DUNIA ISLAM ABAD XIX Dan XX
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dosen Pengampu;
Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag
Oleh:
[Mayta Nurvitasari D93214061]
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
DUNIA ISLAM ABAD XIX dan XX
A. Pendahuluan
Abad XIX merupakan zaman kemunduran masyarakat Islam karena pada abad ini Islam mengalami ketertinggalan, sehingga bangsa barat dengan leluasa menguasai bangsa Islam dalam bidang ekonomi, pengetahuan dan politik. Abad XX adalah zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran pada abad sebelumnya. Pada abad ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu paling tidak muncul karena dua hal, timbulnya kesadaran dikalangan ulama' bahwa banyak ajaran - ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam.
Banyak orang berkata bahwa mempertahankan sesuatu yang telah diraih itu lebih sulit daripada meraihnya. Hal itu terjadi dalam sejarah peradaban umat Islam. Sepeninggal Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin, kaum muslimin dihadapkan pada masalah - masalah internal yang tidak lain itu terjadi karena adanya campur tangan politik dalam segi jabatan kepemimpinan dan juga akibat penetrasi bangsa barat terhadap bangsa Islam.
.
B. Dunia Islam Abad XIX
1. Penetrasi Kolonian Barat terhadap Dunia Islam
Sebelum abad sembilan belas proses evolusi masyarakat Islam tersebut terganggu oleh campuran Bangsa Eropa. Pada saat itu pihak Rusia, Belanda, dan Inggris membentuk pemerintahan teritorial di padang rumput Utara Asia, Asia Tenggara, dan anak benua India, dan campur tangan perdagangan diplomatik Eropa telah berkembang di beberapa wilayah muslim lainnya. Masuk abad sembilan belas lantaran terdesak oleh kebutuhan ekonomi industrial untuk bahan-bahan mentah dan pasar, persaingan politik dan ekonomi antara mereka Negara Eropa mendirikan imperium teritorial di seluruh belahan dunia. Belanda menuntaskan penaklukannya terhadap Indonesia, Rusia dan Cina merebut Asia Tengah, Inggris memperkokoh imperium meraka di India dan Melayu, Perancis menguasai Afrika Utara dan sebagian besar wilayah Afrika Barat. Koloni Jerman dan Italia yang berskala kecil juga terbentuk di Afrika. [1]
Hubungan antara masyarakat Islam dengan dunia barat pada saat itu bisa dibilang kritis karena pada saat itu dunia barat mulai masuk dan mulai menguasai wilayah masyarakat Islam diberbagai daerah semisal yang sudah dipaparkan di atas. Secara tidak langsung intervensi Eropa secara nyata sampai mengubah struktur internal masyarakat muslim. Pada masing-masing wilayah akibat pengaruh kekuatan Eropa tersebut berbeda-beda, melalui perpaduan dengan keragaman dan kultural atau adat yang berkembang di tengah masyarakat Islam sendiri, perbedaan tersebut melahirkan keragaman tipe masyarakat Islam kontemporer.
Dunia Islam telah diganggu oleh proses modernisasi, bukannya menjadi salah satu pemimpin peradaban dunia, kekuasaan Islam justru dengan cepat dan permanen turun menjadi blok kekuatan-kekuatan Eropa yang bergantung pada mereka. [2]
Banyak orang berkata bahwa mempertahankan sesuatu yang telah diraih itu lebih sulit daripada meraihnya. Hal itu terjadi dalam sejarah peradaban umat Islam. Sepeninggal Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin, kaum muslimin dihadapkan pada masalah - masalah internal yang tidak lain itu terjadi karena adanya campur tangan politik dalam segi jabatan kepemimpinan. Kemudian kaum muslimin menjadi terpecah belah. Hal ini yang menjadikan kekuatan dari kesatuan kaum muslimin menurun. Akibatnya kekuatan-kekuatan Eropa dengan mudah mempengaruhi kaum muslimin, yaitu dengan paham modernisasi. Bangsa Eropa menanamkan dalam pemikiran umat muslim bahwa modernisasi adalah sebuah jalan yang bisa menunjang kemajuan taraf hidup dengan seiring berkembangnya zaman. Kemudian jika umat muslim mengikuti arus modernisasi, umat muslim hanya bisa bergantung pada Bangsa Eropa. Itu yang telah ditanamkan Bangsa Eropa dalam pola pikir umat muslim.
Penetrasi barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama di lakukan oleh Eropa terkemuka, Inggris, dan Prancis, yang memang bersaing. Inggris terlebih dulu menanamkan pengaruh di India. Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang di India yaitu Mesir, harus berada di bawah kekuasaanya. Untuk maksud tersebut, Mesir dapat di taklukkan Perancis pada tahun 1798 M. [3]
Faktor utama yang menarik penetrasi kolonial barat terhadap dunia Islam adalah ekonomi dan politik. Kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkan membutuhkan bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat memasarkan hasil industri mereka itu. Untuk menunjang kekuatan perekonomian tersebut politik di perlukan sekali. Akan tetapi, persoalan agama sering kali telibat dalam urusan politik penjajahan barat atas negeri-negeri Islam ini.
Invasi Eropa ke dunia Islam tidak seragam, tapi bersifat menyeluruh dan efektif. [4] Eropa merupakan sebuah benua, yang terdiri dari banyak Negara, banyak suku bangsa, banyak kebudayaan, dan terdiri dari banyak kepribadian atau pola pikir bangsa. Hal ini yang menjadikan aksi militer atau invasi yang dilakukan oleh Bangsa Eropa kepada daerah kekuasaan umat muslim berbeda-beda, tidak seragam. Sebagian Negara Eropa yang budaya otoritasnya tinggi, berinvasi dengan cara mereka.
Kemudian sebagian Negara Eropa yang mempunyai rasa atau jiwa kediktatoran tinggi berinvasi dengan cara mereka, jadi Bangsa Eropa yang menjajah kaum muslimin melakukan invasi secara menyeluruh ke wilayah - wilayah kekuasaan kaum muslimin meskipun dengan cara yang tidak seragam. Rasa kesatuan atau tujuan yang sama menjadikan Bangsa Eropa dengan mudah secara bersama - sama melakukan invasi ke wilayah kekuasaan kaum muslimin. Seharusnya menyadari hal ini, kaum muslimin setidaknya mempunyai kesatuan, persatuan dan rasa senasib untuk menentang invasi tersebut secara bersama - sama.
Ketika terjadi perang dunia pertama (1915) Turki Usmani sudah di pihak yang kalah. Sampai tahun 1919 M, Turki disebut negara sekutu. Sejak itu kebesaran Turki Usmani benar-benar tenggelam, bahkan tidak lama kemudian kekhalifahannya di hapuskan (1924 M). Semua daerah kekuasaanya yang luas, baik di Asia dan di Afrika di ambil alih oleh Negara Eropa yang menang perang. Perang dunia itu merupakan babak akhir proses penaklukan barat terhadap negeri Islam sejak itu, seakan akan tidak ada lagi keadaan Islam yang betul-betul merdeka. [5]
Demikianlah keadaan dunia Islam pada abad ke-19 M, sementara Eropa sudah jauh meninggalkannya. Eropa dipersenjatai dengan ilmu modern dan penemuan yang membuka rahasia alam. Satu demi satu negeri Islam yang sedang rapuh itu jatuh ke tangan barat. Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan kerajaan besar Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia islam. Inggris merebut India dan Mesir. Rusia menyebrangi Kaukasus dan menguasai Asia Tengah. Perancis menaklukkan Afrika Utara, dan Bangsa Eropa lainnya mendapat pula bagian bagiannya dari warisan Islam itu.
2. Kemunduran Dunia Islam
Sebagian besar umat muslim benar-benar tidak selaras dengan cita-ideal tersebut, dan masyarakat muslim tersebut dibentuk mengitari institusi negara dan keagamaan yang terpisah. [6] Hal ini yang menjadi salah satu tepuruknya kekuatan kaum muslimin. Keterpisahan akan menjadikan sebuah kekuatan terpisah pula, tidak utuh. Dengan begitu Bangsa Eropa dengan kesatuan yang kuat dengan mudah meneggelamkan kejayaan kaum muslimin. Seharusnya prinsip agama dan negara diselaraskan supaya antara dasar agama dan dasar kenegaraan bisa menjadi fondasi kekuatan kaum muslimin.
Banyak kekuasaan Eropa menjajah negara Islam berpindah-pindah dari negara yang satu ke negara yang lain. [7] Keterpurukan kaum muslimin semakin jelas terlihat dengan pernyataan tersebut diatas. Bangsa Eropa dengan mudahnya menginjak - injak kaum muslimin, kata berpindah - pindah diatas menggambarkan begitu keroposnya kekuatan umat muslim pada saat itu. Sehingga Bangsa Eropa bisa dengan mudahnya, dengan seenak hatinya singgah dan saling berlomba memperebutkan kekuasaan kaum muslimin yang bisa dimanfaatkan. Seharusnya kaum muslimin pada saat itu bisa membaca atau melihat jejak kepenjajahan sebuah negara dari Bangsa Eropa kepada sebuah negara muslim. Jadi, jika negara yang menjajah tersebut ingin berpindah kekuasaan atau mencari daerah jajahan lain, daerah yang akan dijajah tersebut bisa mengantisipasi kekuatan invasi negara penjajah tersebut.
Pada umumnya kemunduran peradaban Islam secara nyata tampak sejak jatuhnya Bagdad (pusat pemerintahan dan peradaban Islam di timur) ke tangan bangsa Mongol, dan jatuhnya Cordoba (pusat pemerintahan peradaban Islam di barat) ke tangan penguasa Kristen di barat serta kemunduran kerajaan Usmani. Selama abad ke-18 barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur, wilayah kekuasaan kerajaan usmani kemudian banyak wilayah yang banyak pengguni masyarakat Islam telah diduduki bangsa Eropa.
Kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil dihadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa Barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah yang berada di bawah Kerajaan Islam ini, termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa timur. Namun, kekalahan besar kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata barat bahwa kerajaan Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah kerajaan Usmani berulang kali mendapat serangan besar dari barat. [8]
Kerajaan Usmani begitu semangat melakukan pembaharuan, tetapi pembaharuan yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan Raja-raja Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun. Faktor terpenting lainnya yang membawa kegagalan itu adalah karena ulama dan tentara Yenissari yang sejak abat ke-17 M menguasai suasana politik dalam kerajaan Usmani serta menolak pembaharuan itu.
C. Dunia Islam Abad XX
1. Proses Pembebasan Diri Dari Kolonialisme Barat
Sejak kekalahan dalam pertempuran Wina itu, kerajaan Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilaksanakan untuk membebaskan diri dari kolonialisme barat dengan mengirim duta ke negara-negara Eropa, terutama Perancis untuk mempelajari suasana di sana dari dekat. Celebi Mehmed diutus ke Paris tahun 1720 M dan diinstruksikan untuk mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan institusi-institusi lainnya. Ia kemudian memberi laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga lembaga sosial lainnya. Laporan itu mendorong Sultan Ahmad III (1793-1730) untuk memulai pembaharuan di kerajaannya pada masa kekuasaannya di datangkan ahli-ahlli militer dari Eropa untuk tujuan pembaharuan militer dalam kerajaan Usmani. [9]
Usaha pembaharuan tidak hanya itu saja, dalam bidang-bidang yang lain juga di laksanakan, seperti pembukaan percetakan, untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan juga penerjemah buku-buku Eropa kedalam bahasa Turki. Usaha pembaharuan baru membuahkan hasil setelah penghalang pembahuan pertama, yaitu tentara Yenissari di bubarkan oleh Sulthan Mahmud II (1807-1839) M pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan kerajaan di rombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku barat diterjemahkan kedalam bahasa Turki. Siswa berbakat di kirim ke Eropa untuk belajar, yang terpenting sekali adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan. [10] Usaha itu tanpa didisadari akan membuahkan hasil yang sangat signifikan terutama untuk pelajar yang telah dikirin ke Eropa untuk belajar. Dengan demikian setelah sukses disana mereka akan membagi ilmu dan juga pengalaman yang didapat disana.
Walaupun demikian, pada masa-masa awal, beberapa Muslim jatuh cinta dengan barat. Para intelektual Iran Mulkum Khan (1833-1908) dan Awa khan Kirmani (1853-96) mendesak orang-orang Iran untuk menerima pendidikan barat dan Syari'ah dengan sebuah aturan hukum seluler yang modern, yang melihat hal ini sebagai satu-satunya jalur menuju kemajuan. [11]
Hal tersebut diatas adalah sebuah fakta bahwa pengaruh - pengaruh Bangsa Eropa sudah berhasil merasuki pikiran para kaum intelektual muslim. Ini menambah kekuatan Bangsa Eropa untuk terus melancarkan misi - misinya menenggelamkan lebih dalam peradaban umat muslim. Jikalau para intelektual saja sudah terpengaruh apalagi orang awam, orang biasa, dan orang yang hanya ikut - ikutan saja. Seharusnya kaum intelektual muslim mempunyai pemikiran untuk menggunakan dasar pendidikan - pendikan kolonial barat yang baik atau bisa dicontoh namun dikemas dalam sebuah bingkai lingkaran agama. Kalau konsep tersebut bisa terlaksana dengan baik pasti sedikit demi sedikit islam bisa membentuk kader - kader muslim untuk memperbaiki ketertinggalan dan ketergantungan kaum muslimin kepada Bangsa Eropa.
Sebelum penjajahan terjadi di daerah ini, beberapa penguasa muslim berusaha untuk melakukan modernisasi atas prakarsa mereka sendiri. [12] Modernisasi memang penting untuk kemajuan umat Islam seiring berkembangnya zaman dan berkembangnya seluruh aspek kehidupan masyarakat. Namun yang terjadi, modernisasi yang diprakarsai beberapa penguasa muslim belum bisa lepas dari ketergantungan Bangsa Eropa, apalagi konsep modernisasinya lebih condong ke dalam dunia glamor, ingin menjadikan islam lebih terlihat berkilau tanpa melihat kebelakang yaitu konsep atau keadaan para pejabat kekuasaan Islam yang sederhana pada zaman Nabi Muhammad SAW. Seharusnya modernisasi bisa dijalankan dengan tidak meninggalkan konsep Islam namun efektif dan menyeluruh seperti bagaimana bangsa barat menjajah daerah - daerah kaum muslimin, efektif dan menyeluruh.
2. Gerakan-Gerakan Pembebasan Pan Islamisme dan Gerakan Nasionalisme
Sebagaimana telah di sebutkan sebelumnya , benturan-benturan Islam dan kekuatan Eropa telah meyadarkan umat Islam bahwa mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal itu diantaranya Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumya dikenal dengan gerakan pembaharuan. Gerakan pertama seperti gerakan Wahabiyah yang di pelopori oleh Muhammad ibn abd Al Wahhab di Arabia , Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyyah di Afrika. Gerakan pembaharuan itu dengan segera memasuki dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme Persatuan Islam sedunia ( yang mula-mula di dengungkan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiyyah ). [13] Namun gagasan ini baru di utarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaluddin Al-Afghani. [14]
Menuut L. Atoddrard Al-Afghanilah orang yang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirirnya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal itu dan melakukan usaha-usaha yang teliti untuk pertahanan. [15] Umat Islam sedikit demi sedikit ,harus bisa meninggalkan perselesihan dan berjuang dibawah panji bersama. Akan tetapi, juga harus berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri islam. Dan muncullah tokoh Al Afghani, ia di kenal sebagai bapak nasionalisme dalam Islam. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan hangat di negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi Al Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan Sulthan, sehingga Al-Afghani tidak di izinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup. Gagasan nasionalisme yang berasal dari barat itu masuk ke negeri-negeri muslim melalui persentuhan umat Islam dengan barat yang menjajah mereka dan dipercepat banyaknya pelajar muslim yang menuntut ilmu ke Eropa.
Di Mesir, benih-benih gagasan Nasionalisme juga tumbuh sejak masa Al-Tahtawi (1801-1873) dan Jamaluddin Al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini di Mesir adalah Ahmad Urabi Pasha. Kalau di Mesir bangkit Nasionalisme Mesir, dibagian Arab lainnya lahir gagasan Nasionalisme Arab dan segara menyebar dan mendapat sambutan hangat sehingga Nasionalisme itu terbentuk atas dasar persamaan bahasa. Demikianlah yang terjadi di Mesir, Syiriah, Lebanon, Palestina, Irak, Hijaz, Afrika Utara, Bahrain, dan Kuwait. Benih benih gagasan Islamisme tersbut sebenarnya sudah ada sebelum liga muslimin berdiri, di lantarkan oleh Sayyid Ahmad Khan (1886-1898 M), kemudian mengkristal pada masa Iqbal (1876-1938 M.) dan Auhammad ali Jinnah (1876-1948). [16]
Di India juga terdapat gagasan Pan Islamisme yang di kenal dengan gerakan khilafat. Gagasan Nasionalisme dan gerakan-gerakan untuk membebaskan diri dari kekuassaan penjajah barat yang kafir juga bangkit di negeri-negeri Islam lainnya. Dan juga di berbagai daerah di timur tengah bukan hanya pan-islamisme dan gagasan nasionalisme saja, tetapi juga semua masyarakat senantiasa ikut untuk bangkit dan membabaskan diri dari kolonialisme bangsa barat yang sudah selama ini menguasai daerahnya.
Gerakan reformis mengambil sikap mendua dari kesejarahan asosiasi keagamaan menuju aktualitas politik." [17] Gerakan ini menjadi usaha - usaha kecil dari kaum muslimin merubah nasib, merubah keadaan, merubah keterpurukan. Setidaknya pada saat tersebut sudah ada pemikiran - pemikiran yang menunjang kaum muslimin menuju jalan kemerdekaan dengan mempersiapkan kader muslim yang tangguh serta mempunyai pemikiran yang akurat dengan jalan pendidikan.
3. Masa Kebanigkitan Islam
Perjuangan nasionalisme pahit dan getir. Dalam mengejar tujuan kemajuan Islam dan pada akhirnya perjuangan itu membuahkan hasil. Negara Mesir dan Irak memperoleh kemerdekaan formal dan perjuangan anti imperialis yang utama berpusat di Syiriah-Libanon dan Palestina. Perang Dunia ke II telah membawa perubahan, walaupun negara negara Arab tidak mengambil bagian yang efektif dengan adanya perang itu. [18]
Munculnya gagasan Nasionalisme yang di ikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjungannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh poliik barat. Dalam kenyataannya, memang partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti:
(a) Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata. Dan
(b) Pendidikan dan propaganda dalam langkah mempersipkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan tersebut.
Pendudukan Mesir oleh Napoleon tahun 1798 M merupakan peristiwa sejarah yang menjadi pangkal kesadaran umat Islam akan sistem peradabannya dan akan pentingnya upaya pembaharuan dalam segala aspek masyarakat Islam." [19] Kutipan diatas merupakan sebuah awal terbukanya pemikiran - pemikiran umat Islam akan ketertinggalannya. Menyadari hal tersebut seharusnya para pemimpin Negara Islam bisa menciptakan perubahan yang berkiblat atau mengacu kepada Al Quran dan As Sunnah
Negara penduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil yang memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia merasa lega tetapi itu masih banyak perjuangan untuk membasmi penjajah dan perjuangan itu bukan di Indonesia saja di bangsa bangsa lain juga demukian. Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan adalah Pakistan yaitu pada tanggal 15 Agustus 1947. Di timur Tengah Mesir secara resmi memperoleh kemerdekaan tahun 1922 dari Inggris, tapi dalam pemerintah Raja Faruq pengaruh Inggris sangat besar . Sama dengan Mesir, Irak merdeka secara formal tahun 1932, tapi rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka tahun 1958. Di Afrika, Libiya merdeka tahun 1952 M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, Aljazair 1962. Di Asia Tenggara, Malaysia yang waktu itu termasuk Singapura, mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1954 M. [20]
Demikianlah, satu persatu negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan. Perjuangan untuk memerdekakan negaranya tidaklah seperti yang kita bayangkan semua itu butuh pengorbanan bahkan nyawanya sendiri yang dikorbankan untuk kemerdekaan negaranya. Namun, sampai saat ini masih ada umat Islam yang berharap mendapatkan otonomi sendiri, atau paling tidak menjadi penguasa atas masyarakat mereka sendiri. Mereka itu adalah penduduk minoritas muslim dalam negera-negera Nasional, Kasmir di India, Moro di Filipina, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Fadil Sj Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejaarah (Malang:UIN MALANG 2008 )
Yatim Badri Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Grafindo Persada 2003 )
Ira M Lapidus Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada 1999)
Watt Montgomery Kejayaan Islam Kajian Kritis Dari Tokoh Orientalis(Yogyakarta:Tiara Wacana 1990)
Lewis, Bernard Bangsa Arab Dalam Lintasan Islam, (Jakarta: pedoman ilmu jaya, 1988, )
Abdullah, Taufik dan Sharon Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebagkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1989, Cetakan Pertama).
Azra, Azyumardi (Ed.), Perspektif Islam di Asia Tenggara, (Jakarta : yayasan Obor Indonesia, 1989).
Holt, P.M. (Ed.), The Cambridge History of Islam, Vol. IV, (London: Cambridge University Press, 1974).
Ikram, S.M., Muslim Civilization in India, (New York : Colombia University Press)
Syalabi, Ahmad, Imperium Turki Usmani ,(jakarta:kalam mulia,1988)
[3] Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London: The Macmillan, 1974), h.722
[4] Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat… h. 198.
[5] L. Stoddrard, Islam Sejarah Singkat, (Jakarta: Grafindo Persada, 1966 ), h. 25
[6] Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga, (Jakarta,: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hl. 514.
[7] Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat… h. 200
[8] L. Stoddrard, Islam Sejarah Singkat.. h. 25
[9] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemukiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. 16
[10] Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemukiran dan Gerakan …h.90
[11] Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat… h. 201.
[12] Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat… h. 203.
[13] Ahmad Syalabi, Imperium Usmani, (Jakarta: kalam mulia, 1988), h. 107
[14] Yatim Badri ,Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), h. 183
[15] Ahmad Syalabi, Imperium Usmani… h.108
[16] Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemukiran dan Gerakan… h. 25
[17] Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h. 518.
[20] Ahmad Syalabi, Imperium Usmani …h. 112
Download File Dunia Islam Abad XIX dan XX (Format Doc.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku