DINASTI ABBASIYAH/KHILAFAH BANI ABBAS
A. ASAL USUL DAN PEMBENTUKAN DINASTI ABBASIYAH
Kekuasaan dinasti abbas atau khilafah abbasiyah, sebagaimana di sebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti umayyah. [1] Ketika dinasti Umayyah berkuasa Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi kepada kegiatan keluarga Syi'ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap, setelah menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar. Barulah usaha perlawanan itu berhasil ditangan Abu abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap seluruh Bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang berkuasa.
Orang-orang Abbasiyah sebut Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap Umayah.
Pergantian kekuasaan dinasti Umayyah oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai dengan pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang beragama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah berdirinya daulah Abbasiyah, menjelang akhir Daulah Amawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara terang-terangan.
Oleh karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Amawiyah. Gerakan ini menghimpun.
1. Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah
2. Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman
3. Keurunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-khurasany.
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun 132 H/ 750 M tumbanglah Daulah Amawiyah dengan terbunuhnya Marwan ibn Muhammad, Khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya Khalifah pertama, Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H/ 750-754 M.
Pada awalnya kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu as-Saffah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Khalifah penggantinya, Abu ja'far al-Mansur (754-775) memindahkan pusat pemerintahan kebaghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam mengembangkan pemerintahan. Sehingga dapatlah dikelompokkan masa daulah Abbasiyah menjadi lima periode sehubungan dengan corak pemerintahan.
B. PEMERINTAHAN ABBASIYAH
Umat islam menganggap bahwa yang dimaksut dengan keluarga rasulullah adalah keturunan ali, sehingga mereka mau membantu perjuangan bani abbas menggulingkan pemerintahan bani umayyah. kenyataannya tidak demikian, setelah bani abbas berkuasa, lantas mengumumkan mereka lebih utama dari bani hasyim untuk mewarisi rasulullah, karena moyang mereka adalah paman rasulullah. dari sinilah munculnya gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan bani abbas. [2]
Selama dinasti abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
. Sedangkan menurut asal- usul penguasa selama masa 508 tahun daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Seljuk. Adapun rincian susunan penguasa pemerintahan Bani Abbasiyah ialah sebagai berikut.
a. Bani Abas (750-932 M
1. Khalifah Abu AbasAs-Safak (750-754 M)
2. Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)
3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)
4. Khalifah Al Hadi (775-776 M)
5. Khalifah Harun Al-Rasyid (776-809 M)
6. Khalifah Al-Amin (809-813 M)
7. Khalifah Al-Makmun (813-633 M)
8. Khalifdah Al-Mu'tasim (833-842 M)
9. Khalifah Al-Wasiq ( 842-847 M)
10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)
11. Dst ...
b. Bani Buwaihi (932-107 5M)
1. Khalifah Al-Kahir (932-934 M)
2. Khalifah Ar-Radi (934-940 M
3. Khalifah Al-Mustaqi (943-944 M)
4. Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M)
5. Khalifal Al-Mufi (946-974 M)
6. Dst …
c. Bani Seljuk
1. Khalifah Al-Muktadi (1075-1048 M)
2. Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)
3. Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)
4. Dst …
C. PERLUASAN WILAYAH/EKSISTENSI BANI ABBASIYAH
Luas daerah kekuasaan khalifah bani abbas tidak sama dengan luas kekuasaan bani umayyah. [3] pada masa pemerintahan dinasti abbasiyah, luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, meliputi wilayah kekuasaan islam yang telah dikuasai bani umayyah, antara lain hijaz, yaman utara dan yaman selatan, oman, kuait, irak, iran (persia), yordania, palestina, libanon, mesir, tunisia, al-jazair, maroko, spanyol, afganistan, pakistan, dan meluas sampai ke turki, cina dan india.
khalifah al mansyur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang membebaskan diri pemerintahan pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. diantara usaha usaha tersebut adalah mrebut benteng benteng diasia, kota malatia, wilayah coppadocia, dan cicilia pada tahun 756-758 M. ke utara, bala tentaranya melintasi pegunungan taurus dan mendekati selat bosporus.
di pihak lain dia berdamai dengan kaisar konstantine V dan selama genjatan senjatam758-765 M, bizantium membayar upeti tahunan, bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan turki turki khazar di kaukasus, daylami di laut kaspiabturki di bagian lain oskus dan india.
D. KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA BANI ABASIYAH
Masa abbasiyah adalah masa keemasan atau masa kejayaan umat islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. kemajuan itu hampir mencakup semua aspek kehidupan Ilmu pengetahuan dunia Islam. [4]
mencapai perkembangan yang sangat berarti pada masa pemerintahan bani Abbasysyiyah, dimana khalifah-khalifahnya seperti Harun al Rasyid dan al Ma'mun menggalakkan adu pendapat yang terpelajar di istana mereka mengenai berbagai macam soal : logika, hukum, gramatika, dan sebagainya. Pada masa ini juga tumbuh dengan sangat cepat perpustakaan-perpustakaan semi-publik, dimana beberapa pejabat negara terkemuka dan mampu mengumpulkan buku-buku dalam jumlah yang besar dan menyediakannya untuk dipergunakan oleh pencari-pencari ilmu pengetahuan, dan bahkan kadang-kadang menyedekahkannya untuk dipergunakan oleh umum. Hal itu juga dilakukan oleh penguasa-penguasa yang semi-independen dan kepala-kepala provinsi pada masa Abbasyiyah. Satu hal yang juga cukup menarik adalah pada masa Al Ma'mun, dimana dia telah mensponsori didirikannya sebuah akademi. Dan sejarah mencatat, akademi bentukan al Makmun ini merupakan akademi pertama yang disponsori oleh pemerintah. Akademi ini didirikan pada perempat pertama abad ke-3 H / 9 H. Akademi ini bukanlah suatu usaha dalam lapangan ilmu-ilmu Islam, namun mencurahkan perhatian dalam penterjemahan sistematis dari karya-karya sains dan filsafat Yunani. Al Makmun ternyata secara pribadi banyak tertarik pada ilmu pengetahuan dan bahkan filsafat dari tradisi Helenistik. Kemudian, melalui bantuan dana dan dorongan-dorongan semangatnya, ia memberikan rangsangan yang besar kepada pengembangan gerakan penerjemahan dari bahasa Yunani dan Syiria ke dalam bahasa dari karya-karya klasik kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam pada umumnya. Pada tahun 830, al Ma'mun mempersembahkan sebuah perpustakaan riset yang terkenal dengan "Bayt al Hikmah". Di Bayt al Hikmah ini, naskah-naskah logika Aristoteles, beberapa karya Galen dan Hipokrates diterjemahkan. Bahkan, al Ma'mun melangkah lebih jauh lagi untuk memburu manuskrip-manuskrip di Konstantinopel, dimana tradisi Yunani telah dikembangkan sedemikian tinggi. Sejak saat itu, kualitas dan mutu terjemahan-terjemahan diperbaiki dengan sangat baik sekali.
Pada abad ke- 9 H, kedudukan Bayt al Hikmah digantikan dengan sekolah penerjemahan dibawah bimbingan Hunain Ibn Ishaq, yang menerjemahkan karya-karya ilmiah lainnya dari Galen, serta karya-karya metafisika dan filsafat Plato dan Aristoteles
Selain perpustakaan, observatorium merupakan pusat penelitian keilmuan Islam yang paling maju. Observatorium yang pertama adalah Syamasiah yang juga didirikan oleh Khalifah al Ma'mun di Baghdad sekitar tahun 829 M. Pembangunan observatorium ini segera diikuti oleh pembangunan observatorium al Battani di al Raqqah dan observatorium Abdurrahman al Sufi di Syiraz. Pada abad-abad berikutnya, sejumlah penguasa juga membangun observatorium lebih banyak lagi, yang tersebar dari Spanyol di Barat hingga ke Asia Kecil di Timur.
Selain itu juga dibangun rumah-rumah sakit yang merupakan sarana pengembangan ilmu yang tidak dapat diabaikan, terutama kedokteran dan farmasi. Rumah sakit pertama dalam peradaban Islam didirikan pada tahun 707 M oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik dari Dinasti Umayyah di Damaskus. Para raja berikutnya juga tidak mau ketinggalan dalam pembangunan rumah sakit. Di Mesir didirikan rumah sakit Manshuri dan di Baghdad didirikan rumah sakit Nuri.
Meskipun begitu, pusat-pusat terpenting untuk menghimpun pengetahuan bagi siswa adalah kota-kota tua di dalam wilayah kekhalifahan itu sendiri, seperti di Jundishapur (Iran) yang memiliki sekolah medis besar yang didirikan pada masa Sasanid, dan Kota Harran (Syiria).Dari Jundaysabur ini, al Manshur membawa dokter kepala Jundaysabur bernama Bakhtishu ke istananya. Keluarga Bakhtishu ini secara turun temurun sepanjang 250 tahun mencurahkan segala kemampuan dalam bidang kedokteran.
Pada masa itu, di kota Baghdad saja setidaknya terdapat 800 orang dokter. Dan saat itu pula didirikan pusat Rumah Sakit Umum di Baghdad. Ahli-ahli Botani dibiayai untuk melakukan riset dan mengumpulkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan diseluruh Eropa, Afrika, dan Asia untuk dijadikan obat-obatan.
Selain melakukan upaya penerjemahan, Umat Islam juga menghasilkan karya-karya sendiri. Contoh misalnya al Kindi yang menghasilkan 256 buku yang meliputi ilmu kedokteran, optik, fisika, meteorolgi, kelautan, iklim, dan musik. Muhamad, Ahmad, dan Hasan merupakan ahli matematika, mekanik, juga musik. Ketiganya telah berhasil membuat es, alat pendingin rumah, piano otomatis, dan merupakan pembuat jam pertama kali. Jabir Ibn Hayyan merupakan ahli di bidang kimia dan ilmu tentang racun yang sangat dihormati Eropa.
Selain itu, masih ada Al Razi yang telah menghasilkan 200 buku di bidang kedokteran, fisika, filsafat, matematika, astronomi, dan meteorologi. Ibn Sina yang Filosof, dokter, ahli geologi, dan kimia. Ali Ibn Isa menguasai ilmu opthatmologi dan telah mampu melakukan operasi mata. Dan maestro dari segalanya adalah al Biruni yang dijuluki al Ustadz fi al 'Ulum. Beliau ahli kedokteran, falak, matematika, farmasi, geografi, dan sejarah.
Dalam dunia Islam waktu itu juga telah berkembang dengan pesat seni lukis, musik, sastra, dan arsitektur. Dalam seni bangunan ini banyak sekali karya-karya hebat umat Islam seperti Qubbah al Sakhrah, Masjid Raya Damascus, Masjid Raya Cordova, Sevilla dll. Bahkan hampir seluruh jembatan-jembatan di Eropa dibangun menurut model arsitektur Islam.
Dari uraian di atas, kemajuan ilmu pengetahuan dan Teknologi umat Islam pada waktu itu kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Bidang-bidang sains meliputi
1. Matematika
Filosof Islam pertama yang ahli di bidang ini adalah Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak al Kindi (185 H/801 M-256 H/869 M). Ia menulis empat buku tentang Aritmatika, diantaranya Risalah fi Madkhal ila al Aritmatiqi (Risalah Pengantar Ilmu Hitung) dan Risalah al Kammiyat al Mudafah (Risalah tentang Jumlah Relatif).
Matematikawan terbesar Islam adalah Muhammad bin Musa al Khawarizmi (780-850 M). Ia memelopori penggunaan angka nol dalam ilmu hitung. Metodenya untuk menghitung kemudian dikenal sebagai algoritma. Bukunya yang terkenal adalah al Kitab al Mukhtashar fi Hisab al Jabr wa Muqabalah (Kompendium tentang Hitung Aljabar dan Persamaan). Dia juga merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan konsep sinus serta yang memecahkan persamaan kuadrat. Al Khawarizmi juga mengembangkan sistem notasi desimal yang kemudian digunakan Fibonacci (Leonardo da Pisa) untuk menyusun bukunya yang terkenal Liber Abaci.
2. Fisika
Ilmuwan muslim pertama yang memperhatikan ilmu fisika adalah al Kindi, tetapi fisikawan terbesar muslim dalam kurun pertama peradaban Islam adalah Ibnu Haitam. Bukunya yang berjudul Kitab al Manadhir (Kamus Optika), yang terdiri dari 7 jilid sangat populer di universitas-universita Eropa.
3. Biologi
Ilmuwan muslim yang terkenal dibidang ilmu ini adalah al Dinawari (w.282 H/895 M). Karya besarnya diterjemahkan menjadi Encyclopaedia Botanica, jauh lebih luas dan teliti pembahasannya daripada karya-karya Dioscorides dan Theosphrastus yang dianggap sebagai puncak studi seribu tahun para sarjana Yunani.
4. Kimia
Kimiawan terkenal adalah Jabir bin Hayyan yang mendefinisikan senyawa kimia sebagai gabungan unsur-unsur yang sangat kecil, sebagaimana yang dikemukakan oleh John Dalton sepuluh abad kemudian. Nama lain yang hebat dalam disiplin ilmu ini adalah Abu Bakar al Razi, al Maghriti, al Zahrawi, serta Ibnu Badis.
5. Kedokteran
Dokter muslim pertama yang menulis buku adalah Ali al Tabari, kemudian Hunain bin Ishaq dan Abu Bakar al Razi. Namun, dokter terbesar dalam sejarah Islam adalah Ibnu Sina. Dia digelari "Medicorum Principal" alias Raja Diraja Dokter oleh tradisi kedokteran Eropa klasik. Bukunya yang berjudul al Qanun fi al Thibb (Prinsip-prinsip Kedokteran) merupakan pegangan di universitas-universitas Eropa dari abad ke-12 sampai abad ke-18. dia juga memelopori pengobatan penyakit syaraf neurastenia.
6. Ilmu Pertanian
Ilmuwan-ilmuwan Islam yang terkenal dalam ilmu pertanian antara lain Abu Ubaid al Bakri, Ibnu Hajajj, Abu Zakaria Yahya serta Abu Khayr al Isybili al Syajjar.
7. Ilmu Bumi
Ahli ilmu Bumi pertama dalam sejarah Islam adalah Hisyam al Kalbi. Selain itu juga al Khawarizmi. Bersama tujuh puluh geografer, al Khawarizmi membuat peta globe pertama pada tahun 830 M. Dia juga dilaporkan telah mengukur volume dan keliling bumi atas perintah Khalifah al Ma'mun. Selain itu ahli ilmu bumi Islam yang lain adalah al Biruni, al Syirazi, Yaqut al Rumi dan Ibnu Sina.
8. Astronomi
Al Kindi merupakan filosof besar Islam yang menulis sejumlah buku astronomi, diantaranya adalah Risalah fi Masail Su'ila 'anha min Ahwal al Makasih (Jawaban Persoalan tentang Planet-planet). Ada juga Muhammad al Fazari yang merupakan astronom resmi pertama Dinasti Abbasyiyyah yang mengoreksi tabel yang ada berdasarkan teks astronomi India Siddanta yang ditulis oleh Brahmagupta. Selain itu ahli-ahli astronomi yang lain adalah al Khawarizmi, Habasyi al Hasib al Marwazi, al Fargani (bukunya dijadikan rujukan Copernicus dalam menyusun teorinya), serta al Biruni. Penelitian al Biruni bahkan sudah menyimpulkan bahwa bumi berputar mengelilingi sumbunya, enam ratus tahun sebelum teori Galileo.
B. Teknologi , meliputi:
1. Teknologi Mekanik
Ahli mekanik muslim yang terkenal adalah Bani Musa (Muhammad, Ahmad dan Hasan) yang menciptakan bejana-bejana ajaib serta alat-alat lain, al Khawarizmi, al Muradi, Ibnu Hiatam, serta al Khazini [5] .
2. Tehnik Sipil
Al Biruni memberi sumbangsih yang berharga di bidang ini. Dia mengembangkan aspek matematika dari geografi, melakukan pengukuran geodetik, menentukan koordinat beberapa tempat dengan kecermatan tinggi, serta memperkenalkan metode proyeksi stereografis sederhana.
3. Perkapalan dan Navigasi
Galangan kapal pada masa Islam didirikan pada tahun 54 H/673 M di Pulau Rawdah, Mesir. Kemudian menyusul fasilitas-fasilitas pembuatan kapal di Acre dan tyre, serta galangan kapal di Iskandariyah, Damietta, dan Fustat untuk wilayah-wilayah Timur. Sementara untuk wilayah-wilayah Barat terdapat galangan kapal angkatan laut di Tripoli, Tunis, Sevilla, Almeria, Pechina, dan Valencia.
Salah satu penemuan yang paling penting dalam dunia maritim ini adalah ditemukannya kompas. Kompas maritim digunakan oleh para pelaut muslim untuk pertama kalinya pada awal abad ke-11, bahkan mungkin lebih awal lagi.
4. Teknologi Kimia dan Industri
Al Kindi dalam Kitab Kimya' al 'Itr wa al Tas'idah menjelaskan 107 metoda dan formula pengelolaan industri parfum. Sementara Hasan al Rahman menulis tentang penyulingan aspal atau ter, ekstraksi minyak dari kayu pinus, resin pinus, biji aprikot, tulang kuku kuda, dan bahan-bahan lain, sehingga pada masa itu telah berkembang industri parfum, minyak asiri, penyulingan minyak bumi, sabun, gelas, keramik, tinta dan zat warna. Selain itu ada industri kertas di Samarkand, Baghdad, Suriah, Mesir, Maroko, Sicilia, dan Spanyol.
5. Teknologi Militer
Murda bin Ali al Tarsusi menyusun risalah berjudul Tabsirah Arbab al Albab fi Kaifiyyat al Najah fi al Hurub, sedangkan Sultan Salahudin menyusun risalah al Tadzkirah al Harawiyyah fi al Hiyal al Harbiyyah. Dari risalah-risalah ini diketahui bahwa selain pedang, tombak, dan panah, kaum muslim juga menggunakan peralatan seperti Ballista ('arradah), alat pelantak (dabbabah, kabsy) untuk menembus dinding pertahanan musuh, meriam (midfa'), dan pelontar misil (manjaniq).
6. Teknologi Pertanian
Abu zakariya bin Muhammad bin al Awwam menulis risalah pertanian Kitab al Filahah yang merupakan karya muslim Abad Pertengahan terlengkap di bidangnya. Karya yang ditulis sebagian berdasarkan pada sumber-sumber berbahasa Yunani dan Arab dan sebagian lagi dari pengalaman para petani muslim di Spanyol ini, memuat rincian tentang lebih dari 585 tanaman serta menjelaskan cara pembudidayaan lebih dari 50 pohon buah-buahan. Ibnu Awwam juga menjelaskan cara membajak tanah, sifat-sifat tanah, pupuk, dan membahas beberapa penyakit dan hama tanaman beserta obatnya.
Industri penggilingan gandum juga berkembang pesat. Kincir-kincir air dan angin untuk penggilingan gandum banyak didirikan di Baghdad, Suriah, Mesir, dan Iran dengan tehnik penggilingan yang bermacam-macam sehingga menghasilkan berbagai macam jenis tepung.
Pada masa itu juga telah berkembang industri gula yang didukung oleh perkebunan tebu di Faris dan al Ahwaz, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Laut Tengah. Informasi mengenai industri ini diperoleh dari Nihayah al 'Arab fi Funun al Adab oleh Ahmad al Muwairi. Selain tentang pembuatan gula, risalah ini juga memuat tentang penggunaan bajak berat (maharit kibar) yang digunakan sebelum penanaman tebu.
7. Teknologi Pertambangan dan Metalurgi
Kota-kota yang memiliki sumber-sumber mineral terkemuka di zaman Abbasyiyyah yang memungkinkan berkembangnya industri pertambangan dan perhiasan yang amat masyhur adalah Khuarasan di Persia yang memiliki tambang emas, perak, marmer, dan air raksa; Transoxania di utara Persia dengan tambang batu rubi, lapis lazuli, azur, dan asbestos; Kerman di Persia dengan tambang timah dan perak; mutiara di Bahrain; Firus di Nisabur, Persia; dan besi di Libanon. Sumber mineral lainnya meliputi kaolin dan marmer di Tabriz; antimoni di perbatasan Isfahan; batubara dan nafta di Georgia; marmer dan belerang di Suriah-Palestina; air raksa dan aspal di Farghanah; garam di Maghrib, Khurasan, dan Armenia; dan tawas di Yaman dan Chad.
Sebagaimana pola pertambangan pada zaman modern, ada dua jenis operasi yang digunakan dalam kegiatan penambangan, yaitu penambangan bawah tanah dan tambang terbuka. Salah satu metode penambangan bawah tanah adalah dengan membuat terowongan vertikal (bir) dn terowongan horisontal (darb). Tehnik pengeboran terowongan ini telah dikenal di hampir seluruh wilayah Islam melalui tradisi pembuatan qanat, saluran air bawah tanah untuk irigasi.
Alat utama seorang penambang adalah pangkur (minqar, saqur), berbagai jenis palu, pahat, linggis, cangkul, dan sekop. Mesin kerek digunakan untuk mengangkat bahan galian keluar dari lobang. Penerangan yag digunakan berupa lampu minyak yang juga berfungsi sebagai indikator tersedianya udara segar.
Dalam karyanya tentang mineralogi, al Jamahir, al Biruni antara lain menerangkan tentang proses karbonisasi besi tempa, dan pmbuatan baja dari besi tuang. Sementara 'Izzuddin Aydamir al Jildaki dalam Kitab al Hadid memuat banyak informasi tentang tingkat penguasaan orang Islam dalam pengolahan besi dan baja.
Berikut adalah tokoh tokoh ilmuan pada masa bani abbasiyah [6] :
A. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Dilahirkan pada tahun 980 M/ 370 H di Afsyana, suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara. Di dunia barat ia dikenal dengan Avicenna. Pada umur 10 tahun ia menguasai ilmu agama seperti ilmu tafsir, fikih, perbandingan agamatasawuf, dan sebagainya. Di usia 18 tahun, ia telah menguasai seluruh cabang ilmu pengetahuan pada waktu itu. Beliau juga berhasil menguasai ilmu kedokteran. Di dunia kedokteran, beliau dinobatkan sebagai "Father of Doctor"yaitu Bapak Kedokteran.
Karya-karya beliau tentang kedokteran dan filsafat adalah "Al-Qanun fi Thibb" yaitu dasar-dasar ilmu kedokteran. Beliau meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
B. Abu Nashr Al-Faraby
Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Turkham bin Awzalagh Al-Faraby. Lahir pada 870 M di desa Wasij, bagian dari Farab. Di negeri Barat, al-Farabi dikenal dengan nama Avennaser atau Alfarabius. Adapun karyanya adalah Adradh ma ba'da al-Thabi'ah atau buku intisari dan buku metafisika. Al-Farabi meninggal di Damaskus, ibukota Suriah pada umur sekitar 80 tahun, tepatnya pada 950 M.
C. Imam Bukhori
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M)- Wafat pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.. Beliau adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama denganImam Muslim,Abu Dawud,Tirmidzi,An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab Fiqih dan Hadits,hadits- hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukanAmirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Karya Imam Bukhari antara lain:
a. Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhori
b. Al-Adab al-Mufrad
c. Adh-Dhu'afa ash-Shaghir
d. At-Tarikh ash-Shaghir
e. At-Tarikh al-Kabir
f. At-Tarikh al-Ausath
g. At-Tafsir al-Kabir
h. Al-Musnad al-Kabir
i. dll
D. Imam Muslim
Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau 817 M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara'a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. Di usia 10 tahun, beliau sering datang berguru pada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal hadits dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan hadits.
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan di makamkan di kampung Nasr Abad daerah Naisabur pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Selama hidupnya, Muslim menulis beberapa kitab yang sangat bermanfaat.Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak. Di antaranya [7] :
a. Al-Jamius Syahih
b. Al-Musnadul Kabir Alar Rijal
c. Kitab al-Asma' wal Kuna
d. Kitab al-Ilal
e. Kitab al-Aqran
f. Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal
g. Kitab al-Intifa' bi Uhubis Siba'
h. Kitab al-Muhadramain
i. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin
j. Kitab Auladus Sahabah
k. Kitab Auhamul Muhadisin
E. Imam Ghazali
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Beliau lahir di Tus, Iran pada tahun 1058 M/450 H. Beliau menguasai ilmu fikih, tauhid, filsafah, matematika, dan fisika pada usia muda. Karena keluasaan ilmunya, beliau mendapat gelar Hujjatul Islam. Karya-karya beliau antara lain; Maqasidul Falsafah, Al-Munqiz Minad Dalal, Al-Basit, Bidayatul Mujtahid, dan yang terkenal Ihya Ulumuddin. Beliau wafat pada tahun 502H.
E.FAKTOR FAKTOR KEMUNDURAN BANI ABBASIYAH
[8] Lebih dari sekitar 820 wewenang tertinggi pusat dalam genggaman dalam genggaman satu orang yakni sang khalifah di bagdad, tidak di delegasikan kepada orang lain. sekitar 920 otoritas yang dipegang para penerusnya telah sangat berkurang, khalifah sendiri hampir tidak punya otoritas, bahkan di ibukota sekalipun. tahun 1258 ibukota hancur, mengiringi kehancuran ibukota, hegemoni arab lenyap untuk selamanya dan sejarah kekhalifaan berakhir sudah.
A . Faktor Internal
Semasa Abbasiyah wilayah kekuasaannnya meliputi barat sampai samudera Atlantik, disebelah timur sampai India dan perbatasan China, dan diutara dari laut Kashpia sampai keselatan, teluk Persia. Wilayah kekuasaan Abbasiyah yang hampir sama luasnya dengan wilayah kekuasaan dinasti Mongol, tidak mudah dikendalikan oleh para Khalifah yang lemah. Di samping itu, sistem komunikasi masih sangat lemah dan tidak maju saat itu, menyebabkan tidak cepat dapat informasi akurat apabila suatu daerah ada masalah, konflik, atau terjadi pemberontakan. Oleh karena itu, terjadinya banyak wilayah lepas dan berdiri sendiri. Sebenarnya pasca Khalifah Ma'mun dinasti ini mulai mengalami kemunduran. Ementara itu jauhnya wilayah-wilayah yang terletak di ketiga benua tersebut, dan kemudian hari didorong oleh para Khalifah yang makin lemah dan malas yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang tidak terkendali bagi Khalifah.
Karena tidak adanya suatu sistem dan aturan yang baku menyebabkan sering gonta-gantinya putera mahkota dikalangan istana dan terbelahnya suara istana yang tidak menjadi keatuan bulat terhadap pengangkatan para pengganti Khalifah. Seperti perang saudara antara Amin-Ma'mun adalah bukti nyata. Disamping itu, tidak adanya kerukunan antara tentara, istana, dan elit politik lain yang juga memacu kemunduran dan kehancuran dinasti ini.
Selain agama juga faktor ekonomi cukup dominan atas lemahnya sendi-sendi kekhalifahan Abbasiyah. Beban pajak yang berlebihan dn pengaturan wilayah-wilayah (Provinsi) demi keuntungan kelas penguasa telah menghancurkan bidang pertaniandan industri. Saat para Wali, Amir, dan lain-lain termasuk kalangan istana makin kaya, rakyat justru makin lemah dan miskin. Dengan adanya independensi dinasti-dinasti tersebut perekonomian pusat menurun karena mereka tidak lagi membayar upeti kepada pemerintahan pusat. Sementara itu, disisi lain meningkatnya ketergantungan pada tentara bayaran. disamping itu faktor yang penting yaitu merosotnya moral para khalifah abbasiyah pada zaman kemunduran serta melalaikan salah satu sendi islam yaitu jihad.
Dalam buku yang ditulis Abu Su'ud[34], dijsebutkan faktor-faktor intern yang membuat Daulah Abasiyah lemah kekudian hancur antara lain : (1) adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abasiyah, terutama Arab, Persia, dan Turki. (2) terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah. (3) munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan social yang berkepanjangan. (4) akhirnya terjadi kemerosotan tingkat perekonimian sebagai akibat dari bentrokan politik.
2. FaktorEksternal
Disamping faktor-faktor internal, ada juga faktor ekstern yang membawa nasib dinasti ini terjun kejurang kehancuran total. Yaitu serangan Bangsa Mongol. Latar belakang penghancuran dan penghapusan pusat Islam di Baghdad, salahsatu faktor utama adalah gangguan kelompok Asasin yang didirikan oleh Hasan ibn Sabbah (1256 M) dipegunungan Alamut, Iraq. Sekte, anak cabang Syi'ah Isma'iliyah ini sangat mengganggu di wilayah Persia dan sekitarnya. Baik di wilayah Islam maupun di wilayah Mongol tersebut.
Setelah beberapakali penyerangan terhadap Assasin akhirnya Hullagu, cucu Chengis Khan dapat berhasil melumpuhkan pusat kekuatan mereka di Alamut. Kemudian menuju ke Baghdad. Setelah membasmi mereka di Alamut, tentara Mongol mengepung kota Baghdad selam dua bulan, setelah perundingan damai gagal, akhirnya Khalifah menyerah, namun tetap dibunuh oleh Hulagu. Pembantaian massal itu menelan korban sebanyak 800. 000 orang.
Ketika bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656/ 1258, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan Khilafah dengan gelar Khalifah yang berkuasa dibidang keagamaan saja dibawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan yang disandang oleh keturunan Abbasiyah dimesir itu akhirnya diambil oleh Sultan salami dan Turki Usmani ketika meguasai Mesir tahun 1517, dengan demikian, makahilanglah Khalifah Abbasiyah untuk selamnya.
Sedangkan faktor ekstern[38] yang terjadi adalah (1) berlangsungnya Perang Salib yang berkepanjangan, dan yang paling menentukan adalah (2) sebuah pasukan Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Z. (2014). Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UIN SA Press.
K.Hitty, P. (2006). History of the Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Munir, S.(2013). Sejarah peradaban islam. Jakarta: AMZAH.
Supriyadi, D.(2016.Sejarah Peradaban Islam. Bandung : CV Pustaka Setia
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.49.
[2] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (surabaya:UIN Sunan Ampel press,2014), h.155.
[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah PeradabanIislam, (Surabaya:UIN Sunan Ampel press,2014), h.155.
[4] Samsul Munir,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Amzah,2013) ,h.139.
[5] philip K. Hitti, history of the arabs,(jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2006),h. 616
[6] http://wawasansejarah.com/puncak-kejayaan-abbasiyah,2018/10/17
[7] Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,(Bandung:cv pustaka setia,2016), h.129.
[8] philip K. Hitti, History of the Arabs,(jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA,2006),h. 616.
Download File Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku