A. ASAL- USUL DAN PEMBENTUKAN DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah di nisbatkan kepada Al- Abbas, paman Rasullah Saw, sementara khalifah pertama dari pemerintahan adalah Abdullah Ash- Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. [1]
Dinasti Abbasiyah di dirikan pada tahun 132H/750M, oleh Abdul Abbas Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekhalifaan Bani Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang sangat lama, yaitu lima abad dari 132-656 H (750M - 1258M). [2] Berdirinya Dinasti Abbasiyah di anggap sebagai kemenanangan pemikiran Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggal Rasullah Saw dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasullah Saw.
Di lihat dari nasabnya memang benar yang berhak melanjutkan kekhalifaan setelah Rasullah Saw meninggal adalah Bani Abbasiyah, akan tetapi karena ada suatu perjanjian atau sistem politik Umayyah dengan Hasan yang menyebabkan menjadi penguasa Absolut, sehingga kekuasaan jatuh kepada Umayyah.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar Rasulullah Saw, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Abbas inilah di sandarkan pada tiga pusat kegiataan, yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan. [3] Humaimah merupakan tempat yang tentram, pemukimannya dari Bani Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali atau Abbas. Kufah dengan pemukian orang syiah yang pernah di tindas oleh Umayyah. Khurasan terkenal dengan penduduk yang tentram, pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu, dan idak mudah bingung kepercayaan yang menyimpang.
Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pemimpin bernama Al- Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah pimpinannya 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali. [4]
Propoganda Abbasiyah di laksananakan dengan strategi yang cukup baik sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, gerakan ini di ketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Sehingga Ibrahim tertangkap dan di penjarakan di Haran sebelum di eksekusi. Sebelum di bunuh Ibrahim mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk mengantikan kedudukannya dan segera pindah ke Kuffah, sedangkan propogandanya di bebankan kepada Abu Salamah. Abul Abbas pindah dari Humaimah ke Kuffah yang di iringi oleh para pembesar Abbasiyah seperti Abu Ja'far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, di taklukkan oleh Abbasiyah dan di usir ke wasit. Abu Salamah berkemah di Kufah yang di takklukkan pada tahun 132H. [5] Abdulah bin Ali di tugaskan untuk mengejar Khalifah Umayyah terakhir Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang dapat di pukul dataran rendah Sungai Zab. Kemudian pengejaran di lanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Marwan melarikan diri ke hingga ke Fustat Mesir dan terbunuh di Busir wilayah Al- Fayyun tahun 132H/750M di bawah pimpinan Sahih bin Ali pama Al Abbas.
Dengan perjuangan yang melibatkan pertumpahan darah yang di awali dengan propaganda dan di akhiri dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad.Maka tumbanglah pemerintahan Bani Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang di pimpin oleh kekhalifah pertamanya yaitu Abul Abbas Ash- Shaffah dengan kekuasaan awalnya Kufah.
PEMERINTAHAN BANI ABBAS
Kekuasaan Dinasti Bani Abbas atau Khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan Dinasti Umayyah, di namakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa adalah dari keturunan Al-Abbas paman nabi Muhammad Saw. Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa pola pemerintahan yang di terapkan berbeda- beda sesuai dengan perubahan politik, social, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: [6]
1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), di sebut dengan periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), di sebut dengan pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Perode ii di sebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat (4477 H/1055 M - 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya di sebut dengan mas pengaruh teori Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaan nya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani Abbasiyah. Karena dapat mencapai hasil yang lebih banyak karena telah di persiapakan oleh Bani Umayyah dan di manfaatkan oleh Bani Abbasiyah. Penggantian dinasti Umayyah kepada Abbasiyah bukan sekedar pengganti. Mereka merupakan revolusi Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya dengan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia di dalam sejarah barat. [7]
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus disisi lain kondisi masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. [8] Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mengalami penurunan dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan.
.
B. PERLUASAN WILAYAH/ EKSPANSI MASA BANI ABBASIYAH
Pada masa pemerintahan Abu Al- Abbas, pendiri pertama dinasti Abbasiyah itu sangat singkat yaitu 750 M - 754 M. Ini di karenakan karean Pembina sebenarnya atau daulah Abbasiyah adalah Abu Ja'far Al Mansyur(754-775 M). [9] Dia dengan keras menghadapi perlawanan daari Bani Umanyyah, Khawarij, dan juga Syiah yang merasa di kucilkan di dalam kekuasaan. Untuk mengamankan anggota atau tokoh- tokoh yang di anggap penting dan menjadi saingannya satu per satu di singkirkannya.
Abu Ja'far Al Mansyur membunuh pamannya Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali yang di tunjuk menjadi Gubnernur oleh Khalifah sebelumnya di Syiria dan Mesir akan tetapi kedua pamannya tidak mau membait nya sebagai khalifah maka di bunuhlah pamannya dengan memerintah Abu Muslim Al Khurasani pada tahun 755 M.
Pada mulanya ibu kota Negara adalah Al- Hasyimiyah, dekat kufah. Tetapi agar menjaga stabilitas negara itu sendiri Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru di bangunnya, Baghdad dekat bekas ibu kota Persia, Ctessiphon, tahun 762 M.
Dengan di pindahnya ibukota ke kota baru Bahgdad maka pusat pemerintahan Abbasiyah berada di tengah- tengah kota Persia. Di ibu kota baru ini Abu Ja'far Al Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan sesuatu yang baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, [10] Wazir pertama yang di angkat oleh Mansyur adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Selain membenahi angkatan bersenjata untuk di siapkan jika terjadi peperangan dan menjaga Negara agar tetap aman, Mansyur membentuk lembaga protokol Negara, sekretaris Negara, dan kepolisisan. Muhammad bin Abd Al Rahman mejadi hakim di lembaga kehakiman Negara pada jaman khilafah Al Mansyur, [11] jawatan pos yang di gunakan untuk menghimpun menerima informasi di daerah-daerah yang sudah ada pada jaman Bani Umayyah. Jawa pos pada jaman Bani Umayyah hnaya di gunakan sekedar mengirim surat-surat kepada Negara, sedangkan pada jaman Al Mansyur, jawatan pos tidak hanya di gunakan untuk mengirim surat akan tetapi untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi Negara dapat berjalan lancar. Direktur jawatan pos bertugas untuk melaporkan gerak-gerik atau tingkah laku gubernur, sehingga khilafah dapat mengetahui apa yang di lakukan gubernur setempat.
Khalifah Abu Ja'far Al Mansyur banyak melakukan perubahan, ia merubah sistem yang di gunakan pada jaman khilafah Umayyah. Abu Ja'far Al Mansyur juga berperan dalam menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan lebih mengutamakan keamanan di daerah perbatasan. [12] Usaha yang di lakukan Al Mansyur dalam memperluas negaranya dengan merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia ini terjadi pada tahun 756-758 M. Di bagian utara, bala tentara melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di suatu sisi Al Mansyur juga berdamai dengan kaisar Constantine V, dan selama 758-765 M kota Bizantium membayar upeti tahunan. Selain itu juga. Bala tentara Al Mansyur berhadapan dengan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki bagian lain Oskus dan India. [13]
Khalifah Abu Ja'far Al Mansyur selain memperluas daerah kekuasaannya melakukan perdamaian dan merubah sistem pemerintahan, Al Mansyur juga mengganti pengertian khalifah. Dia berkata"Innamaa anaa sulthan Allah fii ardhihi (Sesungguhnya saya adalah kekuasaan tuhan di bumi-Nya)". Dengan demikian konsep dalam khalifah di masa ini dalam pandangannya berlanjut ke generasi sesudahnya, yang merupakan perintah atau mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula pelanjut nabi sebagaimana pada zamanKhulafa' ar-Rasyadun. Khalifah-khalifah Abbasiyah menggunakan " Gelar Tahta" seperti Al Mansyur adalah "Gelar Tahta" Abu Ja'far. [14] Ini sangat berbeda sekali dengan dinasti Umayyah yang tida menggunakan nama gelar. Karena dengan menggunakan nama gelar maka namanya akan terkenal daripada nama yang sebenarnya.
Dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah di letakkan dan di bangun oleh Abu Al-Abbas dan Abu Ja''far Al Mansyur, maka puncak dinasti abbasiyah ini berada pada tujuh kahlifah sesudahnya, yaitu Al Mahdi (775 - 785 M), Al Hadi (785 - 786 M), Harun Al Rasyid (786 - 809 M), Al Ma'mun (813 - 833 M), Al Mu'tasyim ( 833 - 842 M ), Al Wasiq (842 - 847 M), dan Al Mutawakkil (847 - 867 M). [15]
Pada zaman khalifah Al Mahdi perekonomian mulai meningkat. Peningkatan ini terjadi di bidang pertanian, melalui irigasi, dan peningkatan hasil tambang seperti emas, perak, tembaga dan besi. Selain itu perdagangan transit Timur dan Barat banyak membawa kejayaan. Bashrah menjadi pelabuhan terpenting pada saat itu.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncak di zaman khalifah Harun Al- Rasyid (786 - 809 M) dan puteranya Al Ma'mun (813- 833 M). [16] tingkat kemakmuran di bilang cukup tinggi ada khalifah ini karena Harun al Rsyid memanfaatkan kekayaan yang banyak untuk keperluan sosial. Pembangunan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah ada 800 yang menjadi dokter. Selain itu, di bangun pemandian-pemandian umum. Tingkat kesejahteraan, sosial, pendidikan, ilmu penegetahuan, dan kebuddayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya, pada masa inilah inilah Negara islam sebaagai Negara terkuat dan tak terdandingi.
Pada masa Al Ma'mun, ia di kenal dengan orang yang sangat cinta pada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku mulai di galakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, menggaji penceramah - penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain [17] yang mahir dalam penerjemah. Selain itu, ia juga banyak melakukan pembangunan sekolah-sekolah dan karya yang paling terkeenal adalah Bayt Al- Hikmah yang merupakan pusat penerjemahan berfungsi sebagai perguruan tinggi, dan merupakan perpustakaan yang paling besar. Dan pada masa Al - Ma'mun inilah kota Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu penegtahuan. [18]
Pada dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentraan. Praktik orang-orang yang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Khlifah berikutnya Al Mu'tasyim (833 -842 M) memberikan peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka di mulai sejak menjadi pengawal prajurit. Tentara di bina menajdi prajurit-prajurit yang professional. Dengan demikian kekuatan militer pada zaman dinasti Abbasiyah mmenjadi sangat kuat ini di gunakan sewaktu-waktu ada Negara yang ingin meruntuhkan kekhilafaannya.
Ini sangat berbeda sekali denagan zaman dinasti Umayyah yang sistem prajurit sangat lemah karena tidak ada pembekalan materi. Akan tetapi, meskipun kekuatan militer sudah kuat pada zaman Al Mu'tasyim tetaapi bnayak sekali tantangan, geraka politik yang menggangu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Banni Umayyah yang ingin kedudukan naya kembali lagi menjadi khalifah, dari kalangan intern Bani Abbbas, revolussi al- Khawarij di Afrika Utara, gerakan Syi'ah, gerakan Zindik di Persia, dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaaan, semuanya dapat di padamkan.
Dari gambaran dan pernyataan di atas sudah terlihat sangat berbeda sekali dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah lebih mengedepankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam, daripada perluasan wilayah. Ada pula ciri-ciri yang menonol pada zaman Bani Umayyah dengan Bani Abbas di antaranya : [19]
1. Dengan di pindahnya ibu kota ke Baghad, pemerintah Bani Abbas menjadi sangat jauh dari pengaruh Arab, sedangkan Bani Umayyah berorientasi ke Arab. Dalam periode pertama dan ketiga ddinasti Abbasiyah sangat di pengaryhui oleh Persia, sedangkan periode kedua dan keempat bnagsa Turki sangat dominaan terkhadap pemerintahan dalm politik.
2. Dalam penyelenggaran Negara, Bani Abbas membentuk Wazir, yang membawahi departemen-departemen. Di zaman Bani Umayyah tidak ada sistem seperti itu.
3. Ketentaraan yang baru di Bani Abbas yang tidak ada pada zaman sebelumnya.
Puncak perkembangan dan kebudayaan terjadi pada zaman Bani Abbasiyah. Akan tetapi tidak seluruhnya ada pada Bani Abbasiyah, melainkan sebagian yang di antaranya ada pada sejak awal kebangkitan islam. Misalnya lembaga pendidikan sejak awal mulai berkembang. Lembaga pendidikan itu terdiri dua tingkat antara lain : [20]
1. Maktab/Kuttab dan masjid, lembaga pendidikan yang di gunakan sebagai dasar anak-anak untuk menegna bacaan,hitungan, dan tulisan, tempat para remaja untuk belajar ilmu tafsir,hadits, fiqih, dan bahasa.
2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memeperddalam ilmunya maka harus keluar untuk menuntut ilmu mepda orang ynag ahli ilmu dalm bidangnya masing-masing.
Kemudian lembaga ini di kembangan oleh Bani Abbas dengan berdirinya perpustakaan yang sangat besar dan perpustakaan juga sebagai Universitas karena di samping ada banyak kitab-kitab, orang membaca, dan berdiskusi. [21] Lembaga pendidikn pada zaman Dinasti Abbasiyah sangat maju, hal ini di karenakan perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahsa administrasi yang sudah berlaku pada zman Bani Umayyah, maaupun sebagai bahasa imu pengetahuan. Selain itu, juga di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: [22]
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangssa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa Bnai Abbas orang bangsa non Arab banyak masuk islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bang itu memberikan saham terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang pemerintahan.. bangsa Persia banyak berjasa pada perkembangan imu, filsafat, dan sastra. [23] Pengaruh india terlihat pada bidang keddokteran, ilmu matematia, dan astronomi. [24] Sedangkan pengaruh Yunani masuk melaui penerjemahan-penerjemahan di berbagai ilmu terutam ilmu filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalm tiga fase. Fase pertama pada masa Khalifah Al Mansyur hingga Harun Al Rasyid. Pada fase ini banyak di terjemahakan karya-karya dalam bidang astronoi dan mantiq.. fase kedua pada zaman Al Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buuku yang banyak di terjemahakan dalam bidag filsafat, dan kedokteran. Pada fase ketiga berlangsung ssetelah 300 H terutama setelah adanya pembuatan kertas,. Selanjutnya bidang-bidang ilmu yang di terjemahakaan semakin luas. [25]
PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH
Sebelum Abul Abbas Ash- Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatakan siapa penggantinya yaitu saudaranya Abu Ja'far kemudia Isa bin Musa keponakannya. Ssistem pengumuan ini sama seperti yang di lakukan oleh Bani Umayyah. Para khalifah pada dinasti Abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka adalah : [26]
1. Abu Abbas AS- Shaffah.(pendiri) 749-754 M
2. Abu Ja'far Al - Mansyur 754-755 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al Mahdi 775-785 M
4. Abu Muhammad Musa Al Hadi 785-786 M
5. Abu Ja'far Harun Ar - Rasyid 786-809 M
6. Abu Musa Muhammad Al- Amin 809-813 M
7. Abu Ja'far Abdullah Al- Ma'mun 813-833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al - Mu'tasyim 833-842 M
9. Abu Ja'far Harun Al- Watsiq 842-847 M
10. Abu Fadl Ja'far Al Mutawakil 847-861 M
11. Abu Ja'far Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abul Abbas Ahmad Al-Musta'in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu'taz 866-869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al - Mu'tadid 892-902 M
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi 902-905 M
18. Abul Fadl Ja'far Al- Muqtadir 905-932 M
19. Abu Mansyur Muhammad Al -Qahir 932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Ar-Radi 934-940 M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqfi 944-946 M
23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu'ti 946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim At-Thai 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1031 M
26. Abu Ja'Far Abdullah Al-Qaim 1031-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir 1094-1118 M
29. Abu Mansyur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja'far Al-Mansyur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi 1170-1180 M
34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nasir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir 1225-1226 M
36. Abu Ja'far Al-Mansyur Al-Mustandir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Mu'tashim Billah 1242-1258 M
Pada masa bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656H/ 1258M, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah ynag lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan denagn gelar khalifah yang hanya berkuasa di bidang keagamaan di bawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa ada kekuasaan duniawi yang bergelar Sultan. Akan tetapi, jabatan itu tidak berlangsung lama karena di ambil oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M. [27] Dengan di rebutnya kekuasaan itu, maka berakhir lah kekuasaan kekhalifaan Abbasiyah untuk selama-lamanya.
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir di antaranya : [28]
1. Al-Muntashir 1261-1261 M
2. Al Hakim I 1261-1302 M
3. Al-Mustakfi 1302-1340 M
4. Al-Wasiq 1340-1341 M
5. Al-Hakim II 1341-1352 M
6. Al-Mutadid I 1352-1362 M
7. Al-Mutawakkil I 1362-1377 M
8. Al- Mu'tashim 1 377-1377 M
9. Al-Mutawakkil I 1377-1383 M
10. Al-Watsiq II 1383-1386 M
11. Al-Mu'tashim 1386-1389 M
12. Al-Mutawakkil I 1389-1406 M
13. Al-Musta'in 1406-1414 M
14. Al-Mu'tadid 1414-1441 M
15. Al-Mustakfi II 1441-1451 M
16. Al-Qaim 1451-1455 M
17. Al-Mustanjid 1455-1479 M
18. Al-Mutawakkil II 1479-1497 M
19. Al-Mustamsik 1497-1508 M
20. Al-Mutawakkil III 1508-1516 M
21. Al-Mustamsik 1516-1517 M
22. Al-Mutawakkil III 1517-1517 M
C. KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TOKOH-TOKOH-NYA
Baghdad merupakan kota yang menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Itulah sebabnya Philip K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual, menurutnya Baghdad merupakan professor Islam. [29]
Kota Baghdad sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat aktifitas pengembangan ilmu, anatar lain Baitul Hikmah yang merupakan lembaga ilmu penegtahuan sebagai pusat pengkajian beberapa ilmu, dan juga sebagai pusat penerjemah buku-buku dari beberapa cabang ilmu yang kemudian di terjemahkan ke bahasa Arab.
Dinasti abbasiyah dengan puatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Berikut beberapa kemajuan di berbagai bidang kehidupan di antaranya : [30]
1. Bidang Agama
Kemajuan di bidang agama ada beberapa ilmu, yaitu ulumul quran, ilmu tafsir, hadish, ilmu kalam, bahasa dan fiqih.
A. Fiqh
Pada masa dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab antara lain: [31]
1. Imam Abu Hanifah (600-767 M)
2. Imam Malik (713-795 M)
3. Imam Syafi'i (767-820 M)
4. Imam Ahmad bin Hanbal(780-855 M)
B. Ilmu Tafsir
Masa masa ilmu tafsr perkembangan ilmu mengalami kemajuan pesat. Di antara para ahli tafsir pada masa dinasti Abbasiyah :
1. Ibnu Jarir Ath-Thabari
2. Ibnu Athiyah Al-Andalusi
3. Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfah
C. Ilmu Hadish
Di antara para ahli hadish pada masa dinasti Abbasiyah : [32]
1. Imam Bukhori (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhori
2. Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim
3. Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
4. Abu dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
5. Imam An-Nasai, karyanya Sunan An-Nasai.
6. Imam Baihaqi.
D. Ilmu Kalam
Kajian pada ilmu kalam meliputi dosa,pahala,surge,neraka, perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, yang menghasilakn suatu ilmu kalam. Di antara tokoh ilmu kalam adalah:
1. Imam Abul Hasan Al-Asyari dan imam Abu Mansur Al-Maturidi, tokoh Asy'ariyah.
2. Washil bin Atha, Abul Huzail Al-Allaf (w.849 M), tokoh Mu'tazilaah.
3. Al-Juba'i
E. Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa yang berkembnag pada maa dinasti Abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, dan arud. Bahasa arab di jadikan bahsa pendidikan sselain sebagai alat komunikas antarbangsa.
Di antara para ahli bahasa : [33]
1. Imam Sibawaih (w.183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1000 halaman.
2. Al-Kiasi.
3. Abu Zakaria Al-Farra (w.208 H), kitab nahwunya terdiri dari 6000 hal lebih.
F. Bidang Umum
Dalam bidang umum berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, alajabar, aritmatika, mekanika, astronomi, music, kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra.
Selain itu, pada maasa dinasti dinasti Abbasiyah juga ada perkembangan ilmu-ilmu umum di antaranya:
A. Filsafat
Kajian filsafat di kalangan umat islam mencapai puncaknya pada masa dinasti Abbasiyah, di antaranya dengan penejemahan filsafat yunani ke dalam bahasa arab.
Para filsuf islam antara lain :
1. Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M). karyanya lebih dari 231 judul.
2. Abu Nasr Al-Farabii (961 M), karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar Al-Mualimuts Tsani (The Second Teacher,) yaitu sebagai guru kedua, sedangkan guru pertama dala bidang filsafat adalah Aristoletes.
3. Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037). Ia seorang filsuf yang menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran Aristoletes dan Plato. Selain itu juga sebagai dokter istana kenamaan. Di antara bukunya yang terkenal adalah As-Syifa, dan Al-Qonun fi Ath.-Thib (Canon of Medicine).
4. Ibnu Bajah (w.581 H).
5. Ibnu Tufail (w.581 H), penulis buku novel (filsafat Hayy bin Yaqdzan).
6. Al. Ghazali (1058-1111M). Al Ghazali mendapat gelar Hujjatul Islam. Karyanya antara lain: Maqasid Al-Falasifah, Al-Munqid Minadh Dhalal, Tahafut Al-Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
B. Ilmu Kedokteran
Pada masa dinasti Abbsiyah ilmu kedokteran berkembang pesat, Rumah-rumah sakit besar daan sekolah kedokteran banyak.
Di antara tokoh-tokoh nya aadalah : [34]
1. Abu Zakariya Yahya bin Mesuwaih (w.242 M), seorang ahli farmasi di rumah sakit Jundhisapur Iran.
2. Abu Bakar Ar- Razi (Rhazes) (864-932 M), di kenal sebagai "Galien Arab".
3. Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah Qanun Fi Ath.-Thib tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahasas pengaruh obat-obatan, yang di terjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.
4. Ar-Razi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, Ar-Razi adalah penulis buku menegnai kedokteran anak.
C. Matematika
Terjemahan dari buku-buku aasing ke dalam baha arab menghasilkan ilmu baru daam bidang matematika. Di anatra ahli matematika yang terkenal adalah Al-Khawarizmi yang merupakan pengarang kitab Al-Jabar Wal Muqoballah (ilmu hitung), dan juga penemu angak nol. Angka latin:1,2,3,4,5,6,7,8,9,0 disebut dengan angka arab karean di ambil dari bahasa arab. Yang sebelumnya terkenal dengan huruf Romawi I,II,III,IV,V dan seterusnya. Tokoh lain yang terkenal dalam ahli matematika adalah Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al-Abbas (940-998).
D. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah, adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal aadalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami' Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
E. Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliraan Astronomi dari beberapa bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan Ilmu Falak jahiliyah. Di anatra ahli astronomi islam adalah: [35]
1) Abu Mansyur Al Falaki (w.272 H). Karyanya yang terkenal adalah Isbat Al-Ulum dan Hayat Al-Falak.
2) Jabir Al-Batani (w.319 H), al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma'rifat Mathiil Buruj Baina Arbai Al-Falak.
3) Raihan Al-Biruni (w.440 H), Karyanya yang terkenal adalah At-tafhim li Awall As.-Sina At-Tanzim.
F. Geografi
Dalam bidang geografi umat islam sangat maju, karena sejak semula bangsa arab merupakan bangsa pedagang yang selalu melakukan kegiatan berniaga dalm jarak yang jauh. Wilayah yang pernah jadi pengembara bangsa arab adalah wilayah Cina dan Indonesia pada awal kemunculan islam. Di antara tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang ilmu geografi yan terkenal adalah: [36]
1. Abul Hasan Al-Mas'udi (w.345/956 H), beliau seorang penjelajah yang mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, Muruj Az-Zahab wa Ma'adin Al-Jawahir, merupakan karya bukunya.
2. Ibnu Khurdazabah (820-913 H), berasal dari Persia yang di anggap sebagai ahli geografi islam tertua. Di antara karyanya adalah Masalik wa Al-Mamalik, tentang data-data penting mengenai sistem pemerintahan, dan peraturan keuangan.
3. Ahmad El-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan samapi ke Armenia, Iran, India, Mesir, Maghribi, dan juga menulis buku Al-Buldan.
4. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamadani (w.334 H/946 M), karyanya berjudul Sifatu Jazirah Al-Arab.
G. Sejarah
Pada masa Dinasti Abbasiyah, banyak muncul para tokoh ahli dalam bidang sejarah antara lain: [37]
1. Ahmad bin Al-Ya'kubi (w.895 M), karyanya adalaah Al-Buldan (negeri-negeri), At-Tarikh (sejarah).
2. Ibnu Ishaq.
3. Al- Baladzuri (w.892 H), penulis buku-buku sejarah.
4. Al-Maqrizi.
5. At-Thabari (w. 923 M), penulis buku Kitab Al-Umam wa Al-Muluk.
6. Abdullah bin Muslim Al-Qurtubah (w.889 M), penulis buku Al-Imamah wa As-Siyasah, Al-Ma'arif, 'Uyunul Ahbar, dan lain-lain.
7. Ibnu Hisyam.
H. Sastra
Dalam bidang satra, kota Baghdad menjadi kota pusat, seniman dan sastrawan. Para tokoh sastra lain : [38]
1. Abu Nuwas, beliau seorang yang penyair terkenaal dengan karya cerita humornya.
2. An-Nasyasi, penulis buku Alfu Lailah wa Lailah (The Arabian Night), adalah buku cerita tentang sastra Serib Satu Malam yang sangat terkenal dan hamper di terjemahkan di ujung seluruh dunia.
TOKOH- TOKOH ILMUWAN PADA BANI ABBASIYAH
1. Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama lengkap Abu Ali al-Husain bin Abdallah bin Sina, beliau lahir di Uzbekistan 22 Agustus 980 M, wafatnya Juni 1037 M, Iran. Sejak Ibnu Sina umur 10 tahun, ia telah belajar Al-Quran dan sastra. Pada umur 16 tahun, dengan di bimbingnya oleh seorang guru bernama Natili, [39] Ibnu Sina belajar logika dasar, yang mempelajari tentang ilmu pengobatan. Di dalam ia mempelajari ilmu pengobatan, singkat cerita ada seorang sultan Bukhara jatuh sakit, ia sudah banyak memanggil dokter tapi hasilnya masih tetap, kemudian ia memanggil Ibnu Sina dan ia berhasil menyembuhknnnya. Sebagai ungkapan terima kasihnya kepada Ibnu Sina atau Avicenna ia membuka perpustakaan kerajaaan Samanid untuk Avicenna.
Sejak saat itu, ia mencoba menulis sebuah karya-karya yang meliputi banyak bidang. Bidang yang di tulis oleh Ibnu Sina ini sangat berguna sekali unutk mengetahui sebuah pengetahuan yang belum di ketahui oleh banyak orang. Bidang itu meliputi: matematika, geometri, astronomi, fisika, kimia, metafisika, filologi, music, dan puisi. Ketika itu Ibnu Sina beranjak umur 21 tahu sudah bisa membuat sebuah karya-karya tersebut.
Kecerdasan yang di milki oleh Avicenna, yang di tunjukkan dengan hasil-hasil karyanya yang sudah di buat, dan di kenal dengan dokter pertama muslim yang memberikan pengaruh besar kepada sekolah-sekolah media Eropa hingga abad- 17.
Ibnu Sina selain sebagai tokoh Filsuf, beliau juga terkenal dengan suatu karangannya sebagai dokter satu ensiklopedi dalam ilmu kedokteran yang sangat terkenal yaitu Al-Qanun fi Ath-Thib. Buku karya Ibnu Sina ini sudah di terjemahkan dengan bahasa latin, berpuluh-puluh cetak, dan tetap di pakai sampai pertengahan ke 2 dari abad ke-17. [40]
2. Al- Farabi
Al farabi atau di kenal dengan nama Abu Nasir Al-Farabi yang lahir pada tahun 870 M, di Farab, Kazakhstan, yang memiliki nama lengkap Abu Nasir Muhammad bin Ali al-Farakh al-Farabi. [41]
Sejak kecil Al-Farabi di kenal sangat cerdas yang mudah menguasai berbagai ilmu yang di pelajari. Sejak muda, ia belajar musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50 tahun. Beliau pergi ke kota Baghdad untuk menuntut Ilmu selama 20 tahun.
Al- Farabi juga sebagai orang yang ahli dalam bidang filsafat. Al Farbi mengarang buku-buku dalam filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi tentang filsafat Aristoletes. Sebagian dari karangannya, banyak di terjemahkan dalam bahasa latin, dan masih di pakai di Eropa pada abad ke 17. [42]
Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rasyid sangat terkenal dalam lapangan filsafat. Akan tetapi, menurut bangsa Eropa, karangan atau tafsiran yang di buat oleh Ibnu Sina dalam Filsafat Aristoleletes lebih mashur daripada karangan Al- Farabi. Akan tetapi, di antaranya keduanya Ibnu Rasyid banyak berpengaruh d Negara Eropa dalam bidang filsafat, sehingga muncul aliran Averrosme. [43]
3. Al Ghozali
Al Ghozali lahir di Thus paa 1058/ 450 H,dan wafat pada 14 jumadil akhir tahun 505 H. Ia mendapat gealar Ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing, dan tempat kelahirannya di Bandar Thus, Khurasan, Persia.
Al- Ghozali mempunyai daya sangat kuat dan bijak berhujjah. Ia mendpatkan gelar Hujjatul Islam karena kebijakannya itu. Imam Al Ghozai sangat mencintai ilmu, sampai-sampai ia rela meninggalkan hal keduniawi an untuk ilmu. Karena banyak nya ingin mempelajari banyak ilmu, Imam Al- Ghazali memepelajari ilmu Ushuluddin, ilmu Mantiq, Usul Fiqih, Filsafat, dan mempelajari 4 mazhab hinggaa mahir dalam bidang-bidang mazhab tersebut. [44]
Imam Al Ghazali dengan kejeniusan dalam ilmu Fiqih, tasawuf, dan ushul, akan tetapi ia sangat lemah dalam pengetahuannya dalam hadith dan sunah Rasulluah Saw, yang menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibantanya ia menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengaan meniliti dan membedah karya Ibnu Sima dan sejenisnya, walaupun ada bantahan terhadapnya. Aaka tetapi, hal itu di jadikan memnuat semakin jauh dari ajaran islam yang hakiki.
D. FAKTOR- FAKTOR KEMUNDURAN ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah sangat berjaya dalam pembangunan aspek pendidikan, yang lebih mengedepankan terhadap pengetahuan sehingga banyak tokoh-tokoh ahli dalam bidang ilmu pengetahuan yang bermunculan. Kepemimpinan Dinasti Abbasiyah yang berpusat di kota Baghdad yang terkenal dengan kota seribu mimpi. Dengan gemerlap, kebesaran, keagungan, kemegahan yang di miliki oleh kota Baghdad. Akan tetapi, kota yang sangat indah itu larut di bawa sungai Tigris yang di bumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Semua keindahan yang ada di kota Baghdad seperti bangunan buku-buku hangus lenyap , istana emas yang ada di kota Baghdad pun di hancurkan oleh tentara bangsa Mongol. Kejadian ini terjadi pada tahun 1400 M. [45]
Kota Baghdad tidak hanya di serang oleh Tentara Mongol yang hampir separuh kota Baghdad sudah mengalami kehancuran, pasukan Timur Lenk pun ikut menghancurkan kota Baghdad pada tahun 1508 M oleh tentara Kerajaan Safawi.
Menurut W. Montgomery Watt, [46] ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah sebagai berikut :
1. Luasnya wilayah daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit di lakukan. Bersaman dengan itu, tingkat saling percaya antara di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2. Dengan professionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara ssangat sulit karena biaya yang di keluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M., di antara yang menyebabakan daulah Abbasiyah runtuh antara lain : [47]
1. Persaingan antara bangsa
Khilafah Abbasiyah di dirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan Persia. Persekuttua dari kedua ini di sebabkan oleh faktor sama-sama merasa terdindas pada masa Bani Umayyah. Setelah Bani Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah tetap memepertahankan persekutua tersebut. Sehingga muncul lah persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling kerkuasa.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduraan di bidng ekomoni bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dana yang masuk lebih banyak daripada keluar, sehingga baitul mal penuh dengan harta. Setelah mengalami kemunduran, Khilafah Abbasiyah terjadi kemerosotan di bidan ekonomi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan. Pada Bani Abbasiyah konflik keagamaan mucul di karenakan muncul beberapa aliran yang menyebabkan terjadinya perpecahan. Aliran tersebut meliputi Mu'tazilah, Syi'ah, Ahlus Sunnah, dan kelompok lainnya yang menjadikan daulah Abbasiyah mengalami kehancuran.
4. Perang Salib
Perang ini merupakan sebab dari faktor ekstenal umat islam. Perang saib yang berlangsung beberapa gelombang yang memakan banyak korban. Konsentrasi dan perhatian dinasti Abbasiyah terpecah belah untuk menghadaoi tentara Salib sehingg muncul kelemahan dalam pemerintahan.
5. Serangan Bangsa Mongol (1258)
Serangan tentara Mongol menyebabkan Diansti Abbasiyah ssemakin melemah, di tambah dengan serangan Huragu Khan dengan pasukan Mongol biadab, yang menyebabkan kekuasan Abbasiyah semakin melemah dan akhirnya menyerah di tangan tangan bangsa Mongol.
E. AKHIR KEKUASAAN DINASTI ABBASSIYAH
Akhir dari kekuasan dinasti Abbasiyah ketika kota Baghdad hancurkan oleh pasukan Mongol, semua yang di bangun oleh Bani Abbasiyah dari perpustkan, buku-buku, seua hangu terbakar bagaikan lautan, yang di pimpin oleh Huduga Khan pada tahun 656H/1258 M. [48] Huduga Khan aalah saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudra Monkey Khan yang memerintahkan agar wilayah-wilayah sebelah barat Cina menjadi pemangkuannya.
Baghdad di bumihanguskan, pemimpinan terakhir dari Dinasti Abbasiyah Al Mu'tasyim Billah di bunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikamh di bumi hanguskan dan di buang di Sungai Trigis sehingga sungai itu menjadi hitam karena tinta dari buku-buku yang di buang. [49]
Dengan demikian, lenyaplah kekuasan Dinasti Abbasiyah, yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang. Semua keturunan dari Bani Abbasiyah di bunuh oleeh tentara Mongol, sehingga tidak ada penyerangan balik yang di lakukan oleh Bani Abbasiyah terhadap bangsa Mongol.
DAFTAR PUSTAKA
Munir Samsul.2013. Sejarah Peradaban Islam". Jakarta.: Amzah
Yatim Bari.2013. "Sejarah Peradaban Islam ". Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suparman, Sulasman. "Sejarah Islam di Asia dan Di Eropa". Bandung: CV. Pustaka Setia.
Watt. W. Montgomery.1990. Kejayaan Islam Kajian Kritis". Yogyakarta: Tiara Wacana.
Saputri Maya. Tanpa tahun. http://tirto.id/sabit di akses pada 03 Oktober 2018. Pukul 21:27 wib.
Tanpa Penulis. Tanpa Tahun.https://wikipedia.org . di akses pada 03 Oktober 2018.pukul 21.27
Fathurrahman M. Nurdin. Tanpa tahun. https://biografi.tooh.-ternama-blogspot.com . Di akses pada 03 Okotober 2918. Pukul 23:03
[1] Hamka dalam Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:Amzah,2013).138
[2] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah,2013)138-140
[3] . Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah,2013). 139
[4] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah,2013). 139
[5] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah,2013). 140
[6] Bojena Gajane Stryzewska dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta:Rajagrafindo Persada,2008). 49
[7] Syed Mahmudunasir dalam Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta:Amzah,2013). 141
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008). 50
[9] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam., (Jakarta: Amzah, 2013). 140-141
[10] Harun Nasution dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta: T. RajaGrafndo Persada,2008). 50-51
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta: T. RajaGrafndo Persada,2008). 51
[12] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. , ( Jakarta: T. RajaGrafndo Persada,2008). 51
[13] Carl Brockelmann dalam Badri Yatim, Sejarah Perdaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2013). 52
[14] W. Montgomery dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2008). 52-53
[15] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada,2008). 52-53
[16] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada,2008). 52
[17] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada,2008). 53
[18] W. Montgomery dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. , (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada,2008). 53
[19] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008). 54-55
[20] Hassan Ibrahim dalam Badri Yatiim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:PT.RjaGrafindo Persada, 2008). 54
[21] Jurji Zaidan dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:PT.RjaGrafindo Persada, 2008). 54
[22] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:PT.RjaGrafindo Persada, 200). 54-55
[23] Ahmad Amin dalam Badri Yatim, sejarah peradaban islam,( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013). 55-56
[24] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada,2008). 55
[25] Samsul Munir Amir (dalam Badri Yatim, sejarah peradaban islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013, hal 55-56)
[26] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 142-145
[27] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 144
[28] . Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013. 145
[29] Philip K. Hitti, the Arab A. Short History, dalam membahas tentang Baghdad, Philip K. Hitti tidak bisa meneymbunyikan kekagumannya mengenai Baghdad, sehingga ia menulis bab ini dengan judul Kemegahan yang Bernama Baghdad dalam Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Amzah, 2013). 144
[30] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta:Amzah,2013). 145-149
[31] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013. 145
[32] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013. 145
[33] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 146
[34] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 147
[35] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 147
[36] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 148
[37] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 148
[38] Samsul Munir, Sejarah Perdaban Islam. ( Jakarta:Amzah, 2013). 149
[39] Maya Saputri, Ibnu Sina https://tirto.id/Sabit di akses pada tanggal 3 Oktober 2018 pukul 21:27
[40] Sulasman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung:CV.Pustaka.Setia:2013).162
[41] Tanpa Penulis, Biografi Al Farabi , https://WikipediaOrg di akses pada tanggal 3 Oktober 20188 pikul 21:27
[42] Sulasman, Sejarah Islam Di Asia dan Eropa. ( Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2013). 162
[43] Harun Nasution, dalam Sulasman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa(Bandung:CV.Setia:2013).162
[44] M. Nurdin. Fathurrohman, Filsuf Muslim Ahli Fiqih, tasawuf, dan Ushul, http://biografi-tokoh-ternama--.blogspot.com di akses pada 3 Oktoer 2018, pukul 23:03
[45] Samssul Munir, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:Amzah,2013). 161-162
[46] W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: kajian kritis dari tokoh Orientalis,( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), cetakan 1. 165-166
[47] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta:PT Rajagarfindo Persada, 2008).80-85
[48] Samsul Munir ,Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta: Amzah, 2013). 163-164
[49] Samsul Munir ,Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta: Amzah, 2013). 164
Download File Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku