Loading...

Pembahasan Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) - Sejarah Peradaban Islam (Choirunnisa’Aprilia Fajri) A3


KEKHALIFAHAN PADA MASA USMAN BIN AFFAN AS. DAN ALI BIN ABI THALIB AS.

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Sejarah Peradaban Islam

Dosen pembimbing:

Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag

Ditulis oleh:

Choirunnisa'Aprilia Fajri (D01218012)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018

PEMBAHASAN

A. Masa Khalifah Usman bin Affan as.

1. Profil Usman bin Affan as.

Usman bin Affan as. memiliki nama lengkap yaitu: Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdul Al-Manaf dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M, 6 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ibu Khalifah Utsman BIN Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rabi'ah bin Habib bin Abdi Asy-Syams bin Abdul Al-Manaf. Islam masuk islam setelah mendapat siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia dijuluki dzun nurain, karena menikahi dua putri Rasulullah SAW. Secara beruntutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kultsum. [1]


Ustman merupakan salah satu sahabat Nabi yang paling berjasa dalam pengembangan peradaban islam dan khalifah yang dipercayai dalam pemerintahan pada masanya oleh Umar bin Khattab setelah beliau wafat juga menggantikan posisi beliau sebagai seorang khalifah. Ia sangat gemar membaca Al-Qur'an hingga Khalid Muh Khalid pernah menulis untuk sholat saja beliau menghabiskan waktu semalam karena banyaknya ayat suci Al-Qur'an yang dibacanya. [2]

Selain Utsman memiliki pribadi yang baik, beliau seringkali melakukan perbuatan-perbuatan dermawan. Caranya berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang menyebabkan kekaguman tersendiri pada sosok Utsman bin Affan dan pembelaannya terhadap agama islam merupakan suatu pencapaian yang sangatlah penting karena kebebasan umat juga penting dalam suatu pemerintahan agar pemerintahan tersebut dapat berjalan sesuai visi dan misinya. Kesholehan shosialnya juga terbukti dan membeli telaga milik Yahudi seharga 12.000 dirham dan menghibahkannyakepada kaum muslimin pada saat hijrah ke Yastrib. Mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar untuk perluasan Masjid Nabawi. Menyerahkan 940 ekor unta, 60 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan Jaisyul Usrah pada Perang Tabuk. Setiap hari jum'at, beliau selalu membebaskan seorang budak laki-laki dan seorang budak perempuan. Utsman menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan sangat murah bahkan dibagikan kepada para kaum muslimin yang ketika itu pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, masa penceklik. [3]

2. Kondisi Sosial Politik

Pemilihan Utsman bin Affan sebagai khalifah merupakan suatu pilihan yang tepat, mengingat tentang kondisi sosial dan politik pada masa itu. Namun, sebelum meninggalnya Umar bin Khattab, Umar telah memanggil tiga calon penggantinya yaitu Utsman, 'Ali, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Umar berpesan dalam pertemuan dengan mereka agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sendiri sebagai pejabat pemerintahan suatu negara. Pembentukan dewan formatur oleh Umar yang berjumlah 6 orang yaitu Ali, Utsman, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah juga Abdullah bin Umar, disamping itu dia dijadikan anggota tapi tidak memiliki hak suara [4]

Pemilihan Utsman bin Affan juga memiliki mekanisme dalam pemilihan khalifah yang ditentukan sebagai berikut: Pertama, yang berhak menjadi khalifah adalah yang terpilih oleh suara terbanyak dan secara formatur. Kedua, apabila suara berimbang, maka Abdullah bin Umar boleh menentukan. Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak diterima, maka calon yang dipilih Abdurrahman bin Auf yang akan diangkat menjadi khalifah dan apabila masih ada penentang maka penentang tersebut akan dibunuh (Hasan Ibrahim Hasan, 1954: 254-5). [5]

Mekanisme pemilihan tersebut telah disepakati oleh semua pihak yang terkait dalam pemilihan khalifah. Setelah Umar wafat, para sahabat mulai memikirkan siapa yang tepat menjabat menjadi khalifah dan salah satu sahabat, Abd Ar-Rahman mengambil langkah yang ingin ditempuh adalah meminta pendapat kepada anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon khalifah. Hasilnya adalah munculnya 2 kandidat khalifah yaitu Utsman dan Ali. Terjadinya persilangan dalam pemilihan antar 2 kandidat tersebut dan ada beberapa sahabat yang sedang berada diluar Madinah dan tidak dapat dihubungi. Karena adanya persellisihan tersebut maka terbagi menjadi 2 kubu yakni Bani Hasyim sebagai pendukung Ali dan kubu Bani Umayyah sebagai pendukung Utsman. [6]

Dalam keberhasilan yang diraih oleh khalifah Ustman pada masa pemerintahannya sedangkan 6 tahun kedua dikatakan sebagai masa kekacauan yakni pada saat ia mengambil kebijakan yaitu dibidang politik dengan mengangkat keluar dekatnya menjadi pejabat negara, beliau dikatakn sebagai nepotisme. Dan penggunaan dana uang negara serta kebijakan negara menjadi timbulnya suatu konflik dikalangan masyarakat. [7] Oleh karena itu, suatu kebijakan pemerintah diberlakukannya peraturan perundang-undangan negara dalam pemerintahan negara agar tidak terjadinya konflik yang akan berdampak pada masyarakat. Sehingga permasalah yang terjadi akan terminimalisir.masa pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang paling lama masa pemerintahannya dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun; 24-36 H/644-656 M. Karena pada masanya segenap prestasi dan kemajuan-kemajuan lainnya termashur pada bidang-bidang tertentu hingga perluasan suatu wilayah yang menjadikan pemerintah Ustman lebih tertata pemerintahannya. Utsman merupakan pribadi yang lemah dan tidak sanggup menentang keluarganya yang yang kaya raya dan berpengaruh. Ia mengangkat sanak famili menjadi gubernur-gubernur disuatu daerah yang tunduk pada kekuasaan islam dan gubernur-gubernur tersebut diangkat karena orang yang kuat dan tidak memikirkan kepentingan keluarga oleh Umar bin Khattab. [8]

Sebelum menjadi khalifah Ustman bin Affan adalah seorang hartawan yang mempunyai perusahan besar dan banyak memperoleh keuntungan. Tapi setelah dirinya menjadi khalifah, beliau menghentikan usaha dagangnya dan tidak lagi mencari keuntungan. Dalam pemerintahan Usman terlihat beberapa kebijakan mulai berbeda yang dapat mencerminkan bahwa Usman tidak mampu mengendalikan keluarganya yang menjabat sebagai gubernur-gubernur pemerintahan di setiap daerah-daerah kuasaan islam dan wajar apabila Usman akhir-akhir ini disebut sebagai nepotisme. Usman yang selalu berjasa bagi negaranya dalam hal perang yang ikut berjuang mempertahankan islam dan beberapa orang tidak setuju atas kebijakan Usman apalagi soal keuangan negara yang dipergunakan sebagai tunjangan terhadap keluarganya yang menjabat sebagai gubernur, dengan hal itu kondisinya adalah untuk mendorong kaum muslim mengajukan suatu perlawanan atau protes dan akan ada pemberitahuan. [9]

3. Pemberiontakan Dalam Negeri

Keadaan politik pada saat itulah yang mengakaibatkan perseteruan sehingga gerak-gerak protes muncul di berbagai wilayah kekuasaan Islam. Syeikh Mahmuddunnasir dalam bukunya "Islam Its Concept and History" mengemukakan dengan singkat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap khalfiah Usman bin Affan atara lain:

a). Keluarga Umayyah adalah kelompok Quraisy yang paling banyak merintangi perjuangan Nabi Muammad SAW melalui penindasan kemudian masuk islam karena keadaan duniawi karena mereka akan hancur membangkan pada saat penakhlukan Mekkah.

b). Pada masa pemerintah Usman yang berkedudukan di Madinah , ternyata rakyat Madinah semakin berkedudukan dalam pemerintahan dan tidak banyak memperoleh jabatan.

c). Pemberhentian Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris negara dan menggantikannnya dengan Marwan bin Hakam adalah sebagai bukti dominasi keluarga Umayyah dan menggeser kedudukan Bani Hasyim

d). Sifat Usman yang terlalu percaya kepada Marwan dan ketidaktegasannya mengatasi berbagai kemelut, menimbulkan rasa tidak puas dalam masyarakat.

e). Tindakan Usman membuat Abu Dzar Al-Ghiffari ata pengaduan Muawiyah yang menyalahkan pendapat Abu agar orang kaya diwajibkan membantu orang miskin.

f). Sebab lain adalah munculnya ahli fitnah yang tidak puas terhadap Usman yaitu Abdullah ibn Saba' seorang Yahudi yang masuk islam dan pernah diusi dari Basrah, Kuffah dan Syiria akhirnya menetap di Mesir. [10]

Pada paruh terakhir khalifah menghadapi pemberontakan dan pembangkangan didalam dan diluar negeri. Di dalam negeri, pemberontakan lebih terpusat pada kebijakan-kebijakan khalifah yang nepotis. Harta dan kekayaan hanya berputar pada keluarga dan sikap yang tidak tegas terhadap sahabat terutama. Adapun di luar negeri, pemberontakan lebih banyak berasal dari negeri-negeri yang ditakhlukkan, seperti Romawi dan Persia yang menambah dendam dan sakit hati karena sebagian wilayahnya telah diambil oleh kaum muslimin. [11] Pemberontakan-pemberontakan tersebutlah yang menjadikan suatu pemerintah ini akan hancur karena tingkah laku mereka yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dan adanya suatu pemberontakkan mengakibatkan kepercayaan masyarakat akan berkurang terhadap para pejabat negara.

Puncak kebencian rakyat Mesir ditandai dengan keberangatan kaum muslimin Mesir sebanyak 600 orang menuju Madinah dan diperjalanan mereka bertemu dengan khafilah lain dari Bashrah dan Kuffah. Setelah menyampaikan keluahannya terhadap Usman, Usman berhasil memberikan pengertian sedangkan kepada pemberontak dari Mesir Usman berjanji untuk tidak menggantikan Gubernur Abdullah bin Sa'ad dengan Muhammad Ibn Abi Bakar. Namun ketika pulang mereka menemukan sepucuk surat dengan stempel milik khalifah yang memerintahkan mereka dibunuh sampai Mesir. [12]

Akan tetapi pemberontakan tersebut bukan suatu bentuk penghakiman terhadap Usman atas suatu peerintahannya yang tidak melakukan keberhasilan. Akan tetapi merupakan suatu bentuk pemberontakan yang disebabkan oleh umat islam itu tersendiri.

4. Perkembangan dan Kemajuan

Pada masa Usman bin Affan perkembangan yang sangat maju adalah terutama dalm perluasan wilayahnya yang memperlebar daerah-daerah kekuasaan Islam di Afrika dan Asia yaitu daerah Herat, Kabul, Ghazni dan Asia Tengah juga Armenia, Tunisia, Cypruss, Rhodes dan bagian yang tersisa dari Persia dan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh Persia. Juga dalam bidang sosial budaya, Usman telah membangun bendungan besar unrtuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota, membangun jalan, jembatan, masjid, rumah penginapan para tamu dalam bernagai bentuk serta memperluas masjid Nabi di Madinah. Usman bin Affan juga berhasil membukukan firman Allah (kodifikasi Al-Qur'an) yang pada saat itu dinamakn Mushaf Usmani. Beliau juga mulai mengerahkan angkatan perang armada laut dalam perkuasan (expansi) wilayah islam. [13]

Perkembangan dan kemajuan pada masa Usman bin Affan yang termashur pada masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin dan membuat suatu kemajuan wilayah yang snagat pesat melalui Asia dan Afrika dengan pemerintahannya yang mengalami beberapa permasalahan dalam sistem pemerintahan dan ketidaksetujuan terhadap suatu keputusan yang dibuat oleh Usman. Dakwah Islam pada masa awal kekhalifahan Usman menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang signifikan melanjutkan estafeta dakwah pada masa khalifah sebelumnya.

5. Ekspansi

Usman pada awal pemerintahannya melanjutkan sukses para pendahulunya terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan islam. Daerah yang sanagat penting yang telah dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak terus dilindungi bahkan terus melakukan pengembangan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang terencana secara cermat. Salah satu pertempuran yang terpenting adalah Zatis Sawari (Peperangan Tiang Kapal), suatu peperangan ditengah lautan yang belum pernah dilakukan oelh Nabi Muhammad SAW., Khalifah Abu Bakar dan Umar. Disebut Zatis Sawari karena pada perang tersebut dilakukan di Laut Tengah dekat Kota Iskandariyh antara tentara Romawidibawah pimpinan Kaisar Constantine dengan laskar kaum muslimin dibawah pimpinan Abdullah bin Abi Sarah, umat Islam mengerahkan lebih kurang 200 kapal milik kaum muslimin dan sekitar 1000 kapal milik Constantine. [14] Dan pergerakan tersebut hinggak menalhlukkan Kota Bashrah sisa kerajaan Sasan di Irak dan Kota Kuffah, tentara muslim menyerbu beberapa provinsi disekitar laut Kaspia.

6. Tuduhan Nepotisme

Pemberontakan dalam negeri yang sangat memihak adalah lebih terpusat pada kebijakan-kebijakan khalifah yang nepotisme karena Usman mengangkat kerabat-kerabatnya dekat dalam mengatur suatu pemerintahan, siakpnya yang dermawan dan pemalu, Usman juga sering bersedekah kepada kerabatnya dengan hartanya sendiri. Usman bin Affan juga melakukan hal tersebut karena dia tau bahwa islam mengajarkan kita untuk peduli terhadap kerabatnya. Bahwa tuduhan adanya nepotisme terhadap Usman bin Affan itu adalah salah karena Usman melakukan hal tersebut atas salah satu perintah Allah SWT. Tanpa ada kaitannya dengan pemerintahan maupun struktural suatu negara. Dan fitnah tersebut juga disebarkan oleh kaum Yahudi dari Suku Qainuqa dan Nadhir serta Abdullah bin Saba'. Pemberontak dan perkembangan ini menyebabkan tewasnya khalifah pada tahun 35 H. [15]

B. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

1. Profil Ali bin Abi Thalib

Ali merupakan khalifah ke 4 dalam Khulafaur Rasyidin, Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai khalifah setelah wafatnya Usman bin Affan dalam situasi dan kondisi konflik yang cukup tajam dikalangan umat islam. Tetapi pengangkatan Ali sangat tepat karena Ali memiliki hubungan sekaligus dengan Rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib merupakan putra dari Abi Thalib bin Andul Muthalib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW. yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi, Fatimah. Ia termasuk orang pertama yang masuk islam dari golongan pria. Pada saat Nabi menerima wakyu pertama, Ali berumur 13 tahun menurut A.M. Saban, sedangkan menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun. [16]

Ali adalah seseorang yangs angat populer dalam sejarah islam karena sebuah prestasinya dan jasa-jasanya yang diukirnya selama hayat. Bahkan kelebihan dan keistimewaan Ali itu berada di luar aspek politik dan lebih menonjol dalam masalah keberanian dan kekuatan serta keahliannya dalam memainkan pedang dan ilmu pengetahuannya. [17] Ali bin Abi Thalib memiliki nama lengkap yaitu Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Khilab Al-Quraisyi, yang lahir di Mekkah 10 tahun sebelum kerasulan Muhammad. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Abdul Manaf. Hal yang paling menarik tentang Ali adalah ia orang pertama dari Bani Hasyim, sifat mulia berkumpul padanya yakni kecerdasan, keberanian, dan kemurahan. [18]

Ali juga merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara: Aqil dan Thalib yang lebih tua dari Ali, antar saudaranya mereka saling berseling usia sekitar 10 tahun. Kecintaannya dan keberaniannya kepada Nabi dan dibuktikannya ketika Nabi dalam bahaya. Ia diminta menggantikan Nabi di tempat tidur pada malam, Nabi meninggalkan mekkahmenuju Madinah untuk hijrah, padahal Beliau tahu resiko yang dihadapinya. Sesungguhnya maut telah mengintip. [19] Ali tetap tidak memperdulikannya. Sebuah kecintaannya terhadap Nabi dan dia mau melakukan apapun itu kepada Nabi agar Nabi selamat dari mara bahaya yang mengintai dimanapun Nabi berada.

2. Proses Pemba'iatan Ali bin Abi Thalib Sebagai Khalifah

Ali adalah salah satu calon terkuat untuk menjadi khalifah karena banyaknya dukungan para sahabat senior. Setelah wafatnya Utsman tepatnya tanggal 17 Juni 645 M. Tujuh hari kemudian, tanggal 24 Juni 645 M, masyarakat islam memproklamirkan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ke emapat di Masji Nabawi, sebenarnya pemba'iatan Ali tidak mulus dan berjalan lancar seperti pemba'iatan khalifah Usma, hal ini dikarenakan atas tuduhan yang diberikan kepada Ali bahwa khalifah Usmanmasih belum ditemukan sebab kematiannya, dan juga karena ada beberapa riak-riak kecil sahabat yang menentang pemba'iatan Ali dilaksanakan, kemudian ada yang awalnya mendukung Ali namun membatalkan dukungannya karena tidak terpenuhi keinginannya. Dan pemilihan Ali adalah pemilihan secara umum, termasuk orang yang tidak suka terhadap Ali yaitu orang-orang yang menentang dan menjatuhkan Usman . [20]

Alasan penolakan Ali sebagai khalifah, ia selalu berkata, "Bahwa ada orang yang lebih baik dari padanya." [21] Zubair dan Thalhah melaksanakan bai'at tersebut dengan cara terpaksa, keduanya megajukan syarat dalam bai'at yaitu menegakkan keadilan bagi pembunuhan Usman. Karena Ali tidak (belum) merealisasikan tuntutan mereka. Dikesempatan seperti ini m=Mu'awiyah mengatur strategi untuk menghasut para rakyat untuk mengikuti dan percaya kepadanya dengan baju Usman yang dipegang istrinya (Nailah) yang berlumur darah sebagai penghasut dan ada juga sekelompok sahabat yang menentang terhadap Ali dengan keinginan untuk mendapatkan suatu jabatan dalm sebuah pemerintahan. [22]

Karena pemilihan khalifah Ali tidak semulus pemilihan 3 khalifah sebelumnya karena terjadinya suatu konflik, walaupun Ali masih memiliki banyak dukungan terhadap kaum muslim lainnya hampir tidak ada kestabilitas dalam pemerintahannya maka dari itu Ali memiliki tanggung jawab yang kuat dalam membangun suatu pemerintahan yang berat menghadapi beberapa tantangan yang ada pada masa itu.

3. Perang Melawan Mu'awiyah

Jabatan itu adalah bagian terpenting dalam suatu pemerintahan karena didalamnya terdapat tugas-tugas yang dapat mengatur suatu permasalahan dan mencari sebuah solusi. Sejak saat Usman menjadi khalifah, kekeluargaan yang menjabat mulai menemui tempatnya dan sedikit demi sedikit mulai menjajal suatu pemerintahan serta memberikan keistimewaan tersendiri. Karena pada masa Usman pemerintahannya cukup lama, ada dalih dari Mu'awiyah ketika Ali sudah menduduki kursi pemerintahan tertinggi sebagai khalifah ada keinginan dari Mu'awiyah untuk merebut kekuasaan tersebut.

Untuk mewujudkan suatu ambisinya itu, Mu'awiyah tidak segan-segan mengeksploitir baju Usman yang berlumuran darah serta potongan jari-jari istrinya di mimbar masjid Damaskus.Mu'awiyah mulai melancarkan aksinya pada saat itu, kebenciannya terhadap Ali sudah tidak bisa ditahan lagi dan sebuah tuntutan bahwa Usman harus ditemukan siapa pembunuhnya. Posisi dan kekuatan Mu'awiyah semakin mantap dengan adanya dukungan dari Bani Umayyah yang banyak meninggalkan Madinah dengan hijrah ke Syiria, lalu mereka bergabung kepada Mu'awiyah. [23]

Ali sangat menghindari pertumpahan darah dengan pasukan Mu'awiyah. Kemudian Ali mengajarkan kepada prajuritnya etika-etika dalam berperang.Akhirnya terjadi suatu pertempuran antara kamu muslim dan Mu'awiyah bin Abi Sofyan yaitu pada bulan Safar tahun 37 H, banyak korban berjatuhan dan bagi kelompok Ali kemenangan sudah didepan mata dan kekalahan Mu'awiyah hanya sebentar. Setelah pertempuran berhenti diputuskan suatu perjanjian yang bernama Peristiwa Tahkim, setiap kelompok memilih seoarang wakil. Pihak Mu'awiyah memilih amr bin ash dengan suara bulat sedangkan kelompok Ali terjadi berbeda pendapat, suara terbanya memilih Abu Musa AL-Asy'ari walaupun Ali sendiri tidak setuju dengan keputusan tersebut. Penolakan Ali terhadap keputusan peritiwa Tahkim tersebut, ia ingin pergi ke Syiria dan menentang adanya ketidakadilan. Ketika itu Ali sibuk menghadapi kaum khawarij pada tahun 658 M. Melalui Ibnu Muljam berhasil membunuh Ali pada tanggal 17 Ramadhan 40 H (661 M). [24]

Setelah Ali wafat, putranya Hasan diangkat menjadi khalifah oleh pendukungnya namun bisik licik Mu'awiyah untuk menghasut Hasan dengan perjanjian-perjanjian busuk yang tidak terlaksanakan oleh Mu'awiyah sendiri atas penyerahan kekuasaan Hasan kepada Mu'awiyah bin Abi Sofyan dan Mu'awiyah menjadi pengurus baru kecuali Kaum Khawarij.

4. Perang Melawan Thalhah dan Zubair

Pemberontakan pertama kali dilakukan oleh Thalhah dan Zubair karena alasan bahwa Khalifah Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk menghukum pembunuh Khalifah Usman. Perang antar Ali bin Abi Thalib dan Thalhah Zubair dimana Thalhah dan Zubair tersebut telah melakukan kerjasama untuk menentang Ali atas meninggalnya Khalifah Utsman. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri dan Siti Aisyah dikembalikan ke Madinah dan puluhan ribu umat muslim gugur dalam peperangan ini. [25]

Beberapa orang bahkan kerabat Ali menentang adanya sebuah kebijakan baru yang dibuat oleh Ali, diantaranya adalah:

a). Memecat kepala-kepala daerah angkatan Usman. Diganti denga kepala-kepala yang baru pada masa Ali bin Abi Thalib.

b). Mengambil kembali tanah-tanah yang diberikan oleh Usman kepada famili-famili dan kerabat tanpa jalan yang sah.

Akhirnya dari beberapa kebijakan baru tersebut, sahabat Ali tidak setuju namun Ali tetap pada pendiriannya yaitu pada kebijakan yang telah dibuatnya. Kemudian, beberapa sahabat memberanikan diri mengokohka satu barisan menentang kebijakan Ali, gerakan oposisi tersebut mulai timbul dan mulai merembet kepada Siti Aisyah kemudia Thalhah dan Zubair dalam memerangi Ali. [26]

5. Perang Melawan Siti Aisyah

Perang antara Ali dan Siti Aisyah dianamakn Perang Jamal atau Perang Unta, yang terjadi di Bashrah, Irak pada tahun 656 M. Tujuan perang tersebut adalah Siti Aisyah yang menginginkan keadilah atas terbunuhnya khalifah terdahulu yaitu Usman bin Affan. Dalam peprangan ini kubu Ali terdapat sekitar 20.000 pasukan perang sedangkan Aisyah sekitar 30.000 pasukan. Perang ini adalah perang yang pertama kali ada pada kaum muslimin. Perang ini diakhiri dengan kemenangan pasukan Imam Ali as dan terbunuhnya Thalhah dan Zubair saat melarikan diri dan Siti Aisyah dikembalikan ke Madinah oleh Ali bin Abi Thalib. Maka mereka disebut dengan Nakitsin (orang-orang yang melanggar bai'at). Karena peperangan ini pusat pemerintahan yang semula di Madinah berganti ke Kuffah.

6. Kemajuan dan Ekspansi

Kemajuan dan ekspansi pada masa Ali bin Abi Thalib mengalami beberapa perluasan wilayah di Benua Afrika, dan terjadi polemik-polemik yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib dalam melakukan perluasan wilayah. Oleh karena itu, strategi-strategi khusus yang harus dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib dalam melakukan atau menakhlukkan suatu wilayah. Berikut perluwasan wilayah yang dilakukan pada masa khalufah Ali bin Abi Thalib dan pada masa Ali bin Abi Thalib disibukkan oleh urusan dalam negeri.



[1] Ira M. Lapidus, History of Islamic Societis, Terj. Ghufron Amas'adi (Jakarta: Raja Grapindo Persada), dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UINSA Press, 2015). Hal. 86

[2] Ali Mufrod, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), dalam buku Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 80

[3] Ali Mufrod, Islam diKawasan Kebudayaan Arab…, hal 86.

[4] Ira M. Lapidus, History of Islamic Societis, Terj. Ghufron Amas'adi (Jakarta: Raja Grapindo Persada), dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UINSA Press, 2015). Hal. 87

[5] Ira M. Lapidus, History of Islamic Societis, Terj. Ghufron Amas'adi……Hal. 87

[6] Ira M. Lapidus, History of Islamic Societis, Terj. Ghufron Amas'adi….. Hal. 87

[7] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 88

[8] Ira M. Lapidus, History of Islamic Societis, Terj. Ghufron Amas'adi (Jakarta: Raja Grapindo Persada), diambil dari buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2015). Hal 90.

[9] Ira M. Lapidus, History of Islamic Societis, Terj. Ghufron Amas'adi…….Hal. 85

[10] Mahmuddunnusair, Islam....hal. 141-142, diambil dari buku Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia: 2008), hal. 87

[11] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 89

[12] Jurji Zaidan, History of Islamic Civilization (New Delhi: Kitab Bayan, 1981), hal 38, dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UINSA Press, 2015).

[13] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 89

[14] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam……..Hal. 89.

[15] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam…….Hal. 89.

[16] Syed Mahmuddunnasir, Islam Its Concepts and History. (India: Lohoti Fine Art Press, 1981), dalam buku, Dedi Supriyadi, Sejarah Peradabab Islam, (Bandung, Pustaka Setia: 2008).

[17] Boswort, The Islamic Dinastics, Trj. Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1993), hal. 24. Diambil dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015)

[18] Abbas Mahmud al-Aqqad, Abqariyatul al-Iman Ali, Trj. Bustami A. Gani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 14, diambil dari buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015 ), hal. 94.

[19] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015), hal. 95-96

[20] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015 ), hal. 96.

[21] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 91.

[22] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015 ), hal. 97.

[23] Syed Mahmuddunnusair, Islam..........hal.197. dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015), hal. 100.

[24] Ibid., hal. 102-103.

[25] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 97-98.

[26] Ahmad Syalabi, Al-Tarikh.......hal. 284. Dalam buku Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UINSA Press, 2015), hal. 103-14.


Download Link




Download File Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner