAH

Keberhasilan Dinasti Bani Umayyah ini tidak hanya dalam bidang perluasan kekuasaan Islam tetapi juga membawa keberhasilan juga di bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain sehingga terbukti dengan keberhasilanya dalam membangun Imperium sekaligus menempatkan dirinya sebagai negara adi kuasa pada masanya.

1.)Bidang Administrasi Pemerintahan

Pada masa Khulafa al-Rasyidin pemerintahan dapat dikatakan pemerintahan yang bersifat demokratis, sedangkan pada masa dinasti Bani Umayyah sifat demokratis tidak kelihatan lagi. Selanjutnya pada masa Khulafa al-Rasyidin seperti yang dikatakan sejarawan, bahwa belum terpisah antara urusan agama dengan urusan pemerintahan. [9] Pada masa Bani Umayyah yang awalnya sifatnya demokrasi, lalu berubah menjadi foedal atau pemerintahan yang dikuasai para kaum bangsawan (kerajaan). [10]

Jadi dari hasil analisis diatas dapat dijelaskan bahwa pada masa khulafa al-Rasyidin mula-mula pemerintahanya masih bersifat demokratis yang maksudnya yaitu dalam pemerintahanya semua rakyat memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan dengan khalifah. Sedangkan disini Bani Umayyah dengan sedikit demi sedikit menghilangkan sifat demokratis itu sehingga tidak tampak lagi, dan disini Bani Umayyah memakai Sistem Monarchi yaitu sistem kerajaan yang pemilihan pemimpinya hanya dipilih dari keturunan. Pada masa Khulafa al-Rasyidin dalam pemerintahanya masih kental dan tidak bisa lepas dari urusan agama terutama terhadap hukum-hukum yang ada pada pemerintahan itu.Sistem pemerintahan yang bersifat Demokrasi senantiasa memiliki keuntungan yang amat besar dibandingkan dengan sistem monarchi. Contohnya saja dalam pengambilan keputusan yang nyata perbedaanya karena dalam demokrasi pengambilan keputusanya melalui musyawarah dan mufakat serta diikuti oleh kebijaksanaan dari para khalifah.

Pada masa Dinasti Bani Umayyah mengalami penafsiran baru. Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan Khalifah Bani Umayyah bukan orang ahli dalam soal-soal agama walaupun ada beberapa orang khalifah yang ahli soal agama tetapi masih merujuk dengan sistem yang telah dilaksanakan oleh khalifah yang pertama yaitu Mu'awiyah. Maka itu masalah keagamaan diserahkan kepada ulama yang terdiri dari Qadhi atau Hakim. Pada umumnya para Qadhi atau Hakim tersebut al-Qur'an dan Hadis Nabi sebagai sumber pertama. [11]

Jadi dapat disimpulkan bahwa penafsiran baru disini menuju pada sistem pemerintahan Bani Umayyah yang sudah tidak sama dalam sistem pemerintahan dimasa Khulafa al-Rasyidin. Hal itu disebabkan karena orang-orang dalam pemerintahanya masih melaksanakan sistem yang dilaksanakan oleh Mu'awiyah meskipun telah mengetahui atau ahli dalam agama. Mengetahui hal itu lalu ada bagian yang mengatasi keagamaan yaitu Qadhi atau Hakim yang memberikan pembenaran tentang yang berkaitan dengan soal agama agar tidak terjadai kesalahan atau simpang siur mengenai keagaaman dalam sistem pemerintahanya.

2.)Bidang Ekonomi

Keberadaan Baitul Mal merupakan bukti adanya perkembangan ekonomi pada masa itu. Eksistensi Baitul Mal pada masa Dinasti Bani Umayyah sangat berperan sekali disebabkan penaklukan yang di lakukan sangat luas sekali. [12]

Jadi dari analisis diatas disimpulkan bahwa Baitul Mal sebagai salah satu bentuk hasil dari kemajuan di bidang ekonomi pada masa Bani Umayyah. Hal itu juga sebagai salah satu bukti bahwa kepemerintahan Mu'awiyah dapat memberikan dampak positif dalam bidang ekonomi. Melalui perkembangan ekonomi itu akan juga mendorong kemajuan umat Islam

Pemerintahan memperoleh pajak-pajak dari daerah-daerah yang ditaklukan tersebut. Pemasukan keuangan negara berupa Kharaj, Jizyah, Usyur, Zakat dan lainya. Ada tanah diolah dengan memakai tenaga buruh dari para petani, ini termasuk sumber pemasukkan pokok keuangan negara. Sistem sewa (leases) ini ditirukan dari sistem emphyteusis dari Bizantium. [13] Disamping bidang pertanian masa ini juga telah dikenalkanya sistem pengairan yang turut ikut membantu meningkatkan hasil pertanian. [14]

Jadi dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa salah satu sumber pemasukan ekonomi Bani Umayyah yaitu lewat pajak-pajak atau nama lainya seperti upeti pada masa itu. Adapun juga sumber pemasukkan pokoknya dengan melalui pengolahan tanah yang memanfaatkan tenaga buruh. Dan pada masa itu juga keuangan Bani Umayyah menjadi lebih baik atau terkoordinir. Dalam bidang ini juga dibentuk organisasi atau badan yang mengatasi ekspor dan impor.

3.)Bidang Politik

Realitas sejarah mengatakan bahwa selama 91 tahun kekuasaan Bani Umayyah telah memantapkan kedudukan Negara Islam sebagai Negara adikuasa yang merupakan " pelanjut" dari kekuasaan Nabi Muhammda SAW dan Khulafa al-Rasyidin. [15]

Jadi dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sudut pandang yang baik, Masa pemerintahan Bani Umayyah ini masa yang telah memajukan kedudukan Negara Islam dengan hasil dan bukti yang telah dihasilkan serta member dampak yang sangat baik sebagai pelanjut kekuasaan Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin

Tahun Persatuan Umat Islam ('Amul jama'ah) adalah bersatunya umat Islam kepada kekuasaan Mu'awiyah, sehingga peristiwa ini merupakan pembuka jalan untuk menyusun kekuasaan baru umat Islam setelah terjadi perpecahan antara Ali dan Mu'awiyah. Dan pada saat inilah Mu'awiyah dipercaya umat Islam secara mayoritas untuk menyebarkan Islam ke penjuru dunia. [16]

FAKTOR KEMUNDURAN BANI UMAYYAH

1. Al-Walid bin Yazid yang terpilih menjadi khalifah, yang merupakan sosok yang mengedepankan perasaan. Dan hal itu memberikan pengaruh terhadap kepemerintahanya, hingga meredupnya cahaya Bani Umayyah dan kekuatan khilafahnya.

2. Terjadi fanatisme kekabilahan , perselisihan antar kota , perseteruan berbagi madzhab.

3. Kerusuhan dan kekacauan yang terjadi di Irak dengan sekala lebih besar disbanding di Syam

4. Penduduk Syam yang hilang kepercayaan atau tidak percaya akan orang-orang Umayyah

PERGANTIAN BANI UMAYYAH KE BANI ABBASIYAH

Jatuhnya Bani Umayyah diakibatkan kekeccewaan para mawaliatau kelompok non Arab, pecahnya suku-suku arab dan kekecewaan sebagian besar anggota gerakan keagamaan. Dan akhirnya muncullah Bani Abbasiyah. Abu al-Abbas yang menggerakkan roda revolusimenggunakan ideology keagamaan untuk meruntuhkan legitimasi kekuasaan Bani Umayyah. Kritik untuk hasil analisis diatas :

1. Terlalu bersifat fanatisme yang mengarah ke bangsa Arab yang menimbulkan perbedaan kasta, padahal Nab Muhammad SAW tidak pernah membanding bandingkan sesame manusia

2. Kepemimpinanya terlalu egois dari awal hingga akhir kekhalifahan Bani Umayyah, dan lupa akan tugas yang diberikanya karena teralalu nafsu akan kekuasaan dan cinta dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Ah. Zakki. Sejarah Peradaban Islam . Surabaya: UIN SA Press. 2015

K. Hitti , Philip. History of The Arab. New York: Palgrave Macmillan. 2002

Salabi, Ahmad. Mausu' at-Thariq al-Islam al-Hadrati al-Islamiyah .Mesir: an-Nahdlah. tt

Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2011

Hasan, Ali Ibrahim. Studies In Islamic History .Bandung: al-Ma'arif. 1987

Lewis, Bernars. Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah . Jakarta: PIJ Press. 1988

S. Ahmed, Akbar. Rekontruksi Sejarah Islam . Yogyakarta: Fjar Pustaka Baru. 2003



[1] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 109

[2] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 109

[3] Philip K. Hitti, History of The Arab dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 112

[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 112

[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 109

[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 109

[7] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 112

[8] Ahmad Salabi, Mausu' at-Thariq al-Islam al-Hadrati al-Islamiyah dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 113

[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 119

[10] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,2011), 57

[11] Ali Ibrahim Hasan, Studies In Islamic History dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 119

[12] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 120

[13] Bernars Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 121

[14] Akbar S. Ahmed, Rekontruksi Sejarah Islam (Yogyakarta: Fjar Pustaka Baru, 2003), 104

[15] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 126

[16] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2015), 126


Download Link




Download File Dinasti Umaiyyah/Khilafah Bani Umaiyyah (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku




Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop