BAB I
Kerajaan-kerajan pasca dinasti Abbasiyah
A. Dinasti Usmaniyah di Turki
Awal mulanya Islam belum menyebar diseluruh daerah-daerah terpencil. Islam yang dibawah oaleh Usman seorang kepala suku bangsa Turki yang menetap di Asia kecil dengan anak buahnya melakukan serangan terhadap kerajaan Bizantium yang ada di Asia kecil tersebut, sebelum meninggal pada tahun 1926 M.Usman berserta anak buahnya telah menguasai Burza ada serangan-serangan selanjutnya dilakukan oleh anaknya Oikhan I (1326-1357) kebagian timur benua Eropa Benteng Tzimpe dan Qalipoli jatuh ketangannya. Sultan Murat II (1359-1389) telah menaklukkan Andrinopel pada tahun 1365 M.Setelah kota kecil yang dikuasai oleh Usman mendapat banyak kekuasaan yang jatuh ketanganya kini kota kecil itu menjadi Ibukota. Tidak lama setelah Macedonia juga berhasil dikuasainya pada tahun 1385 M, dan Sofia Ibukota Rumelia telah digengamnya, dengan demikian kesultanan yang kecil itu jadilah kerajaan yang besar yang dibentuk oleh Usman yang dikenal dengan nama kerajaan Usmni (Ottoman Empire). [1]
Raja-raja Turki memegang dua gelar sekaligus, yakni menjadi sultan dan kholifah, sultan menguasai kekuasaan duniawi dan kholifah berkuasa dalam bidang agama dan spiritual. Penyerahan kekuasaan yang secara turun-menurun tidak hanya kepada anak pertama, kedua,dan ketiga tetapi juga pada saudara-saudaranya, yang merebutan kekuasaan dan menimbulkan ajang peperangan yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Usmaniyah . Sejak masa Usmani hingga Sulaiman yang agung dapat dikatakan bahwa sang sultan adalah orang-orang yang kuat dan hebat hingga dapat menguasai kerajaan dari Asia keci sampai ke Afrika, Sulaiman mendapat gelar Al-Qonuni pada puncak kejayaan Turki Usmani. Setelah masa itu keadaan para sultan melemah dan mendapat serangan berkali-kali dari negeri Eropa yang merasa telah memiliki kekuatan, akhirnya penguasa Usman tidak dapat mempertahankan lagi kekuasaan yang luas dan jatuhlah kekuasaan itu pada tahun 1924 ketika Musthafa Kemal Attarurk menggapuskan kholifah dari Turki Usmani untuk selama-lamanya dari bumi Turki Usmani dan bergantilah negeri itu menjadi Republik hingga kini. Dalam sekian lama kerajaan Turki Usmani berdiri ada 38 sultan menjabat di masa kekuasaan mereka yang dibagi menjadi 5 periode sebagai berikut. [2]
1. Periode pertama (1299-1402)
Periode ini dimulai dari berdirinya kerajaan, yang berawal dari kekuasaan pertama hingga kehancuran sementara oleh serangan timur. Berikut sultan-sultan yang memegang kekuasaan pada priode pertama:
a. Usman I 1299-1326
b. Orkhan (putra Usman I) 1326-1359
c. Murad (putra Orkhan) 1359-1389
d. Bayazid I Yildirim (putra Murad I) 1389-1402
2. Periode kedua (1402-1566)
Di periode ini di tandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansi terbesar, sultan-sultannya adalah:
e. Muhammad I (putra Bayazid I) 1403-1421
f. Murad II (putra Muhammad I) 1421-1451
g. Muhammad II Fatih (putra Murad II) 1451-1481
h. Bayazid II (putra Muhammad II) 1481-1512
i. Salim I (putra Bayazid II) 1512-1520
j. Sulaiman I Qanuni (putra Salim I) 1520-1566
3. Periode ketiga (1566-1699)
Periode ini ditandai dengan kemampuan Usman mempertahankan wilayahnya sampai lepasnya Hungaria, namun kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran Turki Usmani setelah Sulaiman. Sultan-sultan yang berkuasa saat itu sebagai berikut:
k. Salim II (putra Sulaiman I) 1566-1573
l. Murad III (putra Salim II) 1573-1596
m. Muhammad III (putra Murad III) 1596-1603
n. Ahmad I (putra Muhammad III) 1603-1617
o. Musthafa I (putra Muhammad III) 1617-1618
p. Usman II (putra Ahmad I) 1618-1622
q. Musthafa I (yang kedua kalinya) 1622-1623
r. Murad IV (putra Ahmad I) 1623-1640
s. Ibrahim I (putra Ahmad I) 1640-1648
t. Muhammad IV (putra Ibrahim I) 1648-1687
u. Sulaiman III (putra Ibrahim I) 1687-1691
v. Ahmad II (putra Ibrahim I) 1687-1691
w. Musthafa II (putta Muhammad IV) 1695-1703
4. Periode keempat (1699-1839)
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur lemahnya kekuasan dan pecahnya wilayah ditangan para penguasa wilayah. Sultan-sultanya sebagai berikut:
1. Muhammad III (putra Muhammad IV) 1703-1730
2. Mahmud I (putra Mustafa II) 1730-1754
3. Usman III (putra Mustafa II) 1754-1757
4. Mustafa III (putra Ahmad III) 1757-1774
5. Abdul Hamid I (putra Ahmad III) 1774-1788
6. Salim III (putra Mustafa III) 1789-1807
7. Mustafa IV (putra Abd al-Hamid I) 1807-1808
8. Mahmud II (putra Abd al-Hamid I) 1808-1839
5. Periode kelima (1839-1922)
Periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural dan atministrasi dari Negara yang yang dibawah ole hide-ide barat. Sultan yang berkuasa saat itu sebagai berikut:
a. Abdul Majid I(putra Mahmud II) 1839-1861
b. Abdul Aziz (putra Mahmud II) 1861-1876
c. Mjurad V (putra Abdul al- majid I) 1876-1876
d. Abdul Hamid II (putra Abd al-majid I) 1876-1909
e. Muhammad V (putra Abd al-majid) 1909-1918
f. Muhammad VI (putra Abd al-majid I) 1918-1922
g. Abdul majid II 1922-1924
Penguasa terakhir hanya bergelar kholifah tanpa sultan, yang akhirnya diturunkan dari jabatan kholifah, Turki Usmani dihapus oleh Kemal Attatruk dan turki menjadi negara nasional republik Turki. [3]
Penaklukan Konstantinopel
Ibu kota Bimzantiun akhirnya dapat ditaklukan oleh pasukan islam yang dibawah oleh Turki Usmani pada masa pemerintahan sultan Muhammad II yang bergelar al-Fatih. Sejak masa Amawiyah banyak dari pasukan islam yang inggin menaklukan konstatinopel tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng-benteng pertahanan di kota tua itu. Baru pada tahun 1453 kota itu dapat ditaklukan.
Para sultan mempersiapkan strategi-srategi dengan cara mempelajari kegagalan-kegagalan yang dialami oleh para pejuang konstantinopel yang gagal dalan nenguasainya. Dengan cara ia membereskan terlebih dahulu wilayah-wilayah yang membakalan pada kota Asia kecil. Datanglah saat yang dinanti-nanti yakni ketika kaisar Konstantin IX mengancam sultan untuk membayar pajak dengan tariff yang relative tinggi ke pihaknya dan kalau tidak mau akan diganti kedudukanya dengan kedudukan Orkhan salah seorang cucu Sulaiman dengan sultan. Ancaman itu dihadapi dengan kebulatan tekat yang sangat kuat dengan member benteng-benteng disekeliling konstatinopel, benteng-beteng itu dibangun untuk melindungi dan mengawasi rakyatnya yang lalu lalang ke Eropa melalui daerah Bonsporus.
Konstatinopel akhirnya dikepung dari berbagai penjuru oleh sultan Muhammad II dengan beranggotakan kira-kira 250.000 pasukan yang dipimpin oleh sultan sendiri. Kaisar Bizantium meminta bantuan kepada Paus di Roma dan raja-raja Kristen tetapi tidak memuatkan hasil bahkan ia diremehkan sendiri oleh rakyatnya karena merendahkan martabatnya. Raja-raja Eropa juga tidak mau membantunya karena ada perselisihan yang belum terselesaikan. Hanya pasukan vinicia yang membantu mereka karena memiliki wilayah dagang di wilah Usmani. Pasukan vinicia merintangi kapal-kapal dengan memasang kawat besar di selat Bosporus, tetapi sultan tidak kehilangan akal sultan menaiki kapal dengan balok-balok kayu untuk menyebrangi kapal dan sampailah dikota Bizantium lalu seluruh pasuka yang telah ia siapkan selama 53 hari itu untuk menghancurkan benteng-benteng kekuatan itu, dan takluklah konstatinopel pada tanggan 28 Mei 1953. [4]
Dalam pertempuran itu kaisar mati terbunuh dan jatuhlah konstatinopel ke tangan Usmani. Dan Usmani mengganti nama konstatinopel menjadi Istambul, dan nenjadikan sebagai ibu kota dengan merubah gereja menjadi masjid Muhammad sebagai keberhasilan telah menduduki kota itu, akhirnya Bizantium menjadi menjadi pusat imupengetahuan dan tempatnya strategis karena terletak diantara dua benua.
- Dinasti Safawiyah di Persia
a. Asal usul dinasti Safawiyah
Dinasti Safawiyah di Persia berdiri pada tahun 1502-1722 M. dinasti Safawiyah adalah dinasti yang cukup besar. Awal dari berdirinya dinati ini adalah adanya gerakan yang tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaizan. Tarekat ini diberi nama tarekat Syafawiyah yang diambil dari nama pendirinya yaitu Ad-Din pada tahun 1252-1334 M. dan nama syafawi itu terus dipertahankan sampai menjadi gerakan politik yang sampai sekarang dilestarikan bahkan membentuk nama kerajaan yakni kerajaan Safawi.
Shafi Ad-Din adalah keturunan orang yang memilih sufi sebagai jalan hidupnya, yang memiliki guru bernama Syaikh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi yang gemilang dan memiki ketekuna dalam bertasawuf, shafi Ad-Din diambil menantu oleh gurunya dan Safi Ad-Din mendirikan dinasti Safawi dan mengantikan jabatan gurunya sekaligus mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. Dan memiliki pengikut yang teguh kepada petunjuk agamanya. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan untuk menerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli bid'ah. Tarekat yang dibawah Ad-Din semakin penting karena Ad-Din merubahnya dengan kajian tasawuf murni yang bersifat lokal dan mempunyai pengaruh besar di Persia, Syiriah dan Anatolia. Dinegeri-negeri luar Ad-Din telah menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya. Dan pemimpin itu diberi gelar khalifah, dan kerajaan ini nencetuskan syi'ah sebagai mahzab Negara. Sertan berfikir fanatik teratur terhadap syi'ah dengan pedoman barangsiapa yang tidak sejalan dengan syi'ahnya diangap menyimpang dari mahzab Negara. Dengan demikian kecenderungan memasuki dunia politik semakin memuncak pada kekuasaan Junaid (1447-1460). Dinasti safawiyah mulai memperluas gerakan politik dalam bidang keagamaan yang menimbulkan konflik dengan penguasa Kaya Koyunlu (domba hitam) salah satu suku Turki yang berkuasa di wilayah itu, Junaid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Sejak saat itu dan pergantian pemimpin seterusnya selalu ada pemberontakan. [5]
Sekalipun demikian pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dapat membawa perdamaian dan mengankat Usmani sebagai kholifah, dan pemerintahan bangsa Persia mundur dengan demikian orang-orang Turki Usmani dapat menikmati kedamain di dunia timur seperti halnya di Eropa.
b. Kemajuan Peradaban Dinasti Syafawiyah
Safawiyah merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar, yang mengalami puncak kejayaaan dalam bidang politik, selain itu juga dalam jaya dalam berbagai banyak bidang, sebagai berikut:
1) Bidang ilmu penegtahuan
Dalam sejarah islam dinasti syafawiyah memiliki banyak ilmuwan sebagai bukti pengembang ilmu pengetahuannya.
2) Bidang ekonomi
Keberadaan akses politik yang mendukung perekonomian yang dapat dapatkan dengan perdagangan yang menguasai Bandar salah satu jalur laut yang diperebutkan antara timur dan barat yang diperebutkan oleh Belanda, Inggris, Perancis yang sepenuhnya menjadi milik kerajaan syafawi.
3) Bidang arsitektur
Kerajaan syafawi telah berhasil menciptakan Isfahan, sehingga ibu kota menjadi sangat indah yang banyak berdiri bangunan-bangunan seperti rumah sakit, sekolah, masjid
4) Bidang kesenian
Berkembang pesat dalam bidang tenunan, kramik, kerajinan tangan, dan permadani.
5) Bidang tarekat
Telah terkenal dalam pemerintahan syafawi sebagai bidang sufistik yaitu gearakan yang mengacu pada bidang keagamaan dan politik yang berkembang sangat maju.
- Kerajaan Mukhal di India
Adanaya dinasti di India adanya persaingan dan peperangan yang menimbulkan pergantian kerkuasaan. Kekuasaan dinasti Ghazanawi dipatahkan oleh pengikut-pengikut Ghaur Khan yang juga berasal dari suku bangsa Turki. Mereka masuk ke India pada tahun 1175 M dan bertahan sampai 1206 M, India kemudian jatuh ketangan Qutbudin Aybak, dan selanjutnya menjadi pendiri dinasti mamuk India pada 1206-1290 kemudian dan ke tangan dinasti Khalji (1296-1316 M) kemudian ke dinasti Thuklug (1320-1413 M) dan dinasti-dinasti lain, sehingga Babur datang pada awal abad XVI dan membentuk kerajaan mughal di India. [6]
Sebelum kerajaan Mughal berdiri, islam sudah masuk ke India pada masa Umar bin Khattab, khalifah Umar menarik prnjarahan, dan seketika khalifah Umar wafat pada tahun 634 M barulah orang-orang arab menaklukkan makran di Balukistan. Pada saat islam dibawah oleh dinati umaiyah yaitu khalifah Walid Ibn al Malik tentara islam mengintifikasi kembali ke India di bawah panglima Muhammad Ibn al-Qasim dan berhasil menguasai wilah Sind pada tahun871 M orang-orang arab sudah menguni tetap disana. Kemajuan-kemajuan pada masa kerajaan Mughal, sebagai berikut:
a. Politik
Pemerintaha Mughul menganut sistem Absolut dan monarki yang tidak mengenal undang-undang, semua keputusa diambil dari hasil musyawarah dari berbagai masyarakat baik dalam pemilihan yang semacam dengan gubenur.
b. Ekonomi
Dalam bidang ekonomi ini kerajaan Mughal dapat berkembang dalam bidang pertanian,pertambangan dan perdagangan.tetapi sumber keuangan Negara lebih terpacu kepada pertanian.
c. Pendidikan dan ilmu pengetahuan
Para penguasa keturunan Munghal juga meneruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, raja yang berkuasa membuat undang-undang untuk orang yang meningal dan tidak mempunyai ahli waris maka hartanya diwariskan ke raja yang akan digunkan sebagai pembuatan masjid dan disetiap masjid terdapat madrasah-madrasah sebgai tempat menimba ilmu.
d. Seni
Banyak bangunana indah yang dibangun arsitektur misalnya Benteng merah, jama masjid, istana yang megah di Delhi Lahore dan makam-makam raja. Yang sanagt menajubkan seperti Tajmahal yang dibangun secara khusus oleh Syeh Jehan sebagai sejarag yang ternostalgia kisah cintanya bersama permaisuri.
BAB II
Dinasti-Dinasti Kecil Masa Pemerintahan Bani Umawiyah
A. Dinasti Umaiyah di Spanyol
Factor pendukung kemajuan Bani Ummaiayah
1. Factor Internal
Factor yang timbul berasal dari dalam diri pemilik kekuasaan
a) Perluasan wilayah
Pada masa ppemerintahan ini bani Umaiyah memperoleh kekuasaan
wilayah yang sangat luas disbanding dengan saat kekuasaan khulafar rasydin, pemilikan wilayah yang luas mulai dari Said sampai di spamyol.
b) Kekuatan militer
Pada masa bani Umayyah ini mempunyai pertahanan militer yang sangat kuat karena adanya peperang dalam hakikatnya jika gugur waktu perang dianggap sebagai jihat fi sabilillah dan jika nemang akan mendapat perluasan wilayah kekuasaan.dan berperang untuk manaklukan kekuasaan islam seperti halnya berahasil melemahkan Bizantium dan berhasil melemahkan Bizantium dan berhasil menghancurkan Persia.
c) Ekonomi dan Politik
Pembangunan ekonomi pada masa itu ditujukan untuk masyarakat, dengan pembangunan sarana trasportasi, pengairan dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat sangat menyukai masa pemerintaha Bani Ummayah.
2. Factor External
Factor dari luar yang menjadikan masa kerajaan ini menjadi besar, sebagai berikut:
a. Kelemahan dan kemunduran akibat hancurnya Negara Bizantium dan Persia akibat peperangan yang dilakukan terus-menerus yang mengakibatkan kerugian dalam bidang ekonomi, militer dan sosial kemasyarakatan terhadap kedua bela pihak. [7]
b. Timbulnya kebencian orang-orang Persia dan Bizantium karena melihan para penjajah mereka datang ditengah kehidupannya.
Faktot-faktor Melemahnya Dinasti Umayyah:
a. Sistem pergantian kholifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioralitas. Penganutanya tidak jelas, ketidakjelasan pergantian sistem ini yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
b. Latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah yang tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali.
c. Pada masa bani Umayyah pertentangan etnis antara suku Arabia (Bani Qays) dan Arabia selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing.
d. Sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak kholifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
e. Munculnya kekuatan yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib. [8]
B. Dinasti Rushtamiyah
Dinasti ini berdiri pada tahun 160-295 di Aljazair barat yang dipimpin oleh Abdurahman ibn Rustam yang beraliran Khawarij Ibadiyah. Merupakan salah satu kerajaan yang memisahkan diri dari dinasti Abbasiyah karena berusaha meloloskan diri dari selatan yang berbeda jauh dari dinasti Ikdisiyah dan Aglabiyah.
C. Dinasti Idrisiyah (789-926)
Wilayah kekuasaan yang dikuasainya adalah wilayah Magribi (Maroko) yang didirikan oleh Idris bin Abdullah cucu dari Hasan bin Abu Thalib dan yang berhasil menurunkan dinasti pertama yang beraliran syi'ah. Dinasti sebagai penyebar budaya dan agama Islam dan berhasil menaklukan Romawi menjadi kota Fanz yang dipelopori oleh Yahyah VI sebagai raja terbesar pada tahun 905-922 M. dinasti ini runtuh karena ditaklukkan oleh dinasti Fatimiyah pada tahun 985 M untuk meninggalkan masjid Andalusia dan masjid Karawiyih yang didirikan pada 859 M.
D. Dinasti Aglabiyah
Dinasti ini dipimpin oleh Ibrahim bin Aglab, seorang panglima dari Khurasan yang mempunyai peran perubahan bahasa latin menjadi bahasa Arab dan menjadikan Islam mayoritas agamanya. Yang berpusat pemerintahan di Qairawan dan berhasil menaklukan Sicilia dan sebagian besar Italia selatan, Sardinia Corsica bahkan pesisir. Dan pada abad ke-9 dinasti ini berhasil ditaklukkan oleh dinasti Fatimiyah dan meninggalkan masjid Raya Quraiwan dan masjid Raya Tunis. [9]
E. Dinasti Thuluniyah
Dinasti ini didirikan oleh Ahmad bin Thulun, Thulun artinya budak yang berasal dari Faghana Turki pada tahun 817 penguasa. Dinasti ini berkuasa selama 37 tahun dan memiliki banyak prestasi yang dicapainy, Thulun artinya budak yang berasal dari Faghana Turki pada tahun 817 penguasa. Dinasti ini berkuasa selama 37 tahun dan memiliki banyak prestasi yang dicapainya, yakni:
a. berhasil membawa Mesir kepada kemajuan, sehingga Mesir menjadi pusat kebudayaan Islam yang dikunjungi oleh banyak ilmuan dan pelosok dunia,
b. dalam bidang arsitektur telah menunggalkan bangunan masjid Ahmad Ibnu Thulun yang bercorak Iraq menaranya merupakan menara tertua di Mesir, dan bangunan lainya adalah Istana Khumarwaihi yang berdinding emas.
c. Dalam bidang kesehatan, pada masa ini telah dibangun rumah sakit yang menelan biaya 80.000 dinar.
d. Dalam bidang pertanian, perbaikan air dipulau Rudah yang pertama kali dibangun pada tahun 716 M. dengan berfungsinya kembali alat ini irigasi Mesir menjadi lancar dan pada giliranya sangat membantu dalam bidang pertanian.
e. Kemajuan di bidang militer terutama mempunyai pasukan perang dan angkatan laut, dengan pasukan yang berkekuatan 100.000 orang dan 100 kapal perang.
Kemunduran dinasti Thuluniyah
Setelah Ahmad Ibnu Thulun wafat, dinasti ini diteruskan oleh empat amir, yaitu Khumarawaihi Ibnu Ahmad (884-895) kemudian dilanjutkan oleh Jaish Bin Khumarawaihi (895-896), setelah itu diteruskan oleh Harun Ibnu Khumarawaihi (896-905) dan dilanjutkan oleh Syaiban Ibnu Ahmad Ibnu Thulun (905). Namun para pengganti Ibnu Thulun tidak sekuat Ibnu Thulun bahkan keempat amir itu membawa kemunduran bagi dinasti Thuluniyah, persaingan para pembesar dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti, amir ketiga Jaish Ibnu Asakir dilawan oleh sebagaian besar pasukanya dan dapat disingkirkan pada tahun 896. Adiknya yang baru berusia 14 tahun diangkat menjadi amir yang ke-4, hal tersebut yang menyebabkan kemunduran. Kelemahan yang sedemikian rupa menghantarkan dinasti ini berakhir setelah dinasti keelima yaitu syaiban Ibnu Ahmad Ibnu Thulun menyerah ketangan Bani Abbas yang menyerang Mesir pada 905 dengan demikian berakhirlah Dinasti Thuluniyah. [10]
F. Dinasti Ikhdisiyah
Kekuasaan Mesir di bawa oleh Dinasti Abbasiyah setelah berakhirnya kekuasaan Dinasti Thuluniyah, meski demikian Mesir tetap menjadi penyebab utama kekacauan dan perpecahan selama tiga puluh tahun. Mengingat pengaruh Abbasiyah Mesir semakin lemah dan ada rasa ingin memiliki dari Bani Abbasiyah dan melepas jabatanya sebagai Bani Abbasiyah. Dinasti Fatimiyah memanfaatkan Dinasti Ikhdisiyah dengan menguatkan pasukan militernya untuk menyerang dengan tidak direncanakan oleh panglima Al-Muiz dengan mudah mengalahkan Mesir dan menaklukkan Dinasti Ikhdisiyah, Dinasti Abbasiyah tidak mampu melindungi Mesir dari serangan yang kemudian runtuhnya Dinasti Ikhdisiyah oleh Dinasti Fatimiyah.
G. Dinasti Hamdaniyah
Dinasti Hamdaniyah muncul memiliki kekuasaan di Suriah dan Irak, nama Dinasti ini dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Hamdan bin Hamun yang mempunyai gelar Abu Al-Haija'. Dinasti di Suriah ini dipimpin oleh Hasan yang mengantikan ayahnya Al-Haija'. Kepemimpinan Hasan mendapat pengakuan dari penduduk Baghdad. Dinasti Hamdaniyah ini di Allepo dipimpin oleh Ali Saifudindawlah yang telah merebut Allepo dari Ikhdisiyah. Dan berakhirnya masa Dinasti Hamdaniyah ini dikarenakan peninggalnya penguasa baik yang Suriah maupun yang Allepo. [11]
[1] Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011)40
[2] Syafiq A. Mughin. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki….53
[3] Syafiq A. Mughin.Sejarah Kebudayaan Islam di Turki….53-66
[4] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah,2009),198
[5] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam….198
[6] Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam,(Surabaya:UIN Sunan Ampel Prees,2014),198
[7] Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam….120
[8] Ridwan Abu Bakar,Sejarah Peradaban Islam,(Surabaya:IAIN Sunan Ampel Prees,2013)175
[9] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam….274-275
[10] Muzayana, Sejarah Peradaban Islam….81
[11] Samsul Munir Amir, Sejarah Kebudayaan Islam….277
Download File Dinasti-dinasti Kecil masa bani Abbas dan Kerajaan pasca Dinasti Abbasiyah (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku