DUNIA ISLAM ABAD KE XIX
(Penetrasi Kolonial Barat)
A. Penetrasi Barat atas Dunia Islam
Pada akhir abad ke-18, ada beberapa hal penting yang menandai permulaan tekanan penetrasi Barat terhadap Islam. Pertama Perang antara Turki dengan Rusia (1768-1774 M) yang berakhir dengan adanya perjanjian Traktat Kainarji. Perjanjian ini sangat menguntungkan Rusia terutama di Laut Hitam dan Semenanjung Balkan. Kedua, penaklukan Mesir dan invasi Prancis oleh Napoleon Bonaparte terhadap Palestina tahun 1798 M. Ketiga Proklamasi kemerdekaan Montenegro dari kekuasaan Turki pada tahun 1799.
Pada akhir abad ke-15 (1498) Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika yang merupakan pangkal tolak kemajuan ekonomi Eropa. Terjadilah perubahan besar yang sangat berpengaruh baik bidang ekonomi maupun politik internasional. Lintas perdagangan yang pada awalnya lewat daratan di wilayah Islam, beralih ke lautan. [1]
Negara Islam dan masyarakatnya pada masa itu tidak lagi hidup dalam keadaan stabil dan tidak mapan lagi dalam system kebudayaan, sehingga keperluan mereka yang mendesak adalah bagaimana menggerakkan kekuatan agar bisa selamat dan terhindar dari dominasi Barat. Kerajaan Usmani harus megnadopsi metode-metode dan pola yang dikembangkan oleh Eropa. Orang-orang Arab tampak menolak kemajuan Barat, namun disisi lain dia harus menerima dan mengadopsi ide-ide serta tekhnik-tekhnik Eropa. Kecakapan baru yang didapatan digunakan untuk dikembangkan.
Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Di hadapannya masih terdapat kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit dikalahkan, terutama Kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus menembus lautan yang sebelumnya hanya dipandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka. [2] Mereka melakukan berbagai penelitiantentang rahasia alam, berusaha menaklukan lautan, dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Setelah Christoper Colombus menemukan Benua Amerika (1492 M) dan Vasco da Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan (1498 M), benua Amerika dan Kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua penemuan itu, sungguh tak terkirakan nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan, karena tidak tergantung lagi kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam. l. Stoddard menggambarkan, dengan sekejap mata dinding laut itu bherubah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok segera menjadi yang dipertuankan di laut dan demikian yang dipertuankan di dunia. [3]
Menurut analisa diatas, karena negara Eropa mendapat tantangan yang berat maka Eropa tidak hanya diam saja melainkan melakukan beberapa penelitian alam, berusaha menaklukan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya belum pernah dilakukannya. Hingga dititik dimana pada akhirnya dua orang penemu yaitu Chirstoper Colombus yang menemukan Benua Amerika dan Vasco da Gama yang menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan. Maka dari sini terjadilah perubahan besar yang dialami oleh negara Eropa baik dalam bidang ekonomi maupun politik internasional karena jika pada awalnya jalur perdagangan melalui daratan beralih ke lautan.
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka baginya. Mereka dapat memperoleh kekayaan yang tak terhingga untuk meningkatkan kesejahteraan negerinya. Tak lama setelah itu, mulailah kemajuan kemajuan Barat melampaui kemajuan Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Kemajuan Barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Teknologi perkapalan dan militer berkembang pesat. Dengan demikian, Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan mereka, satu demi satu negeri Islam jatuh ke bawah kekuasaanya sebagai negeri jajahan. [4]
Dan sejak saat itulah kongsi-kongsi dagang Eropa bermunculan di kawasan Timur. Dan dengan kekuatan ekonomi yang diakibatkannya Eropa kemudian menjelma menjadi kekuatan politik yang segera mendesak dunia Islam.
Maka tidak aneh bila kemudian ketika memasuki abad ke-19 dunia Islam (Turki), yang hingga saat itu masih memegangi klaim atas kepemimpinan umat islam, mengalami kemunduran dan kemerosotan yang drastis. Sementara dua Negara rival yang selalu menjadi seterunya, Rusia dan Austria, telah mempersiapkan diri merebut kesempatan untuk segera memukul balik Turki.
Satu per satu negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan Turki jatuh ke tangan Barat. Al Jazair berhasil direbut Prancis 1830, disusul Tunisia pada tahun 1881, dan Maghribi (Maroko) pada tahun 1911. Pada tahun yang sama (1911) Libia jatuh ke tangan Italia. Pada tahun 1882 Inggris berhasil merebut Mesir dan pada tahun 1917 menyusul Irak jatuh ke tangannya.
Seperti telah disinggung di atas, periode kebangkitan Islam dimulai pada era 1800 an. Juga bahwa kebangkitan itu merupakan reaksi terhadap kemunduran dan jatuhnya beberapa daerah kekuasaan Islam ke tangan Barat.
Salah satu dari gerakan ini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya di Mesir. Ia yang lahir di Kawalla Yunani pada tahun 1765 adalah salah satu dari perwira pasukan baru bentukan Sultan Mahmud II. Ketika kemudian Perancis keluar dari Mesir (1801), ia memainkan peranan penting dalam kehidupan politik di sana. [5]
Seperti tanggapan diatas bahwasannya terdapat beberapa faktor-faktor penyebab barat melakukan peneterasi, yaitu karena terjadinya perang salib, pada perang ini orang Kristen atau orang Barat ingin merebut daerah-daerah kekuasaan umat Islam sehingga menyebabkan kerugian yang amat besar oleh umat Islam, baik kerugian hasil budaya, peradaban manusia, kerugian material maupun korban jiwa. Selain itu negara Barat pun tak segan-segan melakukan penindasan, penghisapan, dan perbudakan yang mana sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
B. Kemunduran Dunia Islam
Pada akhirnya kekuatan Islam semakin lama semakin lemah sejalan dengan penaklukan Barat, Inggris dan Perancis terhadap kerajaan Islam. Pada akhirnya gerakan pembebasan yang akan mengembalikan kejayaan Islam seperti sedia kala. [6]
Posisi strategis yang dimiliki oleh Turki seharusnya dapat menguntungkan pihak Islam, tetapi politik yang ditanamkan oleh pihak Barat terlalu kuat, maka mendorong kisruhnya disegala bidang kehidupan seperti ekonomi dan agama.
Apapun yang terjadi pada dunia Islam yang sekarang, tak lepas dari apa yang dilakukan para leluhurnya. Termasuk doktrin-doktrin barat yang membuat Negara mereka mundur dan dikuasai oleh pihak barat.
Kemunduran Islam, ketika ambisi dunia Barat sudah mencapai titik maksimum, umat Islam yang sudah kehilangan kepercayaan kepada para pemimpinnya karena kekacauan ini. Diseluruh kerajaan Islam yang berdomisili di Timur Tengah. Akibatnya, kemerosotan terjadi sering bertambahnya tahun. Krisis yang terjadi tak kunjung berhenti, kesenjangan sisal dimana-mana dan menurunnya moral umat islam.
Hal itu semua terjadi karena penetrasi yang dilakukan terhadap dunia Islam oleh orang Eropa.
Keadaan dunia Islam pada abad XIX mengalami kemunduran akibat penetrasi yang dilakukan oleh bangsa Barat, sedangkan bangsa Barat sendiri semakin berjaya. Eropa mendapati persenjataan-persenjataan yang tidak dimiliki sebelumnya bahkan tidak terbesit di dalam mimpinya tetapi mereka mendapatkannya. [7]
Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Us mani, kekuatan Islam yang terus bertahan hingga abad ke-20. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Faktor ekologis dan alami, yaitu kondisi tanah dimana negara-negara Islam berada adalah gersang, sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini memaksa mereka untuk bergantung, seperti Nil, Eufrat dan Tigris. Secara agricultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah Pertama, negara-negara Islam seperti Mesir, Syiria, Iraq dan lain-lain mengalami berbagai bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syiria dan Iraq.
Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan musuh. Iraq, Syiria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak kawasan itu berada diantara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi target invasi pihak luar.
Faktor eksternal. Faktor eksternal yang berperan dalam kejatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib, yang terjadi dari 1096-1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. "Perang Salib", menurut Bernard Lewis, "pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya". Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur seperti Samarkand, Buhkara dan Khawarizm, dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun 1258 mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syiria dan Mesir. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir. [8]
Dari sini dapat disimpulkan bahwa bangsa Eropa awalnya tidak memiliki apa-apa tetapi berkat ilmu-ilmu dari dunia Islam mereka mendapatkan kesempatan dari Allah SWT untuk mempelajarinya tetapi cara yang mereka lakukan salah yaitu melakukan penetrasi terhadap dunia-dunia Islam dan menguasai pemerintahan Negara-negara Islam. Tetapi kemunduran ini bukan hanya akibat dari penetrasi saja melainkan akibat dari dalam diri umat Islam karena lengah dan tidak terus-menerus mempelajari ilmu-ilmu Islam yang berada di dalam Al-Qur'an. [9]
Dunia Islam Abad XX
A. Proses Pembebasan Diri Dari Kolonialisme Barat
Munculnya gerakan pembaharuan dalam Islam, merupakan wujud dari bentuk kesadaran umat Islam dari ketertinggalan dan keterbelakangan mereka. Banyaknya persoalan yang dihadapi umat Islam, baik persoalan intern seperti adanya penyimpangan ajaran Islam dari ajaran sebenarnya, persaingan antar penguasa muslim, dan sebagainya, serta persoalan ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan bangsa-bangsa Barat, yang menuntut segera diatasai dan dipecahkan masalahnya. [10]
Gerakan modernisme Islam untuk meraih kebangkitan dunia Islam telah berpengaruh sedemikian kuat keseluruh wilayah dunia Islam, sehingga membangkitkan kekuatan baru untuk melepaskan diri dari kekuasaan imperialisme Barat. Sudah sangat banyak perubahan yang didatangkan oleh bangsa Barat selama masa penjajahan. Bangsa Barat ingin memecah belahkan umat Islam dengan cara mengadu domba dan meghasut para pemimpin-pemimpin agar mau tunduk pada keinginan mereka. Tetapi pada akhirnya masyarakat Islam telah menyadari bahwasannya mereka sangat tertinggal jauh dari bangsa Eropa yang telah menjajahnya sekian lama, mereka mulai memperbaiki dan membangun kekuatan-kekuatan bangsa serta menghimpun semangat solidaritas juang umat Islam untuk melawan balik bangsa Barat yang telah menjajahnya. [11]
Gerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh umat Islam selalu kandas ketika berhadapan dengan kolonialis Barat, karena teknologi dan militer mereka jauh lebih maju dari yang dimiliki umat Islam. menurut Afghani, untuk menanggapi tantangan Barat, umat Islam harus mempelajari contoh-contoh darinya. [12]
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada pada umumnya yang di kenal dengan gerakan pembaharuan di dorong oleh dua faktor yang saling mendukung, yaitu pemurnian ajaran islam dari unsur-unsur asing yang di pandang sebagai penyabab kemunduran Islam, dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Gerakan pembaharuan itu dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam memandang tidak bisa di pisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme yang mula-mula di dengungkan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiah. Namun, gagasan ini baru di suarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897 M). [13]
Pada pertengahan pertama abad XX terjadi perang dunia kedua yang melibatkan seluruh negara kolonialis. Seluruh daratan Eropa dilanda peperangan , disamping Amerika, Rusia dan Jepang. Kecamuk perang ini disatu sisi melibatkan Jepang, Hitler dengan Nazi Jermannya, dan Mussolini dengan Fasis Italia nya, dan disisi lain terdapat Inggris, Perancis, dan Amerika yang bersekutu, serta Rusia. Pada saat perang itulah yang merupakan titik balik Negara Islam untuk mempersiapkan diri untuk melepaskan diri dari cengkraman dunia Barat. Saat mereka saling serang di Eropa, sebuah kesempatan emas untuk mengusir mereka dari dunia Islam. Tetapi untuk mewujudkan hal tersebut butuh persiapan yang matang dan terstruktur. Dan mulai saat itu negar-negara muslim yang terjajah memproklamasikan kemerdekaannya.
Mereka mengirim pendek kawan q cendekiawan muda untuk mempelajari strategi yang digunakan oleh Dunia Barat untuk diterapkan. Tetapi, tidak semua ulama atau pemimpin setuju dengan itu. Ulama yang masih terkesan tradisional tidak akan mau bersikap kooperatif dengan Barat, terlebih lagi mengingat apa yang telah mereka lakukan pada masa Islam saat masa lalu. [14]
B. Gerakan-Gerakan Pembebasan; Pan Islamisme, Gerakan Nasionalisme
1. Gerakan Pan Islamisme
Pan islamisme dalam pengertian yang luas adalah rasa solidaritas antara seluruh umat islam. Atau dengan kata lain bisa juga diartikan persatuan seluruh umat islam. Gagasan Pan Islamisme ini muncul pada pertengahan abad ke-19. Pencetusnya adalah Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897 M). Al-Afghani melihat pada saat itu, umat islam berada dalam kemunduran umat islam, bukan karena ajaran islam, tetapi karena umat islam itu sendiri yang tidak mau berusaha merubah nasibnya sendiri. Umat islam terpengaruh oleh faham fatalisme sehingga menjadi statis, tidak dinamis. [15]
Dilihat dari segi politik, menurut Al-Afghani, kemunduran umat Islam disebabkan perpecahan di kalangan umat Islam, pemerintah yang absolute, mempercayakan pimpinian kepada oranng yang tidak dipercaya, mengabaikan masalah kemiliteran, menyerahkan administrasi kepada orang-orang yang tidak kompoten dan adanya intervensi asing. Intervensi asing terlihat bagimana Inggris ikut campur dalam masalah politik dan ekonomi dunia Islam, seperti di India dan Mesir.
Melihat kondisi umat Islam ini, Al-Afghani insaf, bahwa dunia Islam yang lemah diancam oleh Barat yang kuat dan dinamis. Lebih-lebih persaudaraan umat Islam lemah. Untuk memajukankembali umat Islam, menurut Al-Afghani, tidak ada jalan lain, kecuali mewujudkan kembali persaudaraan Islam di zaman klasik. Dengan persatuan dan kerjasama yang baik di antara umat Islam, pada gilirannya akan dapat membela dan membebaskan diri dari inervensi dan penjajahan bangsa asing. Jadi untuk tujuan inilah, kelihatannya ide-ide Pan Islamisme ini dicetuskan dan dikobarkan di negara-negara Islam yang sedang berada dalam kemunduran dan jajahan bangsa asing.
Pan Islamisme Ini mempunyai pengaruh besar, sebagai contoh, Sultan Abd. Hamid II (1876-1909) dari kerajaan Turki Usmani menyambut baik gagasan ini. Ia mendirikan organisasi propaganda Pan Islamisme dan ia mengirimkan utusan-utusan yang tak terhitung jumlahnya ke negri-negri Islam, dengan membawa pesan dan harapan agar dapat bersiap-siap melepaskan diri dari penjajahan Barat. Propaganda ini berjalan selama 30 tahun. Efek inilah yang kemudian hari melahirkan pemimpin nasionalisme di kalangan umat Islam yang berjuang menuntut kemerdekaan mereka dari kolonialisme Barat. [16]
2. Gerakan Nasionalisme
Gerakan nasionalisme adalah gerakan kebangsaan. Gagasan ini berasal dari Barat yang masuk ke negri-negri Muslim melalui sentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar muslim menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan Barat yang didirikan di negeri mereka.
Gagasan Nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping itu perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam diberbagai wilayah setempat yang menjadikan "kekuatan" yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperilalisme. [17]
Dengan adanya keinginan umat Islam untuk menjadi negara yang merdeka, maka mulailah mereka mendirikan beberapa partai dan organisasi yang mendukung mereka agar bisa digunakan untuk melawan bangsa Barat. Dan dengan menyatukan kekuatan umat Islam dapat mempererat jalinan diantara mereka sehingga menjadi kuat untuk melawan bangsa Barat.
C. Masa Kebangkitan Islam
Inilah masa titik balik dimana masa kejayaan Islam yang bangkit dari keterpurukan karena penjajahan Dunia Barat. Agama Islam yang bangkit dari tidurnya, tetapi pada kesempatan kali ini, ia benar-benar berbeda meskipun umat Islam sedang dalam kondisi terlena. [18]
Pengetahuan Islam yang mendalami berbagai disiplin ilmu harus dikuasai agar kebangkitan Islam bukan hanya angan belakang. Islam tidak bersifat personal. Persoalan-persoalan kaum muslimin dari belahan dunia manapun menjadi persoalan bersama umat Islam. Seperti pada kasus Rohingnya, mereka yang bersalah, tetapi umat Islam dari berbagai belahan dunia manapun bergotong royong ikut membantu atau hanya ikut bersimpati sekalipun. Kebangkitan dari segala keterpurukan dari masalalu yang bersifat tidak bisa dilupakan. Hanya saja bisa bergerak maju menjauhinya. Seberapa besar potensi keimanan umat Islam dalam rangka membangkitkan Islam.
Saat seluruh dunia berada dalam kekacauan perang, Islam bahu membahu menjauhi perang untuk dapat sekedar membenahi diri untuk lepas dari kolonial kaum penjajah Barat. Hal itu sudah terwujud, maka umat islam harus menata ulang seluruh sistem agar dapat berfungsi normal seperti sediakala dengan bantuan dengan bantuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat tersebut. Inti dari topik ini adalah usaha kaum muslimin untuk dapat bangkit dari masa lalu penjajahan kaum kolonial.
Menekankan pentingnya umat Muslim menguasai teknologi dan bersaing dengan pihak Barat, agar tidak terjadi lagi yang namanya pembodohan yang terjadi seperti pada masa lampau. Pendidikan yang berkualitas tinggi serta ekonomi yang seimbang ikut berperan serta menentukan bangkitnya Islam ini. Apa yang terjadi pada masa lampau hanya untuk dibuat pelajaran dan sejarah saja, agar umat Islam bisa mengantisipasi adanya gerak-gerik yang serupa dari pihak Barat. [19]
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persatuan dan kesatuan antar umat atau kelompok itu sendiri itu sangatlah penting, ditambah lagi dengan adanya keyakinan untuk merdeka dan kemauan untuk bangkit serta doa yang kuat mampu menerobos kejayaan yang haqiqi pada akhirnya. Karena jika bukan dari kesadaran umat itu sendiri maka tidak akan merubah apapun dan akan terus dijajah oleh bangsa Barat.
Daftar Pustaka
Fuad Ah.Zakki. (2014 ). Sejarah Peradaban Islam . Surabay: UIN Sunan Ampel Press.
Goldschmidt Jr Arthur. A Concise of History of The Midle East. Oxford: Wesview Press 1991
http/www.dakta.com/news/10276/ Hamid Fahmi Zarkasy
Lewis Bernard. Kebangkitan Islam. trj.Hamid Luthfi. Bandung: Mizan.1983
Stoddard L. Dunia Baru Islam. Jakarta: 1966
Mahasiswa semester 1 Prodi PAI UIN Sunan Ampel Surabaya 2017/2018. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. 2017/2018
Nasution Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek. jilid.I. Jakarta: UI Press. 1988
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH 2015
Yatim Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[1] Arthur Goldschmidt Jr, A Concise of History of The Midle East, (Oxford: Wesview Press 1991), h.140 dan 380.
[2] L. Stoddard, Dunia Baru Islam, (Jakarta: 1966), h. 25.
[3] L. Stoddard, Dunia Baru Islam (Jakarta: 1996), h.26
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,2008), h.175
[5] Arthur Goldschmidt Jr, A Concise of History of The Midle East, h.242
[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UINSA Press,2015), h.212
[7] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.174
[8] Hamid Fahmi Zarkasy, "Faktor Kemunduran Peradaban Islam", dalam http/www.dakta.com/news/10276/ Hamid Fahmi Zarkasy. Diakses pada 8 Oktober 2018.
[9] Mahasiswa semester 1 Prodi PAI UIN Sunan Ampel Surabaya 2017/2018, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017/2018 ) Hal.144-146
[10] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH,2015),h.366
[11] Mahasiswa semester 1 Prodi PAI UIN Sunan Ampel Surabaya 2017/2018, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017/2018 ) Hal. 149-150
[12] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, jilid.I, (Jakarta; UI Press, 1988), h.23
[13] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:1999,Raja Grafindo Persada),h.185-187
[14] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam,h.150
[15] Bernard Lewis, Kebangkitan Islam, trj.Hamid Luthfi, (Bandung: Mizan,1983), h.14
[16] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,2014),h.216
[17] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,h.367
[18] Mahasiswa semester 1 Prodi PAI UIN Sunan Ampel Surabaya 2017/2018. Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. 2017/2018). Hal 144-146
[19] Mahasiswa semester 1 Prodi PAI UIN Sunan Ampel Surabaya 2017/2018. Sejarah Peradaban Islam . Hal 144-146
Download File Dunia Islam Abad XIX dan XX (Format Doc.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku
ConversionConversion EmoticonEmoticon