DESKRIPSI
SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Deskripsi ini di susun untuk memenuhi mata kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen pengampu :
DR. H. AH. ZAKKI FUAD. M.Ag.
Ditulis oleh :
Ahmad Sholihan (D01218007)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
BAB V
SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA
MASA DINASTI ABBASIYAH
A. ASAL USUL DAN PEMBENTUKAN BANI ABBAS, PEMERINTAHAN BANI ABBAS
Bani Abbas berasal dari keturunan Al-Abbas yakni tidak lain adalah paman Rosulullah SAW sendiri, pendiri dari dinasti ini adalah Abdullah As-Saffah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Al-Abbas atau sebagian besar ahli sejarah menyebutnya Abul Abbas dalam buku-buku mereka. Pendirian bani Abbasiyah dianggap sebagai kemenangan bagi bani Hasyim karena mereka menghendaki setelah sepeninggal Rasulullah yang menggantikan beliau adalah keluarga Rasulullah dan sanak saudara. Umat Islam dari golongan Syi'ah beranggapan bahwa yang dimaksud bani Hasyim adalah keturunan Rasul itu adalah Ali maka mereka membantunya untuk menjadi khalifah. Padahal tidak demikian setelah mereka berkuasa mereka menganggap bahwa mereka yang lebih utama dari yang lain sehingga muncul pemberontakan terhadap pemerintaahan bani Abbasiyah. [1]
Tetapi ide dari pemerintahan ini telah dikalahkan oleh kaum muslimin pada zaman permulaan islam yang berpikiran sehat mentapkan bahwa kekholifaan berada ditangan kaum muslim tidak ditentukan berdasarkan keturunan, melainkan mereka berhak menentukan pemimpin dari kalangan mereka setelah mendapat dukungan. Tetapi orang-orang Parsi masih tetap berpegang pada pendiriannya yaitu hak ketuhanan yang suci, dan mereka masih berusaha menyebarkannya. Sehingga mereka berhasil mengantarkan bani Hasyim ke puncak kepemimpinan. [2]
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya dinasti Abbasiyah ada dua yaitu faktor luar dan faktor dalam, berikut pennjelasanya:
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi kemunculan dinasti Abbasiyah adalah sikap khalifah Muawiyah yang tidak menpati janjinya ketika menjabat sebagai khalifah pada perjanjian madain. Yang disebutkan dalam perjanjian ini antara lain:
a. Agar Muawiyah tidak dendam terhadap penduduk Irak.
b. Pajak negeri Ahwaz diberikan kepada Ali setiap tahun.
c. Membayar kepada Husain sebesar dua juta dirham.
d. Pengangkatan khalifah selanjutnya diserahkan kepada kaum muslimin.
Pada akhirnya itu membawa dinasti Umayyah pelan-pelan menuju kehancuran ditangan musuh-musuhnya dan khususnya ditangan bani Abbas, dari kejadian diatas merupakan cikal bakal timbulnya bibit pemberontakan hingga akhir kekuasaan bani Umayyah.
Dalam pendeklerasian Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah merupakan sebuah pelanggaran perjanjian madain, hal ini bertentangan dengan kepemimpinan sebelumnya yang tidak mendasarkan pemilihan kholifah pada keturunan melainkan dengan demokrasi. Hal ini membuat bermunculannya gerakan-gerakan bawah tanah yang berusaha menggulingkan dinasti Umayyah dan juga menyebabkan peperangan dalam umat Islam. Beberapa tokoh yang berada di madinah menolak membaiat Yazid ketika naik tahta, tetapi ia mengirimkan surat perintah untuk membaiat Yazid sebagai khalifah, namun Abdullah ibn Zubeir dan Husein ibn Ali menolak surat perintah tersebut.
2. Faktor Internal
Sebelum menggunakan nama Abbasiyah, kelompok ini menamakan diri mereka sebagai Gerakan Hasyimiyah atau gerakan Ahlul Bait [3] . Gerakan ini terpecah menjadi dua golongan yang sama-sama memperebutkan jabtan kekhalifaan, yakni Golongan Alawiyah dan Golongan Abbasiyah.
Jadi dapat disimpulkan secara garis besar bahwa berdirinya dinasti ummayah berasal dari ketidak puasan antara golongan bani Hasyim dengan tindakan Muawiyah yang menyebabkan mereka membuat gerakan pemberontakan untuk menggulingkan dinasti Umayah itu sendiri, dan juga ambisi yang besar dari golongan bani Hasyim untuk memiliki jabatan khalifah.
Menurut Ahmad Syalabi terdapat langkah-langkah yang digunakan tokoh gerakan bani Abbasiyah yakni Muhammad ibn Ali. Pertama, menyerukan hak-hak kholifah menurut pendapatnya sendiri, bahwa yang berhak dipilih sebagai kholifah adalah masih dari kerabat Nabi Muhammad SAW. Seruan tersebut diserukan pada orang-orang tertentu. Kedua, menghasut rakyat-rakyat untuk menentang pemerintahan bani Umayyah dan mempersiapkan diri mereka untuk menerima ajaran baru. Ketiga, membentuk paksi-paksi yakni Hamimah, kuffah, khurasan. [4]
Langkah awal Muhammad ibn Ali berhasil karena ia berhasil mengahasut rakyat-rakyat sekitar oleh propaganda Abu Muslim Al-Khurosan. Propaganda tersebut adalah Al-Abbas sebagai ahlul bait yang lebih berhak mewarisi kekhalifahan
Kekuasaan dinasti Abbasiyah berlangsung antara tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M). Pada masa dinasti Abbasiyah dibagi menjadi 5 periode yakni:
a. Periode pengaruh Persia pertama tahun (132 H/750 M - 232 H/847 M).
b. Periode pengaruh Turki pertama tahun (232 H/847 M - 334 H/945 M).
c. Periode pengaruh Persia kedua tahun (334 H/945 M - 447 H/1055 M). Periode ini ada dalam kekuasaan bani Buwaih dalam pemerintahan Abbasiyah.
d. Periode pengaruh Turki kedua tahun (447 H/1055 M - 590 H/1194 M). Masa ini dalam kekuasaan bani Seljuk (dalam kendali Salajiqah al-Kubra).
e. Periode khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain tahun (590 H/1194 M - 656 H/1258 M). [5]
Penyebab terjadinya periode-periode ini adalah perubahan pola politik, sosial, dan budaya sehingga para sejarawan membagi masa pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah menjadi lima periode.
B. PERLUASAN WILAYAH ATAU EKSPANSI MASA DINASTI ABBASIYAH
Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah perluasan wilayah Islam semakin luas melebihi dari pemerintahan sebelumnya yakni dinasti Umaiyyah, antara lain Al-Jazair, Spanyol, Yordania, Palestina dan lainnya meluas hingga ke Turki, China, India. Pemerintahan bani Abbas berpusat pada kota Baghdad. Tetapi dinasti Abbasiyah lebih bertumpu atau berfokus pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Kemajuan tersebut tidak lepas dari tangan-tangan dingin pemimpin Bani Abbasiyah seperti Al-Manshur, Al-Makmun dan Harun Ar-Rosyid, usaha-usaha yang dilakuakan khalifah Al-Manshur adalah dengan menaklukan kota-kota yang membebaskan diri dari pemerintahan pusat dan meningkatkan keamanan di wilayah perbatasan dan juga merebut benteng-benteng didaerah Asia. Disisi lain dia melakukan perdamaian dengan kaisar Constantinovel ke lima, dan selama gencatan senjata Bizantium harus membayar upeti tahunan.
C. KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Kemajuan ilmu pengetahuan pada dinasti Abbasiyah ini berkembang pesat mulai dari ilmu agama, sains dan tekhnologi, filsafat, pendidikan, ekonomi, politik, militer, dan seni budaya. Kemajuan ini dapat berkembang karena dua faktor yaitu Asimilasi bangsa Arab dengan bangsa lain dan gerakan penerjemahan pada masa kholifah Al-Manshur dan Harun Ar-Rosyid. Kemajuan ini juga tidak lepas dari kota Bagdad sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masa Dinasti Abbasiyah. Meningkatnya ilmu pengetahuan pada masa dinasti Abbasiyah sudah terlihat pada fase pertama yang dipimpin kholifah Al-Mansyur, Harun Ar-Rosyid, dan Al-Makmun, mereka merupakan ilmuan yang sangat cinta pada pengetahuan Berikut ini kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Abbasiyah:
1. Perkembangan Ilmu Agama
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dikenal sebagai zaman keemasan ilmu pengetahuan dan Agama, dan bermunculannya tokoh-tokoh yang bermunculan yang sangat berpengaruh dalam peradaban Islam maupun dunia dari zaman dulu hingga zaman sekarang. Ilmu-ilmu agama yang berkembang antara lain ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu tasawuf.
a) Ilmu Tafsir
Ilmu Tafsir merupakan ilmu yang digunakan untuk menafsirkan Al-Quran, sebab pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah banyaknya orang-orang non Arab yang baru memeluk agama Islam, sehingga mereka butuh sebuah penafsiran dalam memahami Al-Quran. Penafsiran yang dikembangkan bukan hanya penafsiran makna tetapi "Bil Al Ma'sur wa Bi Al Ra'yi". [6]
Pada zaman sebelum penafsiran secara keseluruhan dan tidak pula penafsiran secara ayat-perayat secara sistematis, yang ada hanyalah penafsiran dari sabagian-sebagian ayat dari berbagai surat. Yang pembuatannya untuk tujuan tertentu karena orang-orang pada kala itu sulit memahami makna ayat sehingga berselisih pendapat.
Pada dinasti Abbaasiyah ilmu tafsir mengalami perkembangan pesat dan menjadi lebih sistematis, hal ini dibuktikan dengan ditulisnya tafsir Al-Farra' yang ditulis Al-Faraa' dengan mendengarkan hafalan dari sebuah masjid. [7] Kemudian muncul At-Tabari yang menghimpun tafsir-tafsir daritokoh-tokoh sebelumnya, lalu muncul Ulama' yang menafsirkan Al-Quran secara rasional seperti tafsir Al Jahiz. Tokoh-tokoh ilmu tafsir yang ada pada zaman ini seperti Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani yang menganut faham tafsir Bi Al Ra'yi, sedangkan yang menganut faham Bi Al Aqli adalah Amar ibnu Muhammad Al-Khowarizmi.
b) Ilmu Hadits
Ilmu Hadis merupakan ilmu yang mempelajari tentang hadis mulai sanad, matan, rowi dan lainnya, pada zaman pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah perkembangan ilmu hadis mengalami kajian sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Quran yang berkembang dengan menelusuri keshohihan hadis. Inilah mengilhami terbentuknya ilmu Jahri wwa Ta'di dan ilmu Mustalahul Hadis. Beranjak dari ilmu-ilmu inilah para Ulama' Hadis mengkodifikasikan Hadis secara teratur dan sistematis kedalam kitab. [8]
Mengapa dibutuhkan Ilmu Hadis? Karena Hadis adalah pendamping Al-Quran, yang maksudnya adalah didalam Hadis terdapat penjelasan tentang Al-Quran. Tentang peristiwa yang berkaitan dengan umat islam. Pada zaman sebelum kekhalifahan dinasti Abbasiyah belum ada pembukuan Hadis secara sistematis seperti Al-Quran. Oleh karena itu para sejarawan menganggap bahwa pembukuan Hadis secara sistematik dimulai pada daulah bani Abbasiyah, penggolongan mulai dari aspek rowi atau periwayat, sanad, matan sehingga dapat diketahui keshahihan, kehasanan, kedhoifan hadis dapat diketahui.
c) Ilmu Kalam
Pada pemerintahan dinasti Abbasiyah khususnya Al-Ma'mun dan Harun Ar-Rosyid mnengalami perkembangan pesat, bahkan Ilmu Kalam atau disebut juga theologi menjadi salah satu komponen penting dari pemerintahan bani Abbasiyah sehingga sangat berpengaruh pada pemerintahan tersebut. Pada masa itu aliran Mu'tazilah menjadi aliran resmi pemerintahan Bani Abbas, fungsi ilmu kalam pada masa itu digunakan sebagai alat membela islam dari serangan paham-paham orang-orang Yahudi dan Nasrani. [9]
Ilmu Kalam merupakan ilmu yang membahas tentang keesaan tuhan, sifat-sifat dan lain-lain, ilmu kalam ini bermula pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
d) Ilmu Fiqih
Kebanggaan pada masa pemerintahan ini adalah terdapatnya empat imam Fiqih yang termasyhur hingga sekarang yaitu Imam Abu Hanifah (wafat 129 H), Imam Malik (wafat 179 H), Imam Syafi'i (wafat 204 H), Imam Ahmad bin Hambal (wafat 241 H). Selain itu ada madzhab-madzhab lain yakni Madzhab Jaririyah yang dipelopori At-Tabari (wafat 923 H) yang hanya dua generasi, Madzhab Dhahiriyah yang dipelopori oleh Dawud bin Ali (wafat 884 H), pengambilan hukum madzhab ini berdasarkan bukti yang ada atau dhohir yang tertulis pada Al-Quran.
Empat imam diatas merupakan imam yang sangat termasyhur sehingga dijadikan rujukan ulama-ulama zaman sekarang.
e) Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu Tasawuf bermula dari perkumpulan dan diskusi tak resmi yang terjadi dimana-mana khususnya dimasjid dan bersama latihan sepiritual, Ilmu Tasawuf menyebar keseluruh penjuru negeri yang dikuasai Dinasti Abbasiyah yang dibawa para sufi terkemuka seperti:
1) Al-Qusyairi atau Abu Kasim Abdul Karim bin Hawzin Al-Qusairi (wafat 465 H). Karyanya Ar-Risalah Al-Qusyairiyah
2) Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin (wafat 632 H) kitabnya Awariful ma'arif
3) Imam Al-Ghozali (wafat 502 H) beliau lahir di Thus abad ke liam Hijriyah, kitabnya yang terkenal adalah Ihya'Ulumuddin.
Dari yang dapat kita lihat ilmu agama adalah penyumbang yang cukup besar terhadap perkembangan Dinasti Abbasiyah.
2. Perkembangan Ilmu Filsafat dan Sains
Pada masa perkembangannya ilmu filsafat pada masa Dinasti Abbasiyah berkembang sangat pesat terutama pada masa kholifah Al-Ma'mun dan Ar-Rosyid karena masa kholifah tersebut terdapat penerjemahan kitab Filsafat Yunani kedalam bahasa Arab. Tetapi para ilmuwan muslim tidak serta merta mengambil semua yang ada pada Filsafat Yunani tersebut melainkan mereka memodifikasi atau merubah Filsafat tersebut sesuai dengan ajaran islam sehingga muncul Filsafat Islam.
Akan tetapi pengambilan atau penerjemahan buku-buku Filsafat tersebut hanya sebagai perbandingan oleh Filsuf-filsuf untuk menciptakan Filsafat yang bernuansa islam, tokoh-tokoh Filsafat pada dinasti Abbasiyah seperti :
a) Al-Khindi atau bernama lengkap Abu Yusuf bin Ishaq Al-Khindi wafat tahun 873 M yang mengajarkan Agama dan Filsafat menghendaki kebenaran tetapi penempuahannya yang berbeda, agama melalui syari'at sedangkan filsafat melelui pemikiran yang rasio beserta bukti.
b) Al-Farabi lahir di Turkistan tahun 870 M yang bergelar Al-Ustad Atsani ia merupakan filsuf muslim yang terkenal, ia juga menguasai berbagai ilmu seperti matematika, astronomi, kimia dan lain-lain. Al-Farabi berguru ke Bagdad untuk mempelajari sains dan filsafat, filsafatnya banyak mengambil dari filsafat Plato yang sesuai dengan konsep islam.
c) Ibnu Sina (Aviccena) lahir 980 M di Buchoro, beliau merupakan ahli kedokteran yang juga menguasai ilmu filsafat, beliau mengarang banyak buku diantaranya As Sifa', AlIsryara yang banyak memuat hubungan agama dan filsafat.
d) Ibnu Rush (Averoush) wafat 594 H ia merupakan tokoh filsafat yang banyak mengambil ilmu filsafat dari pemikiran Aristoteles. [10]
3. Perkembangan Sains dan Teknologi
Perkembangan sains dan tekhnologi pada pemerintahan ini masih kalah dengan Yunani, perekembangan ini terbentuk atas keingin tahuan terhadap buku-buku orang yunani yang diterjemahkan kedalam bahsa Arab, perkembangan ini ditandai oelh berdirinya universitas-universitas Islam di Baghdad. Diantara perkembangan Sains dan Tekhnologi adalah sebagai berikut:
a) Ilmu Kedokteran
Tanda berkembangnya Ilmu Kedokteran pada Masa dinasti Abbasiyah adalah dengan berdirinya rumah sakit yang didirikan oleh Kholifah Harun Ar-Rosyid, tokoh-tokoh kedokteran pada masa ini antara lain Ar-Razi dan Ibnu Sina. Beliau berdua dikenal sangatv menguasai ilmu kedokteran dan Ar-Rozi juga sebagai ahli kimia padaa zaman pertengahan beliau juga penemu benang Fontanel yang digunakan menjahit luka. [11]
Sepeninggal Ar-Rozi kecemerlangan kedokteran diteruskan oleh Ibnu Sina Al-Qoonuun Fi At-Thibb.
b) Ilmu Kimia
Tokoh Ilmu Kimia zaman ini adalah Jabir Ibnu Hayyan yang bergelar Bapak Ilmu Kimia Arab beliau banyak mengemukakan teori-teori tentang kekimiawian, berkat temuan-temuan beliau kemakmuran Daulah Abbasiyah semakin baik
c) Ilmu Astronomi
Pada awalnya ilmu astronomi digunakan sebagai penentu arah kiblat dan berkembang digunakan oleh pedagang, pelaut dan ulama' untuk menyiarkan agama diluar negeri, tokoh Ilmu Astronomi ini adalah Al-Khawarizmi (wafat 846 H), dengan ilmu Astronomi perdagangan juga turut berkembang hingga penjualan hasil tani dan lain sampai ke negeri Cina bahkan lebih.
d) Ilmu Matematika
Selain Ilmu Astronomi yang dikuasai Al-Khawarizmi juga Matematika diantaranya teori yang dibuatnya adalah Al-Jabbar. Selain itu orang muslim juga menyumbang angka Arab yakni (123456789). Selain itu ada juga trigonometri dan lain-lain.
4. Perkembangan Politik
Kemajuan Politik yang diperoleh dari Imperium Abbasiyah tidak saja membutuhkan penilaian dari teori Politik tetapi lebih membutuhkan nurani. Pergantian kepemimpinan dari Ummayah ke Abbasiyah bukan hanya sekedar pergantian melainkan sebagai revolusi dalam sejarah islam.
5. Perkembangan Ekonomi
Usaha pemerintahan Bani Abbasiyah pada bidang perekonomian mengalami kemajuan yang luar biasa, sehingga terjadi pertumbuhsn ekonomi yang sangat pesat dan dalam waktu yang relatif singkat. Berikut ini sektor-sektor yang dikembangkan pada masa Dinasti Abbasiyah:
a) Sektor Pertanian
Perhatian pemerintahan Dinasti Abbasiyah pada sektor pertanian sangat besar hal ini ditandai dengan digalakannya revolusi hijau didaerah yang subur seperti lembah sungai Dajlah dan Effrat. Gerakan ini dimulai dengan adanya pembangunan bendungan-bendungan dan kanal-kanal diberbagai tempat , sehingga air melimmpah hingga dapat menelusuri lembah dan daratan rendah yang sangat luas. [12]
b) Sektor Industri
Dinasti Abbasiyah pada sektor industri mengacu pada penggalian sumber daya alam dengan memanfaatkan tenaga insani yang sudah terdidik. Pada zaman ini meskipun belum canggih tapi dinilai maju karena pemerintah telah mencapai sukses besar dan sangat strategis bagi pemenuhan kebutuhan pembangunan dan lain-lain.
c) Sektor Perdagangan
Seperti yang dijelaskan pada kemajuan ilmu Astronomi tadi, pada sektor perdagangan terjadi perkembangan sangat pesat hingga menuju keluar daerah Arab hingga Cina.
d) Sektor Administrasi Pemerintahan
Kita tahu bahwa pemerintahan Arab masa itu menggunakan sistem monarki atau kerajaan. Administrasi pemerintahan daulah Abbasiyah adalah modifikasi dari daulah Umayyah, tetapi karena keabsolutan dan kemajuan perkembangan sosial dan ekonomi kholifah dapat mendelegasikan atau mewakilkan kepada Wazir. Struktur birokrasi daulah Abbasiayah adalah kekuasaan ada ditangan khalifah, dalam urusan sipil diwakilkan kepada Wazir.
D. FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah tidak terjadi dalam waktu yang singkat melainkan membutuhkn waktu yang cukup panjang, keruntuhan dinasti Abbasiyah adalah buntut dari luasnya wilayah yang tidak terkendali sehingga menimbulkan disintegrasi wilayah antara wilayah pusat dan wilayah daerah.
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasan dalam sejarah, tetapi sebenarnya pada periode kedua kekuasaan Dinasti Abbasiyah sudah menunjukan awal kemunduran. Hal ini dikarenakan pihak yang dulu membantu Bani Abbasiyah untuk mendapatkan jabatan ke khalifahan ingin meminta imbalan atas usaha mereka dalam mendirikan dinasti Abbasiyah ini.
Selain itu terdapat juga faktor kemunduran politik bersama dengan kemerosotan ekonomi, hal ini membuat pemasukan kas negara mengalami inflasi karena penyempitan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah dikarenakan aksi kerusuhan yang mengganggu perekonomian negara. Selain itu ada juga faktor-faktor lain yakni bermiunculannya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan hal ini dikarenakan ketidak puasan golongan-golongan tertentu terhadap kepemimpinan dinasti Abbasiyah, ancaman dari luar, serangan bangsa Mongol dan keruntuhan Bagdad.
Faktor utama penyebab kemunduran atau keruntuhan dinasti Abbasiyah adalah tejadinya konflik internal dalam keluarga bani Abbas yang berkepanjangan, dan munculnya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari dinasti Abbasiyah [13]
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Ah. Zakki, Sejarah Peradaban Islam, (digilib.uinsby.ac.id)
Fuad, Ah. Zakki. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Indo Pramaha
Syalabi, A. 1997. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Riski Putra
[1] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (digilib.uinsby.ac.id)., h. 154 diakses pada 26-09-18 pkl. 11.00
[2] A. Syalabi, Sejarah Peradaban Islam, jilid 2, (jakarta: Pustaka Alhusna,1997)., h. 1
[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: Indo Pramaha, 2012) h. 132-135
[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (digilib.uinsby.ac.id)., h. 154 diakses pada 26-09-18 pkl. 11.00
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010)., h. 49
[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam...h.144
[7] A. Syalabi, Sejarah dan Peradaban Islam...h. 189
[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam...h. 144-145
[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam....h. 145-146
[10] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam....h. 149-151
[11] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam....h. 152
[12] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam....h. 160
[13] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Pustaka Riski Putra, 2009) h. 98
Download File Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah (Format Doc.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku