KHULAFA AR-RASYIDIN
A. Usman bin Affan
1. Biografi Usman bin Affan
Para Ulama' berkata: kami tidak mengenal seorang pun yang menikahi dua puteri Rasul selain Usman, karena alasan itu ia dikenal dengan sebutan Dhu'n Nurain - Pemilik Dua Cahaya. [1]
Menurut pemaparan diatas dapat kita ketahui, nama lengkap beliau adalah Usman bin Affan bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab. [2] Beliau merupakan keturunan bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy. Beliau lahir pada enam tahun setelah tahun gajah di Mekkah. Beliau memiliki akhlak yang mulia. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa, dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka dengan ketenangan, beliau tidak suka dengan perselisihan, kegaduhan, dan teriakan keras Dan beliau rela mengorbankan nyawanya demi menghindari hal-hal tersebut. Karena itulah beliau sangat dicintai oleh kaum Quraisy.
Beliau termasuk salah seorang Assabiqunal Awwalun atau orang-orang pertama yang masuk islam di zaman Rasulullah. Usman bin Affan memiliki gelar Dzun Nurain karena beliau telah berhijrah dua kali dan merupakan suami dua puteri Rasulullah. Usman ikut hijrah ke Habbasyah, dan juga mengikuti setiap perang bersama Rasulullah, kecuali perang Badar. Beliau hijrah dan meninggalkan negri serta keluarganya demi berpegang dengan agama dan aqidahnya. Hal ini menunjukkan akan kuatnya keimanan, keyakinan dan keterikatan beliau dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala serta hari akhir. Usman rela menginfaqkan hartanya untuk kepentingan kemajuan Islam. Beliau rela mewakafkan sumur rumah seharga dua puluh ribu dirham untuk keperluan air bagi kaum muslimin. Dan menyumbangkan harta untuk keperluan perang Tabuk.
Salah satu keistimewaan lain yang dimiliki Usman, menurut Abbas Mahmud Al-Akkad adalah penguasaannya terhadap ilmu bahasa Arab zaman jahiliyah, di antaranya ilmu keturunan, perumpamaan perumpamaan, berita-berita, peperangan. Ia juga memiliki tentang ilmu untuk menentukan waktu perjalanan dagang dikalangan masyarakat Arab waktu itu. [3]
Dalam tulisan ini penulias tidak mungkin mengemukakan seluruh keistimewaan kepribadian Usman bin Affan. Tetapi dari pemaparan ditas dapat di ambil contoh bahwa beliaulah salah satu sahabat nabi yang berjihad dalam pengembangan Islam. Walaupun banyak sekali gejolak-gejolak yang menghalangi untuk memeluk Islam, tapi tidak ada yang mengubah kepribadin beliau.
2. Kondisi Sosial Politik Masa Usman bin Affan
Menurut sejarawan, masa pemerintahan Usman dibagi menjadi dua periode yang sama enam tahun pertama (23-29 H) merupakan pemerintahan yang baik dan enam tahun kedua (30 - 35 H) merupakan pemerintahan yang penuh kekacauan. [4]
Menurut uraian diatas dapat dikemukakan bahwa kondisi sosial politik pada masa khalifah Usman bin Affan pada periode enam tahun pertama pemerintahannya mengalami puncak kejayaan. Namun, pada periode enam tahun kedua mengalami kekacauan. Pada masa periode pertama yang terjadi enam tahun ini khalifah Usman bin Affan berhasil menumpas pemberontakan yang mengambil kesempatan atas meninggalnya khalifah Umar bin Khattab, kemudian melakukan perluasan wilayah ke Tripoli, Tbristan, Harah, Kabul, dan beberapa daerah lainnya.
Pada periode kedua pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat hingga menyebabkan peperangan hingga menyebabkan peperangan. Salah satunya adalah perang tiang kapal yang dipimpin oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan.
3. Pemberontakan dalam negeri
Kebijakan Usman dalam bidang politik, pengelolahan kekayaan secara tidak adil merupakan sebagian sumber ketidakpuasan rakyat, sehingga gerakan-gerakan protes muncul di berbagai wilayah kekuasaan Islam. Gerakan protes itu mula-mula dengan cara lunak, kemudian meningkat secara tajam dan keras setelah kelihatan bahwa Usman tidak menunjukkan adanya perubahan dalam sikap dan kebijaksanaan politik serta tindakannya yang dipandang tidak adil. [5]
Menurut paparan diatas pemberontakan didalam negeri yang terjadi pada masa Usman bin Affan tidak hanya disebabnya oleh pemaparan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor lain. Syekh Mahmuddunnasir dalam bukunya "islam is concept and History" mengungkapkan faktor-faktor terjadinya pemberontakan tersebut, diantaranya yaitu: [6]
a. Keluaraga Umayyah adalah kelompok Quroisy yang banyak merintangi perjuangan nabi Muhammad sawmelalui penindasan, penganiayaan dan kemudian masuk Islam berdasarkan keuntungan duniawi karena mereka akan hancur apabila membangkang sewaktu penaklukan Makkah. Dan dalam masa pemerintahan Usman kelompok ini menduduki jabatan-ajabatan penting.
b. Rakyat Madinah semakin kehilangan posisi serta kedudukan dan tidak memperoleh banyak jabatan dalam pemerintahan.
c. Pemberhentian Zaid bin Tsabit sebagai sekertaris negara dan menggantikannya dengan Marwan ibn Hakim adalah sebagai bukti dominasi keluaraga umayyah dan menggeser kedudukan bani Hasyim.
d. Sifat umar yang terlalu percaya kepada Marwan dan ketidak tegasan mengatasi berbagai kemelut yang mna menimbulkan rasa tidak puasnya masyarakat.
e. Tindakan Usman membuang Abu Dzar Al Ghiffari atas pengaduan Mawiyyah Abu agar orang kaya diwajibkan membantu orang miskin.
i. Munculnya ahli fitnah yaitu Abdullah ibn saba' seorang yahudi yang masuk islam dan pernah di usir dari basrah, kuffah dan syiria akhirnya menetap di Mesir.
Di sisi lain Ali, Hasan dan Husain dan para sahabat berusaha untuk membendung kaum pemberontak namun kalah dengan jumlah pemberontak yang sangat lebih banyak. Sehingga pemberontak berhasil masuk rumah Usman dan berhasil membunuh khalifah Usman yang sedang membaca al- quran pada tanggal 17 juni 656 M.
4. Perkembangan dan kemajuan
Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam. Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam.Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik.Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan.Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid.Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Qur'an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi. [7]
Perkembangan dan kemajuan di masa kekhalifahan Usman bin Affan cenderung pada dimensi sosial budaya dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan AlQur'an menurut dialek masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi.
Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur'an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Tak hanya itu Usman memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan mushaf Al-Qur'an yang tercecer pada pelepah pisang, tulang, dan lain-lain. Beliau juga memerintahkan aga para penulis Al-Qur'an untuk menyalin kembali beberapa mushaf untuk dikirimkan ke Mekkah, Kufah, Basrah, dan Syam. Beliau sendiri memegang satu mushaf yang disebut mushaf Al-Iman.
5. Ekspansi
Utsman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, pada masa pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan merupakan khalifah yang paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam telah berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia. Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya semangat dakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang santun dan adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut. [8]
Dari uraian diatas bahwa Usman pada masanya selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, terapi beliau jugalah khalifah pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut. Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut dan Utsman memberkan kepercayaan tersebut kepada Muawiyah bin Abi Sofyan.
6. Tuduhan nepotisme
Tuduhan utama yang diusung terhadap Usman adalah menyangkut pembagian roti dan ikan di jabatan pemerintahan. Diakui, bahwa selama enam tahun pertama pemerintahannya, dia tidak ada alas an untuk dikeluhkan. Bahkan, di kalangan bagian khusus dari kaumnya, yakni Quraish, dia dipandang dalam hal memutuskan sesuatu, adalah lebih baik daripada pendahulunya yang cemerlang.. tapi kesulitan dimulai pada paruh belakangan dari pemerintahannya, ketika dalam penunjukan para gubernur, dia dituduh terpengaruh mendahulukan sanak-kerabatnya,yang selanjutnya, terhadap mana dia bahkan tidak mau mendengarkan keluh-kesah dari rakyat. [9]
Menurut paparan diatas sebenarnya Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan mhumanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara dari kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat di luar kerabat beliau. Padahal tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segansegan untuk menghukum dan memecatnya. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan dan pergolakan pemerintahannya.
Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut.
B. Ali bin Abi Thalib
1. Biografi Ali bin Abi Thalib
Ali radliyallahu'anhu berkata. 'Rasulullah SAW telah diutus (untuk misi kenabian) pada hari senin dan saya masuk Islam pada hari rabu.' Ketika masuk Islam ia berusia sepuluh tahun. Juga dikatakan bahwa usianya Sembilan, delapan dan bahkan ada yang menyebut kurang dari itu. Al-Hasan ibn Zaid berkata: Ia tidak pernah menyembah berhala, karena ia masuk Islam ketika masih berusia muda. [10]
Menurut paparan diatas bahwa perlu kita ketahui nama lengkap beliau, Ali bin Abi Thalib bin Abdi Manaf bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah Abul Hasan dan Husein, digelari Abu Turab. [11]
Beliau merupakan paman Rasulullah yang merawatnya sewaktu kecil. Ali bin Abi Thalib termasuk salah seorang Assabiqunal Awwalun atau orang-orang pertama yang masuk islam di zaman Rasulullah. Beliau juga termasuk salah satu dari sepuluh orang yang terjamin masuk surga menurut Rasulullah dan salah seorang dari enam orang ahli surga. Beliau termasuk sahabat yang Rasulullah wafat dalam keadaan ridha kepadanya. Beliau adalah khalifah rasyid yang keempat.
Ali bin Abi Thalib dilahirkan pada tahun ke tiga belas 'Am al-Fil (yakni tahun Gajah) sepuluh tahun sebelum kenabian. Pada saat kenabian, beliau adalah seorang remaja berusia sepuluh tahun. Sejak dari kecil dia dibesarkan di rumah nabi. Maka dia mengenalnya dengan baik segala sesuatu tentang Islam. Dia seorang anak kecil, tetapi pemuda ini ditakdirkan bahwa pada suatu hari kelak akan menjadi suatu menara kekuatan Islam.
2. Proses bai'at Ali sebagai khalifah
Ada yang mengatakan, orang pertama yang membai'at beliau adalah Thalhah dengan tangan kanannya. Tangan kanan beliau cacat sewaktu melindungi Rasulullah pada peperangan Uhud. Sebagian hadirin berkata, "Demi Allah, pembai'atan ini tidak sempurna!". [12]
Menurut pemaparan diatas Pengangkatan Khalifah Ali terjadi pada bulan Zulhijjah tahun 35 H/656 M, dan memerintah selama 4 tahun 9 bulan, menjelang pembunuhan terhadap dirinya pada bulan Ramadhan tahun 40 H/661 M.
Penetapannya sebagai Khalifah ditolak antara lain oleh Mu'awiyah bin Abu Shufyan, dengan alasan Ali harus mempertanggung jawabkan tentang terbunuhnya Utsman, dan berhubung wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-daerah baru, maka hak untuk menentukan pengisian jabatan khalifah tidak lagi merupakan hak mereka yang di Madinah saja.
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali itu, perpecahan kongkrit di dalam kalangan al-Shahabi menjadi suatu kenyataan, dengan pecah beberapa kali sengketa bersenjata yang menelan korban bukan kecil. Juga pada masanya itu bermula lahir sekte-sekte di dalam sejarah dunia Islam, yakni sekte Syiah dan sekte Khawarij. Bermula sebagai kelompok-kelompok politik yang berbedaan paham dan pendirian tetapi lambat-laun berkembang menjadi sekte-sekte keagamaan, menpunyai ajaran-ajaran keagamaan tertentu di dalam beberapa permasalahan Syariat dan Aqidah. Perkambangan tersebut berlangsung beberapa puluh tahun sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib.
3. Perang melawan Mu'awiyah
Pemberontakan tidak dapat dipadamkan kecuali diselesaikan dengan pedang. Suatu ultimatum yang pasti telah datang dari Mu'awiyah. Tidak ada pilihan lain kecuali mengumumkan perang terhadapnya. [13]
Dari pemaparan diatas penulis dapat menyampaikan bahwa peperangan pasukan Ali melawan Mu'awiyah adalah peperangan yang dikenal dengan sebutan perang shiffin. Perang ini tidak berakhir dengan kalah-menang antara keduanya, tetapi hanya dengan mengamati indikasi peperangan, akan tampak kelemahan Ali kalau tidak mau kalah. Peperangan ini terjadi karena faktor politik. Dapat dikemukakan dua hal yang mempengaruhi: Pertama, Ali diangkat menjadi khalifah pada tahun 656, namun Mu'awiyah jauh lebih mapan karena dua puluh tahun lebih dulu telah menjadi Gubernur Syiria; Kedua, Mu'awiyah cukup berpengalaman dan memiliki pengaruh yang mengakar, yang mampu membangun kemakmuran bagi wilayah dan penduduknya, sedangkan Ali tidak memilik kemantapan politik pada masa khilafah.
4. Perang melawan Thalhah dan Zubair
Gerakan oposisi terhadap Ali mulai timbul, dimulai dari Aisyah, Thalhah dan Zubair. Aisyah tiba di Madinah sekembalinya dari Mekkah mengetahui bahwa Ali telah dibaiat ia lalu berkata kepada Abdullah" Sekali-sekali hal ini tidak boleh terjadi, Usman telah terbunuh secara aneh. Demi Allah saya akan menuntut bela". [14]
Menurut paparan di atas dapat di ketahui bahwa perang melawan Thalhah dan Zubair. Itu terjadi karena faktor Ali yang tetap pada pendiriann tidak bisa di ganggu gugat dan tidak mau menunggu keadaan hingga stabil, yang mana beliau membuat kebijakan-kebijakan baru. Maka, sebab itu keluaraga Umayyah membulatkan tekad untuk mengokohkan barisan melawan Ali bin Abi Thalib.
5. Perang melawan Siti Aisyah
Dalam bulan keempat masa keKhalifahan Ali, pasukan dibawah pimpinan Aisyah, Talhah dan Zubair berbaris dari Mekkah menuju Basrah. [15]
Menurut pemaparan diatas bahwa peperangan yang terjadi anatara Aisyah dengan Khalifah Ali adalah peperangan yang disebut dengan Perang Jamal. Aisyah telah dihasut oleh anak angkatnya Abdullah bin Zubair yang sebenarnya menginginkan jabatan khalifah. Alasan perang ini karena khalifah Ali dianggap tidak mengusut pembunuhan khallifah ustman dan dianggap membiarkan kasus pembunuhan usman. Khalifah Ali berusaha supaya tidak teradi peperangan dengan melakukan perundingan akan tetapi ternyata ada pasukan Aisyah yang mengajak berperang maka perangpun tidak bisa dihindarkan.
Perang Jamal terjadi pada tahun 36 H atau pada awal kekhalifahan Ali. Perang ini mulai berkecamuk setelah dzuhur dan berakhir sebelum matahari terbenam pada hari itu. Dalam peperangan ini, Ali disertai 10.000 personil pasukan, sementara Pasukan Jamal berjumlah antara 5.000-6.000 prajurit. Bendera Ali dipegang oleh Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, sementara bendera Pasukan Jamal dipegang oleh Abdullah bin az-Zubair.
Perang Jamal ini dimenangkan Ali. Kedua saingan (Thalha-Zubair) gugur atau terbunuh dimalam hari dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Sementara Aisyah kalah perang dan ditangkap. Ali dengan penuh hormat memulangkan Aisyah ke Madinah seperti biasa diperlakukan terhadap seorang "ibu negara".
6. Kemajuan dan Ekspansi
Pemerintahannya berlangsung empat tahun sembilan bulan. Selama periode yang pendek ini tidak ada perluasan wilayah dalam kekaisaran Islam. Sebaliknya ribuan kaum muslim kehilangan jiwanya sebagai akibat dari perang saudara. [16]
Menurut pemaparan diatas pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib banyak menghadapi masalah-masalah berat dan kondisi dalam negeri yang labil. Situasi pada masa kekhalifahan beliau sangat tidak kondusif. Banyak peperangan dan fitnah-fitnah yang terjadi akibat terbunuhnya Usman bin Affan.
Salah satu dampak akibat fitnah-fitnah ini dan ekses negatif nya adalah terhambatnya gerakan jihad dan perluasan wilayah islam yang merupakan perkara yang sangat menonjol di masa kekhalifahan sebelumnya. Buku-buku sejarah tidak mencatat penaklukan-penaklukan wilayah baru pada masa beliau. Meski banyak pergolakan dan masalah-masalah yang terjadi pada masa beliau, tapi beliau mapu mempertahankan wilayah-wilayah yang sudah ditaklukan.
Meskipun khalifah Ali tidak berhasil dalam hal ekspansi wilayah, tetapi beliau berhasil dalam kemajuan pemerintahan kebijakan politik. Kebijakan tersebut antara lain:
a. Menegakkan hokum finansial yang dinilai nepotisme yang hamper menguasai seluruh sector bisnis.
b. Memecat Gubernur yang diangkat Usman bin Affan dan menggantikannya dengan gubernur baru.
c. Mengambil kembali tanah-tanah Negara yang dibagi-bagikan Usman bin Affan kepada keluarganya, seperti hibah dan pemberian yang tidak diketahui alasannya secara jelas dan memfungsikan kembali baitul maal. [17]
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Maulana Muhammad. 2007. The Early Caliphate (Khulafa-ur-Rasyidin). Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.
As Suyuti, Jalal Ad-Din. 2003. Sejarah Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Lintas Pustaka.
At-Tamimi, Abdurrahman. Utsman bin Affan Khalifah yang Terdzalimi. 1 Oktober 2018.http://dear.to/abusalma.
Fuad, Ah. Zakki. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UIN SA Press.
Fuad, Ah. Zakki. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: CV. Indo Pramaha.
Hudgson, Marshall GS. 1999. The Venture of Islam, Terj. Mulyadi Karta Negara. Jakarta: Paramadina.
Jabbar, Umar Abdul. 1985. Kholasotu Nuril Yakin Juz tiga. Jakarta: Maktabah Al Hikmah.
Katsir, Ibnu. 2004. AL-BIDAYAH WAN NIHAYAH Masa Khulafaur Rasyidin . Jakarta: Darul Haq.
Zainudi, Muhidi dan Abd Mustakim. 2008. Studi Kepemimpinan Islam. Jakarta: Putra Madiatama Press.
[1] Jalal Ad-Din As Suyuti, Sejarah Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), h. 164.
[2] Abdurrahman at-Tamimi,Utsman bin Affan Khalifah yang Terdzalimi, dalam http://dear.to/abusalma, diakses pada tanggal 1 Oktober 2018 pukul 5:52 WIB, h. 6.
[3] Abbas al-Akad, Kedermawanan …, h. 87 dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), h. 81.
[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), h. 82.
[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah…, h. 86.
[6] Mahmuddunnasir, Islam... h. 141-142 dalam Ahmad Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), h. 77.
[7] Muhidi Zainudi dan Abd Mustakim, Studi Kepemimpinan Islam, (Jakarta: Putra Madiatama Press, 2008), h. 73-74.
[8] Umar Abdul Jabbar, Kholasotu Nuril Yakin Juz tiga, (Jakarta: Maktabah Al Hikmah, 1985), h. 44.
[9] Maulana Muhammad Ali, The Early Caliphate (Khulafa-ur-Rasyidin), (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), h. 172-173.
[10] Jalal Ad-Din As Suyuti, Sejarah Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), h. 190.
[11] Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h. 415.
[12] Ibnu Katsir, Al-Bidayah…, h. 443.
[13] Maulana Muhammad Ali, The Early Caliphate (Khulafa-ur-Rasyidin), (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), h. 226.
[14] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), h. 104.
[15] Maulana Muhammad Ali, The Early Caliphate (Khulafa-ur-Rasyidin), (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), h. 231.
[16] Maulana Muhammad Ali, The Early…, h. 252.
[17] Marshall GS Hudgson, The Venture of Islam, Terj. Mulyadi Karta Negara, (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 312.
Download File Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku