Loading...

MAKALAH IMAN KEPADA ALLAH - Aqidah Ilmu Kalam




IMAN KEPADA ALLAH
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
AQIDAH ILMU KALAM

Dosen Pengampu :
M. FAHMI, S.Pd.I, M.Hum, M.Pd
Disusun Oleh :
Nurun Nif’ah                                                  (D71218092)
Syayidah Nur Amalia A                                 (D7121802)
Tri Mega Febrianto                                         (D71218103)
Yustiananda Anggita P                                   (D71218106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018


KATA PENGANTAR
           
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Ilmu Kalam .
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini memenuhi tugas mata Aqidah Ilmu Kalam untuk mengetahui tentang apa pengertian ma’rifat Allah dengan pikiran, dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah serta kemustahilan mengetahui zat Allah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu  M. FAHMI, S.Pd.I, M.Hum, M.Pd  kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.


Surabaya, 19 September 2018

            Tim Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

   A.    LATAR BELAKANG
       Setiap manusia dilahirkan beranugrahkan akal pikiran yang dimana kegunaan dan fungsinya untuk mencari ilmu pengetahuan yang tidak lain tentang ber-Ma’rifat kepada Allah dengan pikiran serta pemahaman yang dimilikinya. Kita tidak akan berhenti dan tidak ada henti-hentinya dalam mencari ilmu pengetahuan, kita selalu haus akan pengetahuan. Terkadang kita sendiri mengaku beragama Islam tapi kurang pengetahuan akan kebesaran Allah SWT. Oleh karena itu ber-Ma’rifat kepada Allah SWT sangatlah perlu agar kita bisa tetap berada dijalan-Nya dan senantiasa dekat dengan-Nya. Jadi, makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara singkat akan bagaimana kita ber-Ma’rifat kepada Allah SWT.
   B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian ma’rifat Allah dengan pikiran ?
2.       Bagaimana ma’rifat kepada Allah dengan memahami Nama-nama dan Sifat-sifat serta kemustahilan Zat Allah ?
3.      Apa macam-macam sifat Allah Ta’ala ?
   C.    TUJUAN
1.      Menjelaskan pengertian ma’rifat kepada Allah dengan pikiran
2.      Menjelaskan bagaimana ma’rifat kepada Allah dengan memahami Nama-nama dan Sifat-sifat Allah dan kemustahilan Zat Allah
3.      Menjelaskan macam-macam sifat Allah Ta’ala


BAB II
PEMBAHASAHAN

A. Pengertian Ma’rifat kepada Allah dengan pikiran
       Ma’rifat kepada Allah adalah asa atau pondasi akan berdirinya kehidupan yang beraspek pada kerohanian. Salah satu cara berma’rifat kepada Allah SWT yaitu dengan menggunakan akal pikiran, manusia diciptakan olehnya dengan diberikan akal pikiran yang manfaatnya sangat banyak bagi manusia dan salah satunya yang paling penting yaitu untuk berma’rifat kepada Allah SWT..Manusia yang dapat mempergunakan atau  mem-fungsikan akal pikiran  pastinya akan selalu penasaran dan selalu ingin mengetahui kebesaran-kebesaran Allah denagn mencari serta meneliti apapun yang berkenaan dengan-Nya. Didalam  agama  islam sendiri telah ditegaskan bahwa jika akal pikiran itu tidak difungsikan dengan baik maka akan terjadi kerusakan dan kebekuan akal pikiran. Allah ta’ala dalam firmannya mengatakan,”Maka berikanlah berita gembira kepada hamba hambaku yang mendengarkan ucapan lalu mengikuti mana-mana yang terbaik dari ucapan itu. Mereka itulah itulah orang-orang yang memperoleh petunjuk Allah dan mereka itu ulalah orang-yang mempunyai akal pikiran”. (QS: Az-Zumar:17-18)
Terminologi ma’rifat dalam bentuk plural itu digunakan sebanyak dua kali. Yang peratama , menunjukan bahwa Allah SWT itu tampak dan hanya para orang terijak yang tiadak mampu atau tidak dapat mengenalnya.  [1]. Sedangkan yang kedua dijelaskan bahwasanya kosongmnya hati dari duniawi merupakan syarat tercapainya ma’rifat [2]
                                                                                                        
B. Ma’rifat kepada Allah dengan memahmi Nama-nama dan Sifat-sifat Alah.
Ma’rifat kepada Allah itu bisa berbagai cara salah satunya. Ialah dengan mehahami sifat-sifat dan nama-nama Allah seperti yang salah satunya sifat Allah ialah wujud. Allah SWT adalah tuhan yang wajib kita sembah itu pasti ada dan tidak perlu diragukan lagi. Allah SWT , ada tanpa ada perantara sesuatu dan tanpa ada yang mewujudkan.
Firman Allah :”Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidaklah ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku (QS: Thaha:14).
Dengan adannya alam semesta beserta isinya ini merupakan tanda bahwa Allah SWT ada, dialah yang menciptakan jagad raya yang menakjubkan ini.
            Seorang badui ditanya tentang bukti adanya Allah, Dia menjawab: Kotoran unta itu menunjukan adanya unta dan kotoran hewan menunjukan adanya hewan keledai dan bekas kaki itu menunjukan adanya orang orang yang berjalan,maka langit itu mempunyai bintang dan bumi mempunyai jalan yang terbentang dan laut mempunyai ombak yang bergelombang. Apakah semua itu tidak menunjukan atas adanya  pencipta yang bijak, lagi maha berkuasa dan maha mengetahui?.
            Kebalikan sifat ini  adalah sifat adam yakti Allah SWT mustahil tidak ada.
C. Kemustahilan Mengetahui Dzat Allah
        Hakikat mengetahui kemustahilan dzat Allah SWT tidak mungkin dapat di ma’rifati oleh fikiran manusia. Karena sebagai makhluk Allah SWT manusia diberi akal fikiran namun tidak diberi ma’rifat untuk mengetahui dzat Allah SWT dan tidak pula diberi petunjuk untuk mengetahuinya dan mencapainya.
Sekalipun manusia diberi akal yang cerdik,cerdas dan pandai namun masih diberi batasan apalagi mengetahui kemustahilan untuk mengetahui dzat Allah SWT tersebut. Meskipun keterbatasan tersebut sudah diberi batasan yang kuat namun tetap terbatas dalam batasan tertentu dan bisa disebut masih lemah belum dapat mema’rifati kemustahilan dzat Allah SWT ini.
Manusia sampai saat ini masih belum bisa mengetahui hakikat dari jiwa manusia itu sendiri. Bahkan hal ini masih menjadi penelitian yang masih sering untuk dipermasalahkan dalam ilmu filsafat.
Seperti hal nya lilin yang memancarkan sinar atau cahaya. manusia masih belum bisa menguraikan tentang hakikat dari cahaya atau sinar itu sendiri. Padahal lilin tersebut adalah sebuah benda yang mengahsilkan cahaya yang terang. Padahal semua ini adalah yang biasa ada disekitar kehidupan keseharian kita.Dan misal lagi sebuah tangan yangbergerak untuk mengambil sebuah makanan untuk diarahkan ke mulut. Bagaimanakah tangan tersebut bisa bergerak mengambil makanan kemudian diarahkan kemulut.Apakah kita tahu kiranya yang menjadi perantara akal dalam mengetahui dan mempengarui gerak tersebut?
Kita semua sebagai manusia diberi akal untuk berfikir. Namun, apakah kita mengetahui apakah berfikir itu? Rasanya tidak seorang pun yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Dan kita pun melihat, mendengar berbicara dan lain lain namun apakah kita mengethui apakah hakikat tersebut.Jadi bagaimana hal tersebut dapat terjadi dengan spontanitas apa kiranya yang menjadi perantara kiranya yang berada ditengah tengah akal dan antara kekuatan akal dalam menimbulkan hasil yang mempengaruhi gerakan tersebut.
Maka dari itu hanya dalam misal ini kita saja sebagai makhluk Allah SWT yang diberi akal belum bisa mengetahui hakikat tersebut. Apalagi untuk mengetahui hakikat dari kemustahilan dzat Allah SWT. Bagaimanakah akal yang sempit itu bisa mengetahui kemustahilan dzat Allah SWT yang Maha tinngi tersebut.[3]
Sesungguh nya Dzat Allah SWT masih jauh lebih besar dari pada yang dapat dicapai oleh pemikiran akal manusia. Allah SWT berfirman dalam surat al-an'am 103 yang artinya “(dia tidak dapat dicapai oleh pengelihatan mata) engkau tidak akan dapat melihat – Nya sebab hal ini hanya khusus untuk kaum mukminin kelak diakhirat” sebagaimana yang diungkapkan dalam firman Nya QS. Al-qiyamah ayat 22-23.[4]
D. Sifat-sifat Allah SWT
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang tidak terhingga bagi allah. Kita sebagai muslim hukumnya wajib mempercayai bahwa terdapat sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Oleh karena itu marilah kita mengetahui 20 sifat wajib allah, 20 sifat mustahil allah, dan sifat jaiz allah. Sifat mustahil allah merupakan lawan dari sifat wajib allah.
1.      Sifat-sifat Wajib Allah
Sifat Wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah. Berikut ini adalah sifat-sifat wajib Allah.
a.       Wujud artinya Ada.
Allah itu dzat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapa pun. Dan tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Bukti adanya Allah ialah alam semesta dan makhluk hidup.
b.      Qidam artinya Dahulu.
Dialah Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Sebagai pencipta tentunya Allah telah ada lebih dahulu dari apapun yang diciptakannya. Tidak ada pendahulu atau pemula bagi Allah SWT.
c.       Baqa’ artinya Kekal.
Allah itu Maha Kekal. Tidak akan punah, binasa ataupun mati. Dia akan tetap ada selamanya.
d.      Mukholafatul Lilhadaditsi artinya Berbeda dengan Makhluk-Nya.
Allah Ta’ala sudah pasti berbeda dengan makhluknya . dialah dzat yang sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatu pun yang menyamainya atau menyerupai keagungannya.
e.       Qiyamuhu Binafsihi artinya Berdiri sendiri.
Allah itu Berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan siapapun.
f.        Wahdaniyah artinya Esa atau Tunggal.
Allah itu Esa , tidak ada sekutu baginya. Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta.
g.      Qudrat artinya Berkuasa.
Allah Berkuasa atas segala sesuatu.Tidak ada yang menandingi kekuasaan Allah Ta’ala.
h.      Iradat artinya Berkehendak.
Allah itu yang menentukan segala sesuatu. Apabila Allah berkehendak maka jadilah hal itu dan tidak seorang pun mampu mencegahnya.
i.        ‘Ilmun artinya Mengetahui.
Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang tampak ataupun disembunyikan.
j.        Hayat artinya Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, binasa ataupun musnah. Dia kekal selama-lamanya.
k.      Sama’ artinya Mendengar.
Allah Maha Mendengar. Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu. Baik yang diucapkan ataupun yang disembunyikan dalam hati.
l.        Bashar artinya  Melihat.
Allah maha Melihat segala sesuatu. Penglihatan Allah tidak terbatas, dia mengetahui apa-apa yang terjadi didunia ini.
m.    Kalam artinya Berbicara.
Allah bisa berbicara atau berkata-kata secara sempurna tanpa bantuan dari apapun.
n.      Kaunuhu Qadiran artinya Keberadaan-Nya Maha Kuasa.
Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.
o.      Kaunuhu Muridan artinya Keberadaan-Nya Maha Berkehendak
Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang bisa menolak kehendak-Nya.
p.      Kaunuhu ‘Aliman artinya Keberadaan-Nya Maha Mengetahui.
Allah Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang ditampakkan ataupun disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah yang Maha Esa.
q.      Kaunuhu  Hanyyan artinya Keberadaan-Nya Maha Hidup
Allah Maha Hidup. Tidak mungkin bagi Allah untuk binasa. Dia selalu mengawasi hamba-hambanya, tidak pernah lengah ataupun tidur.
r.        Kaunuhu Sami’an artinya Keberadaan-Nya Maha Mendengar.
Tidak ada yang terlewatkan bagi Allah dan tak ada pula yang melampaui pendengaran-Nya.
s.       Kaunuhu Bashiran artinya Keberadaan-Nya Maha Melihat.
Penglihatan Allah meliputi segala hal, baik yang terlihat ataupun yang disembunyikan.
t.        Kaunuhu Mutakalliman artinya Keberadaan-Nya Maha Berbicara.
Sama halnya dengan kalam, mutakalliman juga berarti Allah itu berfirman. Firman Allah terwujud dalam kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para nabi. Firman Allah begitu sempurna dan tidak ada yang menandingi.[5]
Sifat-sifat Wajib yang dimiliki Allah di atas, terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1.)    Sifat Nafsiyyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah SWT. Sifat yang tergolong kelompok ini adalah sifat Wujud.
2.)    Sifat Salbiyyah, yaitu sifat Allah yang menolak sifat-sifat yang tidak sesuai atau tidak layak bagi allah. Sifat yang tergolong kelompok ini adalah.
a.)    Al-Qidam
b.)    Al-Baqa’
c.)    Al-Mukhalafatu lilhawaditsi
d.)    Al-Qiyam Binafsihi
e.)    Al-Wahdaniyat
3.)    Sifat Ma’ani , yaitu sifat-sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia, serta dapat menyakinkan orang lain, lantaran kebenarannya dapat dibuktikan oleh panca indra. Yang termasuk kelompok ini adalah.
a.)    Al-Qudrat                                    
b.)    Al-Iradat
c.)    Al-‘Ilmu
d.)    Al-Hayat
e.)    As-sama’
f.)     Al-Bashar
g.)    Al-Kalam
4.)    Sifat Ma’nawiyyah
a.)    Kaunuhu Qadiran
b.)    Kaunuhu Muridan
c.)    Kaunuhu ‘Aliman
d.)    Kaunuhu Hayyan
e.)    Kaunuhu Sami’an
f.)     Kaunuhu Bashiran
g.)    Kaunuhu Mutakalliman

2.      Sifat-sifat Mustahil Allah
Sifat Mustahil Allah adalah sifat yang tidak ada ada pada Allah SWT. Sifat mustahil allah adalah lawan / kebalikan dari sifat wajib allah.[6]
a.       Adam artinya Tidak ada
b.      Huduts artinya Ada yang mendahului
c.       Fana’ artinya Sirna / berakhir
d.      Mumatsalatu lilhawaditsi artinya Ada yang menyamai
e.       Ihtiyaju lighairihi artinya Memerlukan yang lain
f.        Ta’adud artinya Berbilang
g.      Ajzun artinya Lemah
h.      Karahah artinya Terpaksa
i.        Jahlun artinya Bodoh
j.        Mautun artinya Mati
k.      Shamamun artinya Tuli
l.        Ama artinya Buta
m.    Bakamun artinya Bisu
n.      Kaunu ‘ajizan artinya Dzat yang Lemah
o.      Kaunuhu karihan artinya Dzat yang Terpaksa
p.      Kaunuhu jahilan artinya Dzat yang sangat Bodoh
q.      Mayyitan artinya Dzat yang Mati
r.        Kaunuhu ashamma artinya Dzat yang Tuli
s.       Kaunuhu ‘ama artinya Dzat yang Buta
t.        Kaunuhu abkama artinya Dzat yang Bisu

3.      Sifat Jaiz Allah
Selain memiliki sifat wajib dan mustahil yang wajib diyakini dan diimani oleh setiap umat muslim. Allah juga memiliki sifat jaiz. Sifat jaiz Allah SWT hanya ada satu saja, yaitu fi’lu mumkinin au tarkuhu, yang artinya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Dengan Sifat Jaiz Allah, Allah berhak memberi dan tidak memberi kepada seseorang, mengangkat derajat atau merendahkan derajat seseorang, juga mengampuni dan menyiksa seseorang. Contohnya Allah SWT memberi pahala orang yang taat dan memasukkannya ke dalam surga, itu semata-mata karena anugerah-Nya. Dan Allah menyiksa orang durhaka, karena keadilannya semata.
  

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Ma’rifat  adalah mengenal dan mengetahui berbagai ilmu secara rinci atau dapat diartikan sebagai pengetahuan atau  pengalaman secara langsung atas realita mutlak  . Sedangkan  ma’rifat kepada Allah adalah  mengenal dan  mengetahui Allah melalui batin dengan memahami rahasia-Nya.
Ma’rifat kepada Allah bisa berbagai cara yaitu dengan  pikiran dan memahami nama-nama dan sifat Allah  dan kemustahilan mengetahui dzat Allah.manusia tidak dapat mengetahui kemustahilan tersebut meskipun manusia sudah diberi akal fikiran. kitajuga sebagai umat islam juga wajib mengetahui sifat-sifat Allah dan menyakininya.
B.     SARAN
Demi kesempurnaan makal ini, memperlukan kajian lebih lanjut untuk mengenai “Iman Kepada Allah” oleh para pembaca.
Karena penulis pun juga masih mempunyai banyak kekurangan dalam penjabaran permasalahannya. Sehingga, sangat dibutuhkan kritik dan saran yang kontruktif sebagai kontruksi perwujudannya.
Semoga makalah ini pun bukan hanya hanya sedekar bermanfaat, tapi benar benar bermanfaat secara nyata. Baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi para pembaca pada umumnya dan juga bagi para penulis khususnya.





DAFTAR PUSTAKA
Al-Sharqawi,Abd Allah. “al-hikam al-‘Ata’iryah bi sharh shaykh al-islam”, ‘Atif Wafdi (ed.).(Kairo : Maktabah al-al-Rahmah al-Muhdat,Cet.Ke-2,2010), 19
_____, 79
Al-Marzuqi, Sayid Ahmad. Aqidatul Awam (Surabaya:Al-Hidayah,1999), 31


 
Download Link




Download Makalah IMAN KEPADA ALLAH (Format Doc.)





Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop