Loading...

Pembahasan Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah - Sejarah Peradaban Islam (Angga Saputra) C5


A. Asal usul pembentukan dinasti Abbasiyah

Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah (Arab:al-'abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari Paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258 M. [1]


Pendirian Dinasti Abbasiyah sendiri dilatar belakangi oleh keinginan keluarga Bani Abbasiyah ikut serta memegang tonggak pemerintahan Islam. Selain itu juga pendirian Bani Abbasiyah juga dilatar belakangi oleh rasa kekecewaan masyarakat pada saat itu terhadap sistem pemerintahan dinasti Bani Umayyah yang dianggap semena-mena dan terlalu berfoya-foya, hal itupun juga ditambah dengan dukungan orang orang non Arab atau Mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah setelah orang Arab. Proses pendirian dinasti ini sangatlah panjang dan telah mengorbankan jiwa dan raga.

Sebelum memulai pergerakan, gerakan ini pun membagi 3 tempat sebagai base camp/basis pergerakan kelompok bani Abbas, yakni Humaimah, kuffah, dan Khurasan. Humaimah sendiri ialah suatu tempat perkampungann kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran Syi'ah. [2] Syiah sendiri sangat membenci Dinasti Umayyah, hal ini di latar belakangi Dinasti Umayyah yang merebut kursi kekhalifahan dari Ali Bin Ali Abi Thalib dan anak turunnya, kebencian mereka pun bertambah ketika tragedi Karbala dimana putra sayyidina Ali, Husein dibunuh dan di penggal kepalanya oleh tentara dinasti umayyah yang diperintahkan langsung oleh khalifah Yazid bin Muawiyah. sedangkan Khurasan, kota yang sebagian besar penduduknya mendukung Bani Hasyim. Penduduk di kota itu terkenal dengan sifat temperamental, pemberani, tegap, dan teguh pendirian sehingga dengan itu diharapkan dapat membantu perjuangan Bani Abasiyyah.

Di bawah pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan dalam dua fase yaitu : 1) fase sangat rahasia; dan 2) fase terang-terangan dan pertempuran (Hasjmy, 1993).Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim keseluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga dari golongan yang pada mulanya mendukung Bani Umayyah. Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, maka seorang pemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim al-Khusarany, bergabung dalam gerakan rahasia ini. Semenjak itu dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian pada pertempuran. Akhirnya bulan Zulhijjah 132 H Marwan, Khalifah Bani Umayyah terakhir terbunuh di Fusthath, Mesir. Kemudian Daulah Bani Abbasiyah resmi berdiri

Jadi, dari keterangan diatas diketahui bahwa Dinasti Bani Abasiyyah merupakan salah satu dinasti islam terbesar kedua yang pernah menguasai dunia. Dinasti ini didirikan tidak begitu saja melainkan melalui serangkaian gerakan-gerakan perjuangan baik itu secara strategi maupun fisik tiada henti. Gerakan ini di pusatkan di 3 tempat yang sangat strategis yakni Humaimah, Kuffah, dan Khurasan. Humaimah sendiri tempat tinggal mayoritas bani Hasyim, sedangkan Kuffah merupakan tempat dimana mayoritas penduduknya menganut Syiah serta Khurasan merupakan tempat yang dihuni kebanyakan kaum mawali (orang non Arab) yang merasa dikelas dua kan oleh Dinasti Bani Umayyah. Gerakan ini di pelopori oleh Muhammad bin Ali, kemudian peran beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim dengan dibantu oleh pemuda Khurasan yang bernama Abu Muslim Al Khurasani. Pergerakan terus berlanjut secara terang-terangan dan akhirnya sampailah pada puncaknya yakni peperangan antara gerakan Bani Abbas dengan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Marwan bin Muhammad yang disebut dengan perang Al-Zabb. Akhirnya perang ini dimenangkan oleh gerakan Bani Abbas dan Marwan bin Muhammad pun melarikan diri ke Mesir dan dapat dibunuh disana. Dengan adanya peristiwa maka mulai lah masa pemerintahan islam yang baru yakni Dinasti Bani Abbasiyah pada tahun 132 H. dengan Khalifah pertama Abu Abbas As-Shaffah.

B. Perluasan wilayah / ekspansi wilayah

1. Merebut Benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Cappadocia, dan Cicilia

upaya perebutan wilayah yang terjadi pada dinasti abasiyyah tepatnya masa khalifah Al-Manshur yakni merebut benteng yang berada di Asia serta Melatia, Cappadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. [3] sebelumnya wilayah-wilayah tersebut sudah pernah dalam genggaman pemerintahan sebelumnya tetapi akhirnya melepaskan diri.

2. Berdamai dengan kaisar Costantine V [4]

Demi keamanan dan kelancaran pemerintahan, terjadilah sebuah kesepakatan gencatan senjata antara kekaisaran Byzantium yang diwakili kaisar Constaine V dengan pemerintahan Abassiyah yang diwakili khalifah Al-Manshur. Hal ini terjadi pada tahun 758-765 M. dengan syarat Byzantium harus membayar upeti tahunan kepada pemerintahan Abasiyyah.

Berdasarkan kisah diatas dapat disimpulkan proses perluasan atau ekspansi wilayah yang dilakukan dinasti Abasiyyah kebanyakan di prakarsai oleh Khalifah kedua Al-Manshur. Hal ini dilakukan guna menancapkan pondasi-pondasi politik Dinasti Abasiyyah, sesudah beliau jarang ada khalifah sesudahnya yang lebih mementingkan kemajuan bidang peradaban bani Abbasiyah daripada bidang politik

C. Kemajuan ilmu agama, ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi serta ilmuwan pada zaman abasiyyah.

1. Ilmu agama

Zaman Abasiyyah dikenal sebagai era keemasan ilmu pengetahuan dan Agama. Ilmu-ilmu agama berkembang dengan subur dan diiringi oleh kemunculan tokoh-tokoh agama yang berpengaruh sampai sekarang. Beberapa ilmu agama yang berkembang pada masa Abasiyyah:

a. Ilmu Tafsir

Semenjak meluasnya wilayah islam dan semakin banyaknya orang-orang terutama non Arab yang baru masuk islam, maka kebutuhan akan tafsiran Al Qur'an pun semakin banyak. Keberadaan Tafsiran Al Qur'an pun sangat penting karena dapat mempermudah memahami isi kandungan dalam Al Qur'an. Karena banyaknya kebutuhan akan ilmu tafsir maka muncul lah berbagai aliran dalam ilmu tafsir yang tidak hanya menafsirkan makna tetapi juga penafsiran "Bil al Ma'sur dan "Bi al Ro'yi" Diantara karya besar Tafsir yang pernah disusun adalah Al Farra' yang merupakan karya Tafsir pertama dengan disesuaikan dengan sistematik Al Qur'an. Kemudian muncul At Tabari yang menghimpun kumpulan-kumpulan Tafsir dari tokoh sebelumnya. [5] Kemudian muncul golongan Ulama' yang menafsirkan Al Qur'an secara rasional, seperti Tafsir Al Jahiz. Beberapa ahli tafsir terkemuka pada zaman Abasiyyah yakni Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani Amar Ibnu Muhammad al-Khawarizmi dan Amir al-Hasan bin Sahl. [6]

b. Ilmu hadits

Meskipun pembukuan hadits sudah pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz, tetapi hal itu belum formal dan belum dilakukan secara besar-besaran seperti Al Qur'an. Maka oleh karena itu pemerintahan Abasiyyah memprakarsai pembukuan hadits secara besar-besaran. Selain membukukan hadits, pemerintah abasiyyah pun juga melakukan penyeleksian terhadap sanad, matan, rowi sebab pada zaman itu juga sedang maraknya hadits-hadits palsu yang cukup meresahkan. Beberapa karya hadits diantaranya kitab Kutub as-Sittah yang merupakan kitab hadits yang disusun oleh enam ulama' Hadits yakni imam Bukhari, imam Muslim, imam Nasa'I, imam Turmudzi, imam Ibnu Majah, dan Abu Daud.

c. Ilmu kalam

Pada masa Dinasti Abasiyyah, kedudukan ilmu kalam sangatlah tinggi misalnya aliran Mu'tazilah yang menjadi aliran resmi pemerintahan Bani Abbas pada saat itu. peran Ilmu kalam pada saat itu sangatlah besar digunakan untuk menangkal dan membela islam dari paham-paham Yahudi dan Nasrani. Diantara ulama' ahli ilmu kalam yang terkenal seperti Abu Huzail al Allaf (wafat 235 H), An-Nazzam (wafat 835 H), Bisri Ibnu Mu'tamir, Abu Ishaq Ibrahim. [7]

d. Ilmu fiqh

Ilmu fikih pada zaman Abasiyyah adalah puncak kejayaan, hal ini karena pada zaman itu terdapat 4 ulama' fikih yang cukup terkenal sampai sekarang yakni imam Maliki, imam Syafi'I, imam Hanafi, imam Hambali. Beberapa karya besar fikih pada masa itu yakni Al-Muwatta' , Al-Kharaj, Al-Mustasfadll.

2. Ilmu sains dan teknologi

a. Ilmu kedokteran

Pada abad 9, Ilmu kedokteran pada masa Abasiyyah mengalami masa kemajuan pada masa kekhalifahan. Harun Ar-Rasyid. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan 34 rumah sakit islam Yang terbilang sangat lengkap pada masanya. [8] Dalam ilmu kedokteran, ulama' yang terkenal pada masa itu ialah Ar-Razi dan Ibnu sina (Avicenna). Mereka sangatlah berjasa dalam bidang kedokteran seperti benang fontanel yang digunakan untuk menjahit luka bekas pembedahan. Karya Ibnu Sina yang paling terkenal yaitu kitab Asy-syifa'(buku tentang penyembuhan)

b. Ilmu kimia

Ulama' sekaligus ilmuwan muslim yang menjadi pelopor ilmu kimia yakni Jabar bin Hayyan (Gebber). bahkan karena terkenalnya beliau dijuluki "Bapa Ilmu Kimia Arab"

c. Ilmu Astronomi

Ilmu Astronomi pada mulanya dipakai untuk menentukan arah kiblat kemudian pada perkembamngannya ilmu ini dipakai para pedagang, para pelaut dan para tentara untuk menyebarkan agama di luar negeri. Ulama' yang ahli dalam ilmu astronomi adalah Al-Khawarizmi (wafat 846) Beliau banyak membuat tabel-tabel tentang letak negara, peta dunia, penetapan bujur-bujur panjang semua tempat di muka bumi ini sekaligus mengukur jarak antara negara satu dengan negara yang lain. [9]

Berdasarkan pada keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pada masa Abasiyyah tidak hanya mencakup ilmu agama saja tetapi juga ilmu sains juga. Hal ini diakibatkan oleh perhatian besar pemerintah Abasiyyah pada saat itu dalam hal ilmu pengetahuan dan memberikan fasilitas yang sangat lengkap bagi ilmuwan-ilmuwan muslim seperti masjid, perpustakaan besar, dll guna dapat mengembangkan riset mereka.

D. Kemunduran Dinasti Abasiyyah

1. Factor Internal

a. Kemewahan hidup di kalangan penguasa

Perkembangan dan kemajuan peradaban Abasiyyah yang dirintis para khalifah periode pertama menjadikan tumbuhnya sifat hidup mewah dan berfoya-foya para penguasa. Setiap penguasa cenderung ingin hidup mewah melebihi pendahulunya. Hal ini cenderung membuat peluang tentara profesional Turki untuk mengambil alih pemerintahan. [10]

b. Perebutan kekuasaan antar keluarga Bani Abasiyyah

Perebutan telah dimulai pada masa khalifah Al-Ma'mun dan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Persia. Setelah Khalifah Al-Mutawakkil wafat, pergantian khlifah terjadi secar tidak wajar. Ada yang diracun, dibunuh, serta diturunkan secara paksa.

c. Konfik keagamaan

Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai maka mendorong mereka untuk mempropagandakan ajaran manuisme, zoroaterisme, dan mazdakisme. [11]

2. Faktor Eksternal

a. Banyaknya pemberontakan

Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat dari kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam, secara real, daerah-daerah tersebut berada dalam kekuasaan gubernur yang bersangkutan sehingga dengan kedudukan nya yang semakin kuat maka lepaslah daerah itu dari kekuasaan Abasiyah

b. Perang salib

Perang salib pada masa Abasiyah telah terjadi beberapa gelombang. Perang ini dinamakan salib karena para pasukan tersebut membawa simbol dari agama Nasrani yakni salib. Perang ini dimulai sejak pengeluaran fatwa dari Paus Urbanus II yang membuat orang Kristen Eropa terpanggil untuk perang. [12]

c. Serangan bangsa mongol

Serangan ini terjadi pada tahun 1258 M. serangan ini diikuti oleh 200.000 pasukan bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulaghu Khan. [13] Akibat serangan ini, peradaban Abasiyyah hancur lebur tak bersisa bahkan buku-buku di bakar dan situs-situs sejarah dihancurkan.

Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya kemrosotan dan kemunduran Dinasti Abasiyyah yaitu tidak ada rasa bersyukur atas kenikmatannya, sang penguasa justru sering menghamburkan hartanya demi kepuasaan dirinya dan sifat penguasa yang bergantung pada kemajuan pendahulunya tanpa membuat inovasi kebijakan yang berkelanjutan

Daftar pustaka

Riyadi, Fuad " the golden age of islam", perpustakaan bayt Al Hikmah vol. 2 no. 1 (Januari-juni, 2014)

Yatim, Badri, sejarah peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014

Fuad, Zakki, buku ajar sejarah peradaban Islam, Surabaya: UIN Sunan Ampel press, 2016

Supriyadi, Dedi dan Nurol Aen, sejarah peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia Bandung, 2016

Fuad, Zakki, Modul Sejarah Peradaban Islam, Surabaya: UIN SA Press, 2014



[1] Fuad Riyadi," the golden age of islam", perpustakaan bayt Al Hikmah vol. 2 no. 1 (Januari-juni, 2014) hal. 96.

[2] Fuad Riyadi," the Golden Age of Islam", perpustakaan Bayt Al Hikmah vol. 2 no. 1 (Januari-juni, 2014) hal. hal. 97

[3] Harun Nasution, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Rajawali Press, 2015). Hal. 51

[4] Harun Nasution, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam…….. Hal. 52

[5] Zakki Fuad, Modul Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal.158

[6] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islami al-Siyasi wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima'I, dalam zakki fuad, buku ajar Sejarah Peradaban Islam ( Surabaya ; UIN Sunan Ampel Press, 2016 ), hal. 117

[7] Montgomery Watt, Kejayaan Islam, dalam zakki fuad , buku ajar Sejarah Peradaban Islam

(Surabaya : Sunan Ampel Press, 2016) hal. 160

[8] Philip K. Hitti, History, dalam Zakki fuad, buku ajar sejarah peradaban islam (Surabaya;Sunan Ampel Press, 2016), hal. 124

[9] Zakki Fuad, modul sejarah peradaban Islam (Surabaya; Sunan Ampel Press, 2016) hal. 168

[10] Dedi supriyadi dan Nurol Aen, sejarah peradaban islam, Pustaka Setia Bandung, 2016, hal. 137

[11] Philip K. hitti, Tarikh, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ( jakarta ; Rajagrafindo persada, 2015), hal. 83

[12] Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam islam ( jakarta ; Rajagrafindo persada, 2015), hal. 85

[13] .Dedi supriyadi dan Nurol Aen, Sejarah Peradaban Islam (Bandung : Pustaka Setia Bandung, 2016, hal. 140


Download Link




Download File Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah (Format Doc.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner