Dianasti Bani Umayyah
A. Pembentukan dan Bani Umayyah
Peristiwa yang begitu pahit di dalam sejarah islam ialah adanya pertentangan pada saat pergantian khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Mu,awiyah bin Abi Sufyan. Dikarenakan diangkatnya Mu'awiyah bin Abi Sufyan melalui tahkim, untuk di jadian khalifah secara tidak resmi, sedangkan Ali bin Abi Thalib diturunkan secara tidak resmi juga, maka terjadilah dua kekuasaan antara Ali bin Abi Thalib Mu'awiyah bin Abi Sufyan, yang dimana kekuasaan Ali di irak dan kekuasaan Mu'awiyah di damaskus.
Ketika terbunuhnya Ali maka berakhirlah kekhalifahan Bani Hasyim tersebut, akan tetapi kedudukan kekhalifahan itu dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Hasan. Kedudukan Hasan yang menjabat sebagai khalifah memiliki kekurangan dikarenakan Hasan tidak mempunyai kemampuan yang setara dengan Ali bin Abi Thalib. Maka kekurangan Hasan dalam menjabat sebagai khalifah, di manfaatkan oleh Mu'awiyah agar dirinya mempertahankan jabatan khalifah dengan mempromosikan berbagai tawaran dan diplomasi. Setelah menduduki jabatan tersebut selama 3 bulan lamanya dan tawar menawar yang dilakukan Mu'awiyah kepada Mu,awiyah bin Abi Sufyan. Maka pada tahun itu disebut dalam sejarah tahun persatuan ('Am al-jama'ah).
Maka Mu'awiyah bin Abi Sufyan telah resmi menjabat kekhalifahan dunia islam. Dengan demikian terjadilah dinasti Bani Umayyah dengan berdirinya Mu'awiyah sebagai khalifah yang pertama. [1]
Dengan demikan, narasumber ini dapat kita petik dari kesimpulan diatas bahwasannya Mu'awiyah bin Abi Sufyan untuk menjadi khalifah dia rela melakukan apa saja agar mendapatkan kekuasaan jabatan tersebut. Hatta itu harus dilakukan dengan perang saudara seagama sekalipun atau dengan syarat-syarat apapun dia tetap akan melakukannya agar dia bisa memegang jabatan kekuasaan tersebut.
B. Perluasan wilayah Islam
Untuk memperluas daerah dan penaklukan wilyah oleh Bani Umayyah baru dilaksanakan ketika keadaan didalam negeri sudah ada keseimbangan dan mempunyai kekuatan. Didalam perluasan wilayah ini kebanyakan dikerjakan oleh Dinsati dari Bani Umayyah terutama ketika pemerintahan Khalifah Abdul Malik,Khalifah al-Wahib dan Khalifah Sulaiman. Pada masa Kekhalifahan inilah terlaksananya penaklukan dan perluasan yang cemerlang.
Perluasan yang terus dilakukan didalam pergerakan bani Umayyah untuk memperluas wilayah, meliputi tiga fron terpenting, yaitu:
1. Front Asia Kecil yaitu pertempuran melawan bangsa romawi di Asia Kecil, termasuk pengepungan Konstantinopel dan penyerangan di beberapa pulau laut tengah.
2. Front Afrika Utara, front ini sampai ke Pantai Atlantik, kemudian terus menyeberang ke Selat Jabal Tariq dan sampai ke Spanyol, kedua front ini yang dinamakan Front Barat.
3. Front Timur, meluas dan terbaginya front ini terbagi dengan dua cabang, yang satu menuju ke utara yang di daerah seberang sungai Jihun. Dan cabang yang kedua menuju ke seletan meliputi daerah Sind [2] .
a.). Perluasan ke Asia Kecil
Khalifah pertama dari Dinasti Bani Umayyah yaitu Mu'awiyah yang pertama kali melanjutkan ekspansi setelah dilakukan oleh Khaliafah Arrosidin. Sesudah Mu'awiyah selesai memadamkan konflik di dalam negeri, maka ia pun memulai mengarahkan perhatiannya untuk menekspensi di imperium Bizantium. Ketika masa Daulah Umayyah ibu kota pemerintahannya adalah Damascus di kota ini juga berdektan dengan letaknya batas kerajaan Bizantium.
Ketika sebelum berdirinya Bani Umayyah pasukan romawi telah merebut kembali beberapa daerah di Armenia, padahal sebelumnya sudah ditaklukan oleh kaum muslimin. Untuk mengembalikan kekuasaan daerah tersebut Mu'awiyah pun mempersiapkan armada lautnya yang berjumlah sekitar 1700 kapal dengan perbekalan dan persenjataan yang lengkap, maka ia pun berhasil menguasai beberapa pulau yaitu pulau rhades pada tahun 53 H, pulau Sicilia, dan pulau Arward yang tidak jauh dari kota Konstantinopel. [3]
b.). Perluasan ke Timur
Ekspansi yang terus dilakukan mu'awiyah mengalami beberapa kemajuan yang diperoleh kawasan panglima Qais bin Hatsam dan juga sebagai gubernur di khurasan. Mereka pun berhasil menaklukan Bagdis, Harah (Heart) dan Balkh. Penaklukan bermula ketika terjadinya penghianatan atas perjanjian yang telah dilakukan dengan umat islam. Sesudah menaklukan dikota Balkh maka penduduk tersebut meminta perdamaian yang disetujui oleh Qais,dan berlanjut penduduk Baghis dan Harah pun meminta perdamaian juga.
Maka perluasan yang terus berkembang yang dilakukan Mu'awiyah ke sungai Oxus, Afganistan dan Kabul. Dan ekspansi ke Timur juga berlanjut yang diteruskan oleh penggantinya Walid bin Malik yang di pimpin oleh Qutahibah bin Muslim. Sesudah melewati sungai Oxus dan peperangan pada tahun706-709,bukhara pun telah ditaklukan. Dan berselang 2 tahun samarkan juga dapat di kuasai. [4]
c). Perluasan ke Afrika Utara
Penaklukan islam yang selanjutnya untuk perluasan wilyah ialah ke daerah pantai Afrika Utara yang ketika dulunya takluk dibawah kekuatan romawi dan diperintahkan oleh pasukan-pasukan tentara romawi yang waktu itu ditempatkan pada tempat itu, dan kaum muslimin berhasil menaklukkan Bargah dan Tripoli didalam menjaga keamanan di suatu daerah mesir dari serangan Bizantium. Akan tetapi dari kubu Bizantium memperkuat pertahanan mereka di pantai dan mengirimkan tentera mereka untuk ditempatkan di kubu-kubu tersebut. Maka penugasan itu dipercayai kepada Uqbah bin Nafi al-Fihri.
Dikarenakan Uqbah memliki jiwa keberanian untuk mengalahkan armada Bizantium yang berada di daerah pantai, begitu pula suku barbar yang berada di pedalaman maka daerah Tripoli dan Fazzan dapat dikuasai kembali berlanjut terus keselatan sampai sudan. Karena penyerbuan ini tidak bermaksud untuk mengamankan Mesir akan tetapi untuk menyapu bersih satuan Romawi dari negeri-negeri itu seluruhnya ke dalam Daulah Islamiyah.
Ketika bermulanya pemerintahan Yazid di bawah pimpinan Uqbah juga mereka berhasil menaklukan sampai ke pantai Atlantik, akan tetapi kemenangan mereka tidak beratahan lama karena disebabkan matinya Uqbah dan kalahnya satuan mereka tersebut, maka Romawi pun mengambil alih di daerah pantai tersebut.
Ketika khilafah Umayyah dijabat oleh pemerintahan Abdul Malik maka mereka pun mulai kembali membangun kekuasaan itu. Dengan mengirimkan pasukan yang besar yang di pimpin oleh Hasan bin Nu'am al-Ghassani. Maka pasukan ini pun berhasil mengalahkan pasukan-pasukan Romawi dan mengusir bangsa Barbar.
d). Perluasan ke Barat
Pada zaman Al-Walid Ibnu Abdul Malik ekspansi ke Barat dilakukan secara besar-besaran. Pada masa Walid inilah masanya ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya yang kurang lebih sepuluh tahun dia mengirim melitier dari Afrika Utara menuju wilyah Barat, benua Eropa,yaitu pada tahun 711 M. Ketika Aljazair dan Maroko telah ditundukkan, Tariq Ibnu Ziyad yang memimpin pasukan islam, berhasil memisahkan Maroko dengan benua Eropa, dan mendarat di tempat yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Maka tentara Spanyol telah dikalahkan. Dengan begitupun, spanyol menjadi sasaran untuk ekspansi berikutnya. Kordova yang merupakan ibu kota Spanyol pada saat itu dengan cepat dikuasai. Kemenangan umat islam ini pun didukung oleh rakyat setempat karena sejak lama mereka mendapat kekejaman dari penguasaan.
Dengan demikian ekspansi dari beberapa daerah,baik dari daerah Timur maupun daerah Barat, maka wilayah kekuasaan islam pada masa Umayyah ini begitu sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi seperti Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, Asia Kecil, Persia, Afganistan, yang daerah itu sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah. [5]
C. Kemajuan-kemajuan Bani Umayyah
Pada zaman Dinasti Umayyah perluasan kerajaan islam begitu besar, daripantai-pantai Atlantik hinggan sungai Indus hingga keluasan tersebut tidak bisa dibandingkan dengan zaman dahulu, yang sekarang cuman bisa disamai oleh kerajaan Inggris da Rusia.
Berhasilnya Dinasti Bani umayyah ini tidak hanya disuatu bidang kekuasaan islam saja, melainkan meningkatnya bidang politik, ekonomi, budaya dan lain lainnya. Sehingga menempatkan dirinya sebagai negara yang begitu luar biasa pada masanya. [6]
D. Bidang Administrasi Pemerintahan
Ketika masa khulafa al-Rasydin pemerintahan yang bersifat demokratis sedangkan pada Dinasti Bani Umayyah mengalami perubahan. Dikarenakan kebanyakan dari Bani Umayyah bukan orang orang yang bahli di bidang agama walaupun ada dari khalifah yang mengerti soal agama akan tetapi masih kembali dengan sistem yang diterapkan oleh sistem khalifah Mu'awiyah. Maka dalam masalah keagamaan diserahkan kepada ulama dari Qadhi dan Hakim, yang bisa disebut al-Qur,an dan Hadis sebagai sumbernya.
Ketika pada masa puncak dari pemerintahan Mu'awiyah, dia merubah pemerintahannya sebagaimana yang dikatakan Mu'awiyah:
There is not room for to stallions in one thicket . Sejak Mu'awiyah memberitahukan kepada anaknya sebagai penggantinya menjadi khalifah maka dari itu terbentuklah kerajaan-kerajaan dalam islam. Serta kemudian dalam hal administrasi pemerintahan di benarkan oleh beberapa pihak Diwan Departement yaitu:
a. Diwan Rasail: berfungsi mengurus surat-surat negara, dan Diwan ini ada dua macam, seketeriat negara pusat dan seketeriat propinsi.
b. Diwan al-Kharaj: Diwan ini bertugas mengurus pajak. Diwan ini dibentuk tiap propinsi yang dikepalai oleh Sahib al-Kharaj
c. Diwan al-Barid: Diwan ini merupakan badan intelejen yang bertugas sebagai menyampaikan rahasia daerah pada pemerintahan pusat.
d. Diwan al-Khatam: Mu'awiyah merupakan peramaian mendirikan Diwan al-Khatam ini sebagai departemen pencatatan setiap peraturan yang dikeluarkan khlifah harus disalin dalam suatu register kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang tertuju. [7]
E. Bidang Ekonomi
Berbicara tentang kondisi ekonomi pada masa Dinasti Bani Umayyah keberadaan Baitul Mal merupakan bukti adanya perkrmbangan ekonomi pada masa itu. Eksistensi Baitul Mal pada masa Dinasti Bani Umayyah sangat dibutuhkan sekali disebabkan penaklukan yang dilakukan sangat luas sekali ke Barat sampai Afrika Utara, Andalusia, dan ke Timur samapi ke India dan ke perbtasan China. Khalifah dan para pejabat negara serta militer waktu banyak memperoleh harta rampasan perang dan tanah-tanah yang subur dari tuan-tuan tanah besar Bizantium yang telah melarikan diri bersama tentara beserta kerajaan yang telah dilumpuhkan ataupun dikalahkan. Pemasukan-pemasukan keuangan negara berupa Kharaj, Gisyah, Usyur, zakat dan lain-lainnya.
Pembahasan kondisi ekonomi yang terjadi pada masa Dinasti Bani Umayyah dengan adanya Baitul Mal merupakan sebagai bukti adanya perkembangan ekonomi pada masa Bani Uamayyah serta perkembangan ekonomi itu berkembang luas ke beberapa negara yang ditaklukkan oleh Bani Umayyah yaitu Afrika Utara, Andalusia, India, dan sampai ke perbatasan China. Para pemerintah atupun pejabat dia yang paling menguasai di propinsi di wilayah tertentu dan para pejabat serta tentara-tentara waktu itu mengikuti peperangan dan dia berhak mengambil semua rampasan hasil dari peperangan di Bizantium dan Bizantium pun melarikan diri tentaranya beserta kerajaan yang telah dikalahkan. Sehingga para pejabat dan militer pemasukan keuangannya sangatlah banyak dari negara yaitu berupa Kharaj, Gisyah, Usyur, dan Zakat. Dan adapula tanah-tanah yang subur yang diolah dengan memakai tenaga buruh dari para petani. Ini termasuk sumber pemasukan pokok keuangan negara. Jadi semua ini termasuk sewa (leases) sistem ini menirukan sistem emphyteusis dari Bizantium.
F. Bidang Sains dan Peradaban
Pada masa Dinasti Bani Umayyah merupakan benih yang ditebarkan atas pohon ilmu dan peradaban islam, akan tetapi ia berbunga dan berbuah pada masa daulah Abbasiyah. Pada masa Bani Umyyah umumnya mempunyai perkumpulan kultur yang berada dari daerah yang ditaklukkan dan dikuasai, kemudian beragaman kultur tersebut mempengaruhi kultur pada bagian terbesar abad XIV sejarah islam. Sumber kultur kemajuan islam sesungguhnya adalah dengan cara menekuni dengan asyik akan ilmu-ilmu agama Lexikografi (menyusun kampus MJI).
Diantara ilmu pengetahuan yang bukan ilmu keagamaan juga di kembangkan seperti ilmu pengobatan, ilmu hisab dan sebagainya mereka mengususkan danm menterjemahkan buku-buku yang berbahasa latin yang berkembang dari Yunani diterjemahkan berbahasa Arab. [8]
Dinasti Bani Umayyah mempunyai perkumpulan yang dinamakan kultur, kemudian macam beragama kultur sehingga kultur tersebut mempengaruhi kepada keagamaan islam sehingga kultur islam bagian terbesar pada abad XIV, islam sebagai bukti sepanjang periode Bani Umayyah sampai saat ini ummat islam menyadari kebaikan yang bermanfaat. Kultur islam berkembang dan maju pada masa Dinasti bani Umayyah dengan metode selalu menekuni ilmu-ilmu agama dengan senang hati untuk menambahkan intelektual pada masa Bani Umayyah.
G. Bidang Politik Kenegaraan
Realitas sejarah mengatakan bahwa selama 91 tahun kekuasaan Bani Umayyah telah memantapkan kedudukan negara islam sebagai negara Adikuasa yang merupakan pelanjut dari kekuasaan nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin. Sedangkan peristiwa paling penting dalam bidang politik dalam kenegaraan yang terjadi pada masa Bani Umayyah yang merupakan pangkal dari kemajuan selanjutnya adalah peristiwa yang dikenal dengan sebutan "Tuhan persatuan ummat islam" (Ammul Jama'ah). Ammul Jama'ah adalah bersatunya ummat islam kepada kekuasaan Mu'awiyah sehingga peristiwa ini pembuka jalan untuk menyusun kekuasaan baru ummat islam setelah terjadi perpecahan antara Ali dan Mu'wiyah.
H. Faktor Pendukung Kemajuan Bani Umayyah
Faktor-faktor yang menjadikan islam menjadi negara besar pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah:
1. Faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang timbul dari dalam diri (pemerintahan Bani Umayyah) sebagai negara islam, yang meliputi:
a) Luasnya Wilayah
Sesudah memperoleh hasil dari penaklukan-penaklukan, pemerintahan Bani Uamyyah memiliki wilayah yang begitu luas, dibandingkan pada masa Nabi Muhammad dan Khulafar Rasyidin. Kekuasaan yang luas itu dimulai dari negeri Sind dan berakhir di Spanyol.
b) Kekuatan Militer
Kekuatan militer kaum muslim ini disebabkan antara iman dan kebiasaan berperang bagi orang arab, watak suka berperang ini dianjurakan di dalam islam untuk berjihad di jalan Allah.
Dari kekuatan mileter ini untuk mendorong semangat di dalam melakukan ekspansi dan perluasan wilayah dari negara-negara yang boleh diperangi dan dijajah oleh agama islam, maka dipilah lah mereka yang terbiasa didalam berperang agar tidak ada didalam jiwa mereka ketakutan kepada musuh yang ingin diperangi.
c) Ekonomi dan Politik
Pada masa pembangunan ekonomi ini ditujukan kepada masyarakat-masyarakat "baru" yang telah ditaklukan maupun masyarakat yang tidak ditaklukan, baik dimulainya dari pembangunan sarana-sarana ekonomi seperti sarana pertanian, pengairan, tranportasi, dan lain-lain, juga didapatkan melalui rampasan perang (Qhanimah), yang dimana rakyat merasa puas dengan kinerja dan kebijakan dari pemerintah.
2. Faktor Eksternal
Faktor dari luar yang menjadikan negara islam besar pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
a) Lemah dan mundurnya kekuasaan akibat kehancuran negara Persia dan terposirnya Bizantium, dari peperangan yang terus berlanjut antara kedua negara dipastikan adanya banyak korban dan kerugian yang cukup besar dari kedua pihak baik dari segi ekonomi, militer dan sosial masyarakat.
b) Muculnya kebencian oleh orang-orang daerah jajahan Bizantium akibat dari sikap dan perlakuan mereka yang semena-mena zhalim kepada pihak penjajah terhadap orang-orang yang terjajah. [9]
Degan demikian, dari dua faktor tersebut untuk memajukan suatu negeri dan agar tidak adanya kebencian diantara pemerintahan, maka dmiulainya dengan kemajuan-kemajuan perluasan wilyah yang meningkat dan kekuatan meliter yang berani serta ekonomi yang mapan agar terus adanya perkembangan yang dilakukan pemerintahan Bani Umayyah.
I. Konflik masa Pemerintahan
1. Perlawanan Kaum Khawarij
Kaum Khawarij adalah pengikut Ali bin Abu Thalib yang meninggalkan barisannya karena tidak setuju dengan pendapat Ali dalam menerima tahkim untuk menyelesaikan permasalahan kekhalifahan dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Karena menurut pendapat Khawarij, tahkim itu adalah salah satu yang tidak sesuai dengan al-Qur,an, ketika ada orang yang menerima tahkim tersebut berarti telah melakukan dosa besar dan kafir.
Akan tetapi sebesar apapun kebencian Khawarij kepada Ali, lebih besar lagi kebencian mereka terhadap Bani Umayyah dan bahkan lebih mendalam. Perlawanan Khawarij pun dimulai kepada Bani Umayyah oleh Farwah Al Asja'i, namun perlawanan ini dapat dilumpuhkan oleh kaum kuffah. Akan tetapi perlawanan dari kaum Khawarij terus berlanjut dari generasi-generasi yang berikutnya ialah Syahib Ibn Yazid Al Syabini, Nafi' Ibn Al Azrak, Qathari Ibn Al-Fujjah, Rabih Al-Kabir dll.
Pada tahun 130 H, kaum Khawarij dapat menguasai kota Madinah yang tidak begitu lama, karena dihancurkan dari perlawanan yang dipimpin oleh Marwan Ibn Muhammad. Setelah perlawanan tersebut mereka pun menjadi kelompok-kelompok kecil yang juga mengadakan perlawanan terhadap Dinasti Bani Abbasiyah. [10]
Dari sumber ini munculnya kaum Khawarij pada zaman Ali dan kaum Khawarij juga merupakan pengikut Ali, kaum mereka berpisah kepada Ali dikarenakan Ali menyetujui tahkim di dalam persenketaan dengan Mu'wiyah, dan meurut pendapat kaum Khawarij itu tidak boleh karena melanggar dari ayat-ayat al-Qur,an, maka mereke pun ingin membunuh seseorang yang sangat berperan di dalam peristiwa tersebut. Sebelum mereka melakukan serangan terhadap Bani Umayyah kaum Khawarij melakukan peperangan dengan Ali karena tidak terima gara-gara menerima permasalahan Ali dan Mu'awiyah diselesaikan melalui Tahkim, akan tetapi mereka mengalami kekalahan dan salah satu dari mereka juga berhasil membunuh Ali pada kesempatan lain. Maka setelah mereka berhasil membunuh Ali mereka pun melanjutkan penyerangan kepada Bani Umyyah, akan tetapi mereka selalu mengalami kekalahan dari dipimpinnya Farwah Al Asjai'i sampai generasi-generasi berikutnya dan sampai mereka menjadi kelompok-kelompok kecil yang nanti di lumpuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyah
2. Pembangkangan Kaum Syiah
Kaum Syiah adalah pengikut setia dari Ali dan mereka berpendapat bahwa Ali lah yang berhak menjadi khalifah menggantikan Nabi Muhammad untuk menjadi Khalifah Umat Islam.
Setelah beberapa masa waktu keadaan umat islam tenteram didalam kesatuan pemerintahan kesatuan Dinasti Bani Umayyah, kaum Syi'ah memulai pemberontakan. Gerakan ini dimulai oleh Husain Ibn Ali. Oleh karena Husain tertarik dari bujukan-bujukan orang-orang Irak yang tidak mengikuti kekhalifahan Yazid bin Mu'awiyah.
Husain pindah bersama keluarga dan kelompok kecil pengikutnya dari Madinah menuju Irak (Kuffah). Pada mulanya telah diadakan perundingan, akan tetapi Husain tetap dengan pendiriannya, akhirnya peperangan tidak dapat terhindarkan. Dalam pertempuran tersebut yang terjadi di Karbala suatu tempat yang berdekatan dengan Kuffah pasukan Husain kalah dan Husain sendiri meninggal. [11]
Dengan ini golongan syiah ialah satu kaum yang begitu mengelu-elukan Ali, karena kesetian yang mereka miliki kepada Ali, setelah Ali wafat kaum Syiah mengangankat Husain dalam mengadakan pemberontakan. Akan tetapi Yazid bin Mu'awiyah tidak tinggal diam, dia pun memerintahkan Ubaidillah Ibn Yazid untuk memeranginya, maka mereke pun menyusun suatu strategi agar mereka bisa melumpuhkan Husain dan rombongannya yang dipimpin oleh Al Husain Ibn Tarmini, al-Hur Ibn Yazid dan Umar Ibn Sa'ad. Dalam pertempuran tersebut yang dipimpin oleh Umar Ibn Sa'ad sebagai paglima Bani Umayyah, maka Husain Ibn Ali tewas didalam peperang tersebut.
J. Faktor-Faktor Kemuduran Bani Umayyah
1. Diskriminasi Rasial (Ashabiyah Qaumiyah)
Dinasti Bani Umayyah diketahui bahwa pemerintahannya mendasarkan atas warna ke-Arabian yang keras dan murni, sehingga antara hak kaum muslimin yang berkebangsaan arab dengan non Arab nyaris lenyap.
Di bawah naungan pemerintahan Dinasti Bani Umayyah, orang-orang non Arab(Mawali) yang baru islam dikenalkan Jizyah. Diceritakan bahwa petugas-petugas Hajjaj Ibn Yusuf mengirim surat kepadanya, bahwa kaum Ahludhimah memeluk islam secara berbondong-bondong dan kemudian mereka pindah dari kampung-kampung ke kota Basrhrah dan Kufah, maka berkuranglah hasil Jizyah segera memerintahkan pengusiran sebagiamana sebelum mereka memeluk agama islam. Ketika perintah Hajjaj itu diberlakukan dengan kaum tersebut, maka mereka pun keluar dari kota Bashrah dengan keadaan menagis dan meratap. [12]
Dari sumber ini adanya kekeliruan dari pemerintahan Bani Umayyah yang lebih mengutamakan hak Arab daripada non Arab, akhirnya timbullah pemikiran dari non Arab (mawali) yang negatif sehingga mereka merasa walaupun mereka seagama akan tetapi mereka tidak diperlakukan seperti kedudukan orang Arab yang semstinya.
2. Separtisme Arab
Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah kefanatikan kesukuan (tribal spirit) sebagai masalah lama muncul kembali dan hidup dengan subur. Suku suku Arabiyah terbagi menjadi dua kelompok yaitu: suku bangsa Arab Utara yang disebut mudhaiyah (suku Qayis), yang pada umumnya bertepatan di Irak. Dan suku bangsa Arab Utara yang disebut mudhariyah (suku Qayis) yang pada umumnya bertepatan di Syiria. Khlifah Bani Umayyah mendukung salah satu kelompok bangsa Arab.
3. Pergerakan Bani Abbas Menggulingkan Khalifah Bani Umayyah ke Dinasti Abbasiyah
Ketika Umar Bin Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah, waktu itulah disusun secara diam-diam propaganda untuk menegakkan Dinasti Abbasiyah. Sikap toleransi Umar Ibn Abdul Aziz dalam memerintah menyebabkan suburnya propaganda-propaganda tersebut. Pelopor gerakan ini adalah Ali Ibn Abdillah Ibn Abdul Abbas dan putranya yang bernama Muhammad Ibn Ali.
Pergerakan ini dimulai yang akan dilaksanakan di Hunainah sebuah kampung diselatan laut mati meskipun yang melakukan propaganda ini Bani Abbas, namun Bani Abbas ini tidak menampakkan dirinya dan justru yang di populerkan adalah Bani Hasyim. Sehingga ini dilakukan supaya pengikut-pengikut Ali Ibn Abu Thalib disertai pengikut golongan Bani Abbasiyah yang tidak terpecah.
K. PROSES SUKSESI DARI BANI UMAYYAH KE DINASTI ABBASIYAH
Pada saat masa suksesi yang dilakukan Bani Abbas terhadap kekhalifahan Bani Umayyah ini sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa. Dengan gerakan yang didahului oleh saudara Bani Abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas dan lain lainnya. Dengan upaya merebutkan kekuasaan, Bani Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayyah atas kekhalifah Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab lebih dekat dengan Nabi SAW. Untuk itu mereka melakukan pergerakan yang luar biasa dalam meruntuhkan kekhalifahan Bani Umayyah, dengan melakukan pemberontakan terhadap Bani Umyyah.
Pergantian suksesi kekuasaan Dinasti Bani Umyyah oleh Dinasti Abbasiyah diwarnai dengan pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang beragama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam. [13]
Dari Jurji Zaydan berpendapat bahwa Abu Muslim berperan penting dalam Dinasti Abbasiyah, dalam peran tersebut Abu Muslim menggerakkan apa yang ada padanya. Abu Muslim memimpin penyerangan ke Bani Umayyah karena Abu Muslim memiliki banyak keahliaan dalam hal militer. Dalam penyerangan tersebut Abu Muslim memulai serangan dari Khurasan ke Kufah, Irak. Pada tahun 750 M termulainya peperangan antara Bani Umyyah dengan Bani Abbasiyah di Irak, kemudian Bani Abbasiyah mengalami kemenangan dalam peperangan tersebut. [14]
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa di dalam suksesi ini terjadi karena gerakan yang didahului oleh Bani Abbas dengan tujuan meruntuhkan kekhalifahan Bani Umayyah dan merebut kekuasaan khalifah Islam karena Bani Abbasiyah merasa bahwa ia adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Dan pergantian suksesi ini juga terjadinya peperangan untuk merebutkan kekuasaan dan pemerintahan yang berujung tertumpahnya darah, yang penyerangan tersebut terjadi di Khurasan, Irak. Yang ketika itu Bani Abbas di pimpin oleh Abu Muslim dalam kekutan peperangan maka Bani Umayyah mengalami kekalahan dan Khalifah Marwan yang menjadi pemimpin Bani Mua'wiyah pada saat itu lari ke Mesir. tidak berselang waktu yang lama ia pun terbunuh. Maka berakhirlah riwayat kekuasaan dari Dinasti Bani Umayyah. Dengan digantinya Dinasti Abbasiyah.
.
[1] Philip K. Hitti, History of The Arab (New York: Macsimillian Students Press, 1977), dari buku Ah Zaki Fuad. Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel 2014), hal. 98
[2] Ah.Zakki Fuad Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012) h. 99-100.
[3] Ah. Zakki Fuad Sejarah Peradaban Islam.... h. 100.
[4] Ah. Zakki Fuad, Seajarah Peradaban Islam.... h. 101-102.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, h. 61-62
[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV Indo Pramaha, 2012)., h. 105-106.
[7] Ah.Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam......, h. 107.
[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam......, h. 110-113
[9] Ah. Zakki Fuad, Seajarah Peradaban Islam....., h. 116-117.
[10] Ah. Zakki Fuad, Seajarah Peradaban Islam....., h. 118-119
[11] Ah. Zakki Fuad, Seajarah Peradaban Islam....., h. 120.
[12] Ah. Zakki Fuad, Seajarah Peradaban Islam....., h. 123-125
[13] Darmawati, Sepak Terjang Demokrasi Dalam Masyarakat Islam, (Makassar: Sulesana, 2013), h. 15.
[14] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h. 142.
Download File Dinasti Umaiyyah/Khilafah Bani Umaiyyah (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku