DUNIA ISLAM ABAD XIX
A. Penetrasi Kolonial Barat Terhadap Dunia Islam
" Menurut Harun Nasution, sejarah Islam terbagi dalam tiga periode. Pada periode yang ketiga yakni periode modern yang berkisar antara tahun 1800 sampai dengan masa yang sekarang ini, disebut masa kebangkitan. Seperti yang biasa dibaca dalam berbagai literatur, kondisi umat Islam pada masa ini amatlah parah. Seperti halnya Mesir yang jatuh ke tangan barat." [1]
Jadi, pada penjelasan di atas dapat dijabarkan. Bahwa, terdapat beberapa macam periode pada masa penetrasi barat dalam dunia Islam diantaranya yakni pada masa modern yang bisa disebut dengan masa kebangkitan. Keadaan umat Islam pada masa kebangkitan itu sangatlah parah, oleh karena itu terjadilah reaksi terhadap jatuhnya pusat-pusat peradaban Islam seperti halnya jatuhnya Mesir ke tangan Barat yang menyebabkan umat Islam di Mesir lemah dalam menghadapi penjajahan dunia Barat.
"Pada abad ke-18, ada beberapa hal penting yang mulai menandai permulaan tekanan penetrasi Barat terhadap Islam. Pertama Perang antara Turki dengan Rusia (1768-1774 M) yang berakhir dengan adanya perjanjian Traktat Kainarji. Perjanjian ini sangat menguntungkan Rusia terutama di Laut Hitam dan Semenanjung Balkan. Kedua, penaklukan Mesir dan invasi Prancis oleh Napoleon Bonaparte terhadap Palestina tahun 1798 M. Ketiga, Proklamasi Kemerdekaan Montenegro dari kekuasaan Turki pada tahun 1799." [2]
Dari sini dapat dilihat, pada akhir abad ke-18, ada beberapa kejadian besar yang menandai mulai masuknya penetrasi Barat terhadap dunia Islam. Diantara hal tersebut yaitu adanya perang antara Turki dengan Rusia (1768-1774 M). Konflik yang terjadi antara Turki dan Rusia ini berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Kainarji atau Traktat Kainarji pada tahun 1774. Para ahli sejarah melihat bahwa traktat tersebut merupakan awal dari jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah. Perang ini, menjadi titik balik dalam hubungan antara bangsa Barat dan Timur Tengah. Perjanjian Kainarji ini sangat menguntungkan bagi pihak Rusia terutama mereka yang ada di Laut Hitam dan Semenanjung Balkan. Peristiwa kedua yang menandai mulai adanya penetrasi barat ini yaitu adanya penaklukan Mesir dan invasi Prancis oleh Napoleon Bonaparte terhadap Palestina tahun 1798 M. Dan peristiwa yang ketiga yaitu, Proklamasi Kemerdekaan Montenegro dari kekuasaan Turki pada tahun 1799 M.
"Kejadian di atas secara politis amat menguntungkan Barat vis a vis kekuatan peradaban yang pada akhirnya akan mengeliminasi kekuatan Islam yang dimotori Turki terhadap negara-negara yang selama ini tunduk di bawa kekuasaannya." [3]
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa adanya kejadian-kejadian seperti yang telah diterangkan diatas menjadikan negara Barat semakin kuat, karena kejadian ini sangat menguntungkan bagi dunia barat vis a vis, yang akhirnya dengan kekuatan ini, dunia Barat dapat mengeliminasi kekuatan Islam yang dipimpin oleh Turki terhadap negara-negara yang selama ini tunduk di bawah kekuasaannya. Hal ini menjadikan dunia Islam mengalami kemunduran dan dunia Barat mendapatkan kedudukan, dengan demikian dapat menambah asupan semangat yang lebih besar lagi bagi orang-orang Barat untuk bisa merebut kekuasaan yang selama ini telah dikuasai oleh dunia Islam. Jadi, mulai dari sini dunia Islam mulai kehilangan beberapa wilayah kekuasaannya.Penetrasi kolonial barat ke dalam dunia Islam ini mulai masuk pada akhir abad ke-18, hal ini disebabkan karena beberapa hal yang menjadikan kolonial Barat semakin mudah menerobos untuk masuk ke dunia kekuasaan Islam. Diantaranya yaitu semakin rendahnya kualitas persatuan dan pengetahuan umat Islam. Umat Islam semakin terpecah belah saat itu, sehingga memudahkan jalan kolonial Barat untuk mengambil kekuasaan Islam pada saat itu. Selain itu, penyebab mudahnya terjadi penetrasi di dunia Islam yaitu politik tiga kerajaan besar Islam yang saat itu sedang mengalami kemunduran.
"Pada akhir abad ke-15 (1498) Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika yang merupakan pangkal tolak kemajuan ekonomi Eropa. Terjadilah perubahan besar yang sangat berpengaruh baik bidang ekonomi maupun politik internasional. Lintas perdagangan yang pada awalnya lewat daratan di wilayah Islam, beralih kelautan." [4]
Dari sini dapat dilihat, bahwasanya penyebab penetrasi ini tidak hanya berasal dari dalam saja, akan tetapi beberapa hal dari luar juga mempengaruhi adanya penetrasi kolonial barat terhadap dunia Islam. Diantara penyebabnya yaitu adanya penemuan pada abad ke-15 (1498) Tanjung Harapan dan Benua Amerika oleh Vasco de Gama yang menyebabkan perokonomian dunia Barat mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, karena mereka bisa memanfaatkan semua sumber daya, baik sumber daya alam, maupun sumber daya manusia di daerah-daerah yang mereka kuasai. Kemudian, adanya politik atau penguasaan wilayah yang memudahkan para penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan monopoli, sehingga para kolonial Barat menyusun stabilitas politik di negara-negara jajahannya dengan tujuan untuk mempermudah eksploitasi sumber daya manusia dan sumber daya alam serta menghindari adanya gangguan dari teman koloninya yang lain. Selain itu, kolonial Barat juga mengalami perkembangan dalam pemikirannya, mereka lebih mampu berfikir secara rasional dan filosofis sehingga memudahkan mereka untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada, seperti mengembangkan sains dan teknologi sehingga banyak penemuan-penemuan yang ditemukan oleh para ilmuwan dari dunia Barat.
"Dan sejak saat itulah kongsi-kongsi dagang Eropa bermunculan di kawasan Timur. Dan dengan kekuatan ekonomi yang diakibatkannya Eropa kemudian menjelma menjadi kekuatan politik yang segera mendesak dunia Islam." [5]
Berdasarkan kutipan diatas, dapat dilihat motivasi bangsa Barat datang ke negara Islam yaitu untuk motivasi ekonomi, politik dan agama. Awalnya mereka datang dengan alasan untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Namun, pada akhirnya mereka tergiur untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan lagi, sehingga muncul dalam benak mereka untuk menguasai ekonomi Islam dan daerah yang berada di bawah kekuasaan Islam. Hal yang paling mengkhawatirkan lagi yaitu, orang-orang Barat tersebut datang saat kondisi umat Islam sedang lemah dan memburuk sehingga menjadikan umat Islam tidak mampu bersaing dengan bangsa Barat yang datang dengan didukung oleh bantuan kekuatan militer yang tangguh. Dan sejak saat itulah, dunia Islam berada dalam kekuasaan kaum imprealisme. Kemudian keadaan ekonomi masyarakat Islam saat itu sedang tidak baik karena banyak dikeluarkan untuk biaya pertahanan dan banyaknya pemimpin dan orang-orang kerajaan yang senang berfoya-foya dan menghamburkan uang. Tidak hanya itu, penyebab adanya penetrasi kolonial Barat yang lain yaitu masyarakat Islam yang semakin membatasi pemikirannya, mereka berkembang dengan pemikiran yang tradisional, pintu ijtihad mulai mereka tutup dan dalam menjalani kehidupan ini, mereka memprioritaskan pada kehidupan akhirat yang hanya mengandalkan taklid semata.
"Penetrasi dalam lapangan politik tergambar lebih jelas lagi, dan tampaknya Timur Tengah, yang merupakan salah satu pusat peradaban Islam terpenting. Menjadi kawasan yang paling strategis dari sudut apapun. Kawasan ini menjadi ajang persaingan antara Inggris dan Perancis karena alasan yang sama, kawasan ini adalah daerah tolak ukur kemajuan perdagangan mereka dengan India dan Timur Jauh." [6]
Berdasarkan penjelasan di atas, penetrasi barat ini dalam bidang ekonomi dan politik sangat kejam, mereka mulai melakukan monopoli perdagangan, kemudian dilanjutkan dengan mengambil dan merebut pelabuhan-pelabuhan yang menjadi daerah perdagangan umat Islam, diantara daerah tersebut yaitu Arab, Persia, India dan Cina. Mereka juga mengambil secara paksa kekayaan hasil bumi umat Islam. Dan di zaman itu teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat, hal ini mejadikan bangsa Barat semakin menguasai lautan. Hal ini dapat terjadi karena Timur Tengah merupakan salah satu pusat peradaban Islam terpenting, karena posisinya yang strategis dari sudut manapun. Oleh karena itu, Timur Tengah menjadi ajang persaingan bagi bangsa-bangsa besar terutama yang berasal dari Eropa, seperti Inggris dan Eropa dengan meggunakan alasan yang sama untuk melakukan persaingan ini. Karena kawasan ini menjadi tolak ukur keberhasilan dalam perdagangan bagi bangsa-bangsa Barat tersebut. Kemudian membandingkannya, dengan negara-negara di Timur, seperti India dan Timur Jauh.
Tidak hanya di bidang ekonomi dan politik saja, mereka juga turun tangan di bidang kemasyarakatan. Di bidang kemasyarakatan ini orang-orang Barat sengaja memisahkan antara pihak yang kaya atau biasa disebut dengan kaum bangsawan dengan rakyat kecil. Mereka berusaha dengan cara membujuk kaum bangsawan agar mau mengikuti dan menuruti semua kehendaknya kemudian para bangsawan tersebut akan diberi kedudukan oleh mereka. Kemudian, kepada rakyat kecil mereka hanya mengawasi saja agar mereka tidak memberontak serta menyuruh mereka untuk tunduk dan patuh pada penguasa bangsa Barat yang saat itu sedang menjajah mereka. Selain itu, di bidang keagamaan mereka mempengaruhi umat Islam dan seringkali melakukan penghinaan-penghinaan terhadap umat Islam. Mereka mengatakan bahwa kaum agama Islam adalah orang yang bodoh dan terkekang. Menurut mereka kaum agama Islam tidak boleh berpolitik, mereka hanya memiliki kewajiban untuk ibadah saja di masjid. Orang Barat ini juga mengawasi umat Islam yang baru pulang dari ibadah haji. Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar mereka tidak terpengaruh oleh gerakan-gerakan pembaharuan dan perlawanan bangsa Asia-Afrika yang digerakkan oleh para pembaharu Islam. Selain berupa penaklukan dan penyerangan negara-negara Barat juga banyak melakukan penindasan, perbudakan dan adapula penghisapan. Penghisapan ini dilakukan pada hasil bumi dan kekayaan alam negara, dan perbudakan banyak dilakukan kepada orang-orang Islam yang wilayahnya telah jatuh ke tangan negara-negara barat.
"Ketika memasuki abad ke-19 dunia Islam (Turki), yang hingga saat itu masih memegangi klaim atas kepemimpinan umat Islam, mengalami kemunduran dan kemerosotan yang drastis. Sementara dua negara yang rival yang selalu menjadi seterunya. Rusia dan Austria, telah mempersiapkan diri untuk merebut kekuasaan dari tangan Turki." [7]
Dari sini dapat dilihat bahwa penurunan yang dialami oleh dunia Islam dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh dunia Barat, mereka menggunakan kemunduran itu untuk bisa mengambil kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang Islam. Sehingga semakin mudah masyarakat Barat mendapatkan kekuasaan dari dunia Islam. Maka tidak heran apabila pada abad ke-19 dunia Islam benar-benar mengalami kemunduran dan kemerosotan yang drastis.
"Satu persatu negara yang berada di bawah kekuasaan Turki jatuh ke tangan orang-orang Barat. Seperti halnya Al-Jazair jatuh ke tangan Prancis pada tahun 1830, kemudian diikuti oleh jatuhnya Tunisia pada tahun 1881, dan Maghribi (Maroko) pada tahun 1911. Pada tahun yang sama pula (1911) jatuh ke tangan Italia. Dan pada tahun 1882 Inggris berhasil merebut Mesir dan disusul pada tahun 1917 Irak berada dalam kekuasaan Inggris." [8]
Dari Paragraf tersebut dapat disimpulkan bahwa dunia Barat berhasil merealisasikan rencananya kepada Dunia Islam sehingga bisa menguasai beberapa daerah yang dahulunya merupakan daerah kekuasaan Islam. Mereka berhasil mendapatkan daerah kekuasaan Islam, sehingga pada akhirnya kekuatan Islam semakin lama semakin lemah dan kekuatan barat semakin lama semakin kuat. Mereka berhasil menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam satu per satu. Sehingga, pemerintah Islam yang dulu menjadi pemimpin disana kehilangan wibawa dan kharismanya. Ini terjadi, karena pemerintahan Islam belum bisa membuat strategi untuk menjawab strategi orang-orang Barat.
B. Kemunduran Dunia Islam
"Pada umumnya kemunduran peradaban Islam secara nyata tampak sejak jatuhnya Baghdad (pusat pemerintahan dan peradaban Islam di Timur) ke tangan bangsa Mongol, dan jatuhnya Codoba (pusat pemerintahan dan peradaban Islam di Barat) ke tangan penguasa Kristen di Barat, kurang lebih abad ke-13 M, walaupun sebenarnya gejala-gejala dan faktor-faktor penyebabnya sudah mulai nampak pada masa-masa sebelumnya. Kemunduran peradaban Islam tersebut secara berangsur atau susut sampai dengan abad ke-16 M dan pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-19, boleh dikatakan peradaban Islam surut kemudian mandeg dan berada dalam kegelapan, serta dijajah oleh peradaban dan bangsa-bangsa Barat." [9]
Berdasarkan paragraf tersebut kita bisa melihat bahwa kemunduran Islam dimulai dari jatuhnya Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan dan peradaban Islam di Timur, tidak hanya kota Baghdad saja yang mengalami kemunduran, akan tetapi Codoba yang menjadi pusat pemerintahan dan peradaban Islam di barat pun juga merasakan jatuh seperti halnya yang dialami oleh kota Baghdad, sehingga Islam kehilangan daerah kekuasaan yang menjadi pusat pemerintahan dan peradabannya di barat dan timur ini, sehingga tidak heran apabila Islam bisa mengalami kemandegan pada masa itu, karena Islam kehilangan tumpuannya, yaitu dua daerah besar tersebut. Sebenarnya, faktor-faktor dan penyebab kejatuhan Islam dapat dilihat sejak masa-masa sebelum jatuhnya dua daerah besar tersebut, namun mereka tidak sadar akan itu, sehingga hal ini semakin dimanfaatkan oleh orang-orang dari barat, untuk semakin menjatuhkan Islam. Sehingga orang Islam terlambat untuk menangani tak tik yang dilakukan orang Barat. Hal ini menjadikan dunia Islam semakin mengalami penurunan yang terus menerus dari abad ke abad. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat Islam tidak mengambil tindakan secara tegas untuk mengahadapi dunia Barat. Yang dimulai pada abad kurang lebih 13 M, dan berjalan terus menerus sampai pada abad ke-19 M. Pada abad ke-19 M inilah dunia Islam mandeg dalam kegelapan. Pada masa inilah dunia Islam mulai berada dalam jajahan orang-orang Barat. Yang dampaknya dapat dirasakan sampai saat ini.
"Masa disentegrasi merupakan masa pemisahan dinasti kecil dari kekuasaan pusat (Baghdad). Juga ditandai oleh adanya perebutan kekuasaan antara dinasti-dinastitersebut untuk saling menguasai dan menghancurkan. Pada tahun 945 M Ahmad Ibn Buwaihi, sebab satu dinasti Syi'ah, mengadakan serangan ke Baghdad dan dinasti Buwaihi berhasil menguasai ibukota Bani Abbas sampai tahun 1055 M." [10]
Berdasarkan paragraf tersebut, kemunduran peradaban Islam ini disebabkan adanya beberapa keretakan hubungan diantara umat Islam yang ada saat itu. Dan adanya masa disintegrasi (1000-1258 M), pada masa ini banyak terjadi keretakan dikalangan umat, terutama di bidang politik. Akibat adanya hal ini kekuasaan Baghdad dapat menurun dan dihancurkan oleh Hulagu pada tahun 1253 M, karena hal ini umat Islam kehilangan peran khilafah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam. Sebenarnya masa disintegrasi ini sudah mulai ada pada masa bani Umayyah, akan tetapi puncak adanya disintegrasi ini yaitu pada masa Bani Abbasiyah, Abbasiyah III, dan IV terutama setelah khalifah-khalifah hanya menjadi boneka, karena para gubernur memisahkan diri dari para khalifah dan memproklamirkan dirinya sebagai khalifah-khalifah kecil, sehingga karena ini banyak muncul dinasti-dinasti kecil yang memiliki kekuasaannya tersendiri. Masa disintegrasi ini merupakan masa pemisahan dinasti kecil dari kekuasaan pusat (Baghdad). Juga ditandai oleh adanya perebutan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut untuk saling menguasai dan menghancurkan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 945 M Ahmad Ibnu Buwaihi, sebab satu dinasti Syi'ah, mengadakan serangan ke Baghdad dan dinasti Buwaihi berhasil menguasai ibukota Bani Abbas sampai tahun 1055 M.
"Dinasti-dinasti kecil yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah di antaranya adalah [11] :
1. Bangsa Persia :
a. Thahiriyyah di Khurasan (205-25 H/ 820-872 M)
b. Shafariyah di Tars (254-290 H/ 868-901 M)
c. Samaniyah di Transoxania (261-389 H/ 873-998 M)
d. Sajiyyah di Azerbaijan (266-318H/ 878-930 M)
e. Buwaihiyah, menguasai Baghdad (320-447 H/ 932-1055 M)
2. Bangsa Turki :
a. Thuluniyah di Mesir (254-292 H/ 837-903 M)
b. Ikshsiydiyah di Turkistan (320-560 H/ 932-1163 M)
c. Ghaznawiyah di Afghanistan (315-585 H/ 962-1189 M)
d. Dinasti Saljuk dan cabang-cabangnya.
3. Bangsa Kurdi :
a. Al-Barzuqani (348-406 H/ 959-1015 M)
b. Abu Ali (380-489 H/ 990-1095 M)
c. Ayubiyah (564-648 H/ 1167-1250 M)
4. Bangsa Arab :
a. Idrisiyyah di Maroko (172-375 H/ 788-985 M)
b. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/ 800-900 M)
c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/ 825-898 M)
d. Alawiyah di Tabaristan (250-316 H/ 864-928 M)
e. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H/ 929-1002 M)
f. Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H/ 1011-1150 M)
g. Ukailiyyah di Maushil (386-489 H/ 996-1095 M)
h. Mirdasiyyah di Aloppo (414-472 H/ 1023-1079 M)
5. Yang Mengaku sebagai khilafah :
a. Umayyah di Spanyol (Andalusia)
b. Fathimiyyah di Mesir."
Dari beberapa dinasti yang telah dikelompokkan seperti diatas, dapat kita lihat bahwa setelah mundurnya Baghdad dan Cordoba semakin banyak dinasti-dinasti yang memisahkan diri dari baghdad, maka Baghdad sebagai pusat perkembangan dan peradaban Islam semakin kehilangan kekuatannya untuk bisa bertahan dari serangan dan jajahannya dari dunia Barat. Dengan lahirnya banyak dinasti-dinasti kecil ini bisa dilihat bahwa umat Islam ini juga mengalami kemunduran disebabkan oleh umat Islam yang telah mengalami pecah belah, sehingga kekuatan umat Islam semakin rapuh, karena tidak ada persatuan diantara mereka, apabila tak ada persatuan maka semakin mudah pula suatu kelompok diruntuhkan.
"Munculnya dinasti-dinasti kecil tersebut dilatarbelakangi oleh persaingan antar bangsa (Arab, Persia, dan Turki), di samping faham keagamaan (terutama Sunni dan Syi'ah), [12] yang ditandai dengan menurunnya kharisma istana, ketidakjelasan mekanisme politik dan administrasi negara, kemerosotan ekonomi, serta munculnya berbagai pemberontakan." [13]
Dari situ dapat dilihat lebih jelas lagi bahwa kemunduran di dunia Islam ini juga disebabkan oleh masyarakat Islam itu sendiri, mereka lebih mudah untuk diruntuhkan apabila mereka berselisih, banyak terjadi perselisihan di dalam dunia Islam, baik perselisihan antar bangsa maupun perselisihan antar faham. Selain itu, banyak terjadi pemberontakan di dalam dunia Islam ini yang dapat menurunkan kharisma istana, sehingga kerajaan Islam semakin kehilangan wibawanya dihadapan rakyat Islam itu sendiri dan juga dihadapan para musuhnya. Dengan demikian, dunia Islam semakin kehilangan kekuatan dan dukungan dari orang-orang sekitarnya dan masyarakat Islam itu sendiri. Ketika terjadi perselisihan diantara bangsa dan faham, maka terjadi permusuhan diantara umat Islam itu sendiri. Sehingga, umat Islam semakin terlihat buruk dihadapan orang-orang Barat. Di samping masalah faham keagamaan, munculnya dinasti-dinasti kecil ini juga disebabkan kemerosotan ekonomi, ketidakpastian mekanisme politik dan administrasi negara.
"Jika situasi pemerintahan Abbasiyah seperti digambarkan di atas sebagai penyebab umum lahirnya dinasti-dinasri kecil, sebenarnya ada penyebab khusus yang lebih kasuistik, yaitu [14] :
1. Secara geografis, jarak antara pemerintahan pusat dengan wilayah yang sangat jauh.
2. Secara politis, para gubernur (wali) menghendaki otonomi kekuasaan.
3. Secara Ideologis, terdapat pertentangan faham antara Baghdad yang Sunni dan beberapa wilayah yang Syi'i."
Dari keterangan di atas kita dapat mengetahui lahirnya dinasti-dinasti kecil ini tidak hanya disebabkan karena sebab umum seperti yang telah diterangkan sebelumnya, akan tetapi juga terdapat sebab khusus yang mendasarinya. Diantara sebabnya yaitu jarak yang jauh antara pemerintahan pusat dengan wilayah yang sangat jauh, dari sini dapat kita lihat bahwa pada mulanya wilayah Indonesia sangat luas, sehingga perlu penataan dan pengaturan negara yang tepat agar semua wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam ini dapat dijangkau dengan baik dan pemerintah tidak fokus dalam satu wilayah saja dalam memerintahkan negaranya. Selain itu, sebab yang lainnya yaitu adanya penyelewengan dalam pemerintahan yang dilakukan oleh orang-orang pemerintahan itu sendiri, mereka melakukan otonomi kekuasaan yang dapat merugikan rakyat itu sendiri sehingga tidak heran apabila mereka melakukan pemberontakan dan lain sebagainya. Kemudian, sebab lain yaitu adanya pertentangan faham, ini adalah hal yang terberat dan memerlukan toleransi diantara kedua belah pihak, karena apabila kita sudah membicarakan masalah keyakinan tidak bisa dipaksakan, akan tetapi membutuhkan kesadaran diri dari masing-masing pribadi untuk bisa saling menghargai perbedaan keyakinan yang ada ini, karena pada dasarnya manusia ini diciptakan berbeda-beda agar bisa saling-mengenal satu sama lain, bukan malah untuk menciptakan permusuhan di antara sesama. Perbedaan bukan alasan untuk membuat jurang pemisah antara umat Islam. Dan mungkin peristiwa yang terjadi pada masa itu masih bisa dirasakan pada masa sekarang, yaitu adanya perselisihan diantara umat Islam hanya karena perbedaan faham yang mereka anut.
Menurut Watt, sebagaimana yang dikutip oleh Badri Yatim, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas terlihat pada awal abad ke sembilan. Pada saat itu kekuasaan militer mengalami kemunduran dan untuk mengganti hal itu para penguasa Abbasiyah, mempekerjakan orang-orang professional di bidang kemiliteran khususnya mereka yang berasal dari Turki. Akan tetapi pada akhirnya, kemiliteran yang dibentuk ini menjadi ancaman besar bagi kekhalifahan yang ada. Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah sudah mulai muncul gerakan-gerakan kebangsaan (anti arab). Gerakan ini yang memberikan banyak inspirasi kepada gerakan politik, di samping persoalan keagamaan. Kemunduran yang sebenarnya adalah dalam bentuk atau dikarenakan ketidakseimbangan perkembangan aspek-aspek dan budayanya. Masa kemunduran Islam ini ditandai dengan adanya penolakan terhadap budaya-budaya baru yang ada. Umat Islam pada masa itu hanya fokus pada pemikiran yang masih sangat tradisional, mereka fokus pada kehidupan yang berbau akhirat. Sehingga, mereka melupakan urusan dunia mereka, dan sebenarnya pemerintahan yang baik yaitu pemerintahan yang bisa terus berkembang dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada, serta seimbang antara urusan dunia dan akhiratnya.
Muhammad Syarif menyebutkan tiga sebab pokok kemunduran peradaban Islam. Dengan adanya pernyataan ini dapat melengkapi gambaran kemunduran Islam sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, diantara sebab pokok kemunduran peradaban Islam ini yaitu Banyak filsafat Islam yang dimasukkan oleh Al-Ghazali dalam alam Islami Timur, sementara Ibnu Rusyd secara agak berlebihan memasukkannya ke alam Islami Barat, penyebab lainnya yaitu para khalifah dan amir Islam saat itu melupakan ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemudian, penyebab selanjutnya yaitu banyaknya terjadi pemberontakan di kalangan masyarakat.
DUNIA ISLAM ABAD XX
A. Proses Pembebasan Diri dari Kolonialisme Barat
"Periode Pertengahan (1250-1800 M), periode ini juga dibagi menjadi dua fase, yaitu fase kemunduran (1250-1500 M) pada fase ini disentralisasi dan disentegrasi semakin meningkat, dan fase tiga kerajaan besar (Turki Usmani, Safawi di Persia dan Mughal di India). Periode Modern dinamai juga dengan era kebangkitan dimana penjajahan Barat atas dunia Islam menyadarkan umat Islam akan kelemahan dirinya. Hal ini menimbulkan umat Islam bangkit dan berusaha untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Usaha ini ditandai dengan munculnya beberapa gerakan pembebasan dari kolonialisme Barat." [15]
Jadi, pemikiran umat Islam yang seperti ini sangatlah tepat, dengan bangkitnya umat Islam dari keterpurukan ini bisa menjadikan Islam menjadi agama yang lebih kuat lagi dan dihargai oleh agama yang lain. Kebangkitan mereka ini muncul setelah mereka mengalami kebekuan dan kelesuan pemikiran selama beberapa abad, para tokoh Islam berusaha untuk membangkitkan Islam kembali, terutama di dalam bidang hukum. Kebangkitan umat Islam ini sebagai reaksi terhadap adanya taqlid yang dilakukan oleh umat Islam yang membawa mereka kepada kemunduran dunia Islam secara keseluruhan. Menurut beberapa pengamat sejarah, kebangkitan Islam ini terjadi karena adanya dampak Barat. Selain itu, penyebab kebangkitan dunia Islam ini yaitu muncul banyak penyelewengan-penyelewengan di dalam ajaran Islam di berbagai bidang, baik yang terjadi di kalangan masyarakat biasa, maupun dalam tingkat politik dan juga pendidikan. Dengan demikian, diperlukan adanya proses pembebasan dan pembaharuan baik di bidang pendidikan, politik dan juga aqidah.
Penyebab lain dari pembebasan dunia Islam ini yaitu karena dalam ajaran agama Islam terdapat ajaran-ajaran yang absolute dan mutlak benar, yang bersifat kekal tidak bisa berubah. Ajaran ini diyakini sebagai doktrin oleh masyarakat yang hanya taqlid terhadap hukum yang ada, hal ini menjadikan mereka bersifat dogmatis terhadap ajaran yang ada. Adanya sifat tersebut, menjadikan umat Islam pada saat itu berfikir terbatas dan tradisional, sehingga pemikiran umat Islam pada saat itu tidak berkembang secara menyeluruh dan rasional, yang menjadikan mereka tertinggal jauh oleh perkembangan dunia Barat saat itu. Kelemahan lain yang menjadikan umat Islam mengalami kemunduran yaitu ada di dalam bidang aqidah yang sudah tercemari oleh adanya bid'ah dan khufarat, selain itu mereka juga mengalami ketertinggalan dalam bidang sains dan teknologi. Kemudian dengan adanya tokoh pembaharuan ini menjadikan umat Islam bisa berfikir ke depan lagi dan menyadarkan mereka untuk bangkit dari pemikiran yang masih tradisional itu.
Faktor lain yang menjadikan umat Islam bangkit yaitu, benturan antara umat Islam dan kekuatan Eropa yang mampu menyadarkan umat Islam akan ketertinggalannya yang jauh dari dunia Barat. Turki Usmani adalah yang pertama merasakan akan adanya hal itu, oleh karena itu mereka mengirimkan penguasa dan pejuang Turki untuk belajar di Eropa. Selain itu, adanya dorongan gagasan merupakan faktor yang saling mendukung dalam gerakan pembebasan Islam dari dunia Barat, diantaranya yaitu pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang menyebabkan kemunduran Islam dan juga gagasan-gagasan yang menyebabkan pembaharuan dan muncul ilmu pengetahuan dari Barat. Selain itu, bangkitnya gagasan nasionalisme di dunia Islam yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan bekal umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang lepas dari pengaruh Barat.
Usaha untuk membangkitkan kembali ajaran Islam diantaranya yaitu, pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran ajaran Islam dan juga menuntut ilmu untuk menemukan gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pelajar muslim yang dikirim oleh para penguasa Turki dan Mesir ke Eropa. Di Eropa para pelajar tersebut banyak menimba ilmu pengetahuan baru, kemudian menerjemahkan karya-karya Barat ke dalam bahasa mereka masing-masing. Tidak hanya di bidang pendidikan saja, akan tetapi mereka juga memasuki bidang politik, karena memang agama Islam tidak bisa dipisahkan dengan dunia politik. Gagasan yang pertama kali muncul pada saat itu adalah Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) gagasan ini disuarakan oleh tokoh pemikir Islam yang terkenal yaitu, Jamaludin Al-Afghani. Gerakan populer yang muncul pada saat itu yaitu gerakan nasionalisme.
B. Gerakan-Gerakan Pembebasan
" Munculnya gerakan pembaharuan dalam Islam, merupakan wujud dari bentuk kesadaran umat Islam dari ketertinggalan dan keterbelakangan bangsa Barat. Banyaknya persoalan yang dihadapi umat Islam, baik persoalan intern seperti adanya penyimpangan ajaran Islam dari ajaran sebenarnya, persaingan antar penguasa muslim, dan sebagainya. Selain itu, adapula persoalan ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan bangsa-bangsa Barat, yang menuntut segera diatasi dan dipecahkan masalahnya." [16]
Maksud dari kutipan di atas yakni terjadinya proses pembebasan diri dari kolonilisme barat karena umat Islam sudah mulai merasa tertinggal dan terbelakang. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa sebab diantaranya yaitu sebab yang berasal dari dalam sendiri yang seringkali disebut dengan persoalan intern, bentuk dari masalah yang ada seperti penyimpangan ajaran Islam dari ajaran yang sebenarnya, dan adapula persaingan yang terjadi antar penguasa yang semakin membuat perselisihan antar umat Islam ataupun persoalan esktren yang terjadi karena adanya tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh bangsa barat.
1. Gerakan Pan-Islamisme
"Gagasan Pan-Islamisme muncul pada pertengahan abad ke-19. Pencetusnya adalah Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897 M). Al-Afghani melihat pada saat itu, umat Islam berada dalam kemunduran yang sangat membahayakan. Menurut Al-Afghani, kemunduran umat Islam, bukan karena ajaran Islam, tetapi karena umat Islam itu sendiri yang tidak mau berusaha merubah nasibnya sendiri. Umat Islam terpengaruh oleh faham fatalisme sehingga menjadi statis, tidak dinamis." [17]
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwasanya ajaran Islam itu benar dan tidak salah akan tetapi kitalah manusianya yang salah dalam menghadapi dan memandang suatu masalah. Pendapat Sayyid Jamaludin Al-Afghani seperti yang di atas benar adanya, apabila kemunduran dan kemerosotan yang dialami oleh umat Islam ini memang terjadi karena kesalahan orang Islam itu sendiri yang mudah terpengaruh dan tidak yakin akan janji Allah, mereka mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang baru mereka terima, tanpa harus mempertimbagkannya terlebih dahulu. Apabila mereka terpengaruh oleh adanya faham fatalis yang bersifat statis dan tidak dinamis, maka akan sulit menciptakan persatuan diantara umat Islam, sedangkan yang dapat menjadikan kemunduran dan kemerosotan dunia Islam adalah hal tersebut. Banyak perpecahan yang terjadi dikalangan umat, karena mereka kurang bisa menghargai perbedaan yang ada diantara mereka, hal ini juga bisa menimbulkan rasa kaku dalam menerima hal yang baru. Sedangkan sifat yang seperti inilah yang harus dihilangkan dalam diri umat Islam, karena pada dasarnya Allah menciptakan manusia di muka bumi ini berbeda-beda agar mereka bisa saling mengenal, bukan malah menciptakan permusuhan seperti halnya yang terjadi pada masa lalu.
" Dilihat dari segi politik, menurut Al-Afghani, kemunduran umat Islam disebabkan perpecahan dikalangan umat Islam, pemerintahan yang absolut, mempercayakan pimpinan kepada orang yang tidak dipercaya, mengabaikan masalah kemiliteran, menyerahkan administrasi kepada orang-orang yang tidak kompeten dan adanya intervensi asing. Intervensi asing terlihat bagaimana Inggris ikut campur dalam masalah politik dan ekonomi dunia Islam, seperti di India dan Mesir." [18]
Dari paragraf di atas dapat diketahui, bahwasanya faktor dari dalam yang menyebabkan adanya kemunduran dan kemerosotan dunia Islam ini. Karena apabila dipandang dari segi politik, kemunduran dunia Islam terjadi karena adanya perpecahan diantara umat Islam. Mereka banyak menyerahkan kepemimpinan yang mutlak kepada para pemimpin yang tidak amanah atau dengan kata lain yaitu tidak bisa dipercaya, mereka juga mengabaikan masalah di bidang kemiliteran, dan menyerahkan masalah keuangan kepada orang-orang yang tidak berkompeten dan adanya intervensi asing. Campur tangan asing dapat dilihat ketika Inggris terlibat dalam masalah politik dan ekonomi dunia Islam, seperti di India dan Mesir. Apabila seorang pemimpin tidak memiliki sifat amanah dan mengabaikan rakyatnya, bagaimana suatu negara bisa tetap berkembang dan mampu menghadapi tangtangan dari luar. Justru, yang akan terjadi adalah sebaliknya, negara akan kacau dan tidak memiliki ketentraman dalam kehidupannya dan musuh akan semakin mudah dalam mengahancurkannya. Rakyat akan melakukan pemberontakan dan tidak akan percaya lagi dengan pemerintah yang telah memimpin mereka. Dengan demikian orang atau bangsa dari luar akan semakin mudah menghancurkan kita dan merebut kekuasaan kita. Maka tak heran bila pada masa itu dunia Islam mengalami kemunduran dan kemerosotan.
"Melihat kondisi yang lemah seperti ini, menjadikan Al-Afghani terbuka fikirannya, beliau melihat adanya kondisi dimana umat Islam yang lemah diancam oleh dunia Barat yang kuat dan dinamis. Kelemahan umat Islam terlihat jelas dalam perpecahan umat Islam di kalaitu. Untuk memperbaiki hal ini, terbesit dalam fikiran Al-Afghani untuk bisa membangkitkan umat Islam melalui cara dengan mewujudkan persatuan diantara umat islam di zaman klasik. Diharapkan dengan adanya persatuan diantara umat Islam ini, pada suatu saat nanti umat Islam bisa membela dan membangkitkan lagi diri mereka dari penjajahan dan intervensi dunia Barat. Jadi, dengan tujuan yag seperti inilah, ide Pan-Islamisme muncul dalam benak Jamaluddin Al-Afghani untuk dicetuskan dan diterapkan dalam dunia Islam yang pada saat itu sedang mengalami kemunduran dan berada dalam penjajahan bangsa asing." [19]
Jadi, Jamaluddin Al-Afghani menciptakan gerakan ini bertujuan untuk menciptakan persatuan dikalangan umat Islam yang mulai terpecah belah dan mendapatkan ancaman dari dunia Barat. Jamaluddin Al-Afghani berpendapat bahwasanya yang menyebabkan terjadinya masalah pada masa itu yaitu banyaknya perpecahan dikalangan umat, maka apabila umat Islam bisa bersatu maka masalah ini bisa ditangani. Dan Al-Afghani berharap agar ketika telah tercipta suatu persatuan umat Islam dapat bangkit dan membela dirinya dari penjajahan dunia Barat. Ketika persatuan itu terjadi, maka dapat diatasi dan dihindari adanya campur tangan bangsa lain terhadap aturan dan urusan bangsa-bangsa Islam, sehingga akan tercipta kemabali kekuatan Islam dan membuang jauh-jauh keterpurukan itu. Sehingga kedamaian dan ketentraman bisa kembali terwujud. Dengan demikian, apabila gerakan ini bisa terwujud maka kemungkinan besar Islam bisa berjaya kembali. Karena mereka bisa saling menghargai dan membuat indah perbedaan yang ada.
"Pan-Islamisme membawa pengaruh besar,sebagai contoh, Sultan Abd. Hamid II (1876-1909 M) dari Turki Usmani, menyambut baik gagasan ini. Ia mendirikan organisasi propaganda Pan-Islamisme, dan ia mengirimkan utusan-utusan yang tidak terhitung jumlahnya ke negeri-negeri Islam, dengan membawa pesan dan harapan agar dapat bersiap-siap melepaskan diri dari penjajahan Barat. Propaganda yang ada ini berjalan selama 30 tahun. Efek inilah yang kemudian hari melahirkan pemimpin nasionalisme di kalangan umat Islam yang berjuang menuntut kemerdekaan negeri mereka dari kolonialisme barat." [20]
Dari paragraf di atas dapat kita ambil kesimpulan bahawa gerakan Pan-Islamisme ini dapat diterima dengan baik oleh para pembesar-pembesar Islam pada masa itu, mereka mulai mengambil langkah untuk bangkit melawan dan melepaskan diri dari penjajahan dunia Barat. Karena mulai muncul dalam diri mereka kesadaran untuk memperjuangkan hak mereka dari penjajahan yang dilakukan oleh dunia Barat ini. Sehingga tindakan-tindakan seperti mengambil hak kemerdekaan mereka sedikit demi sedikit mulai dilakukan. Agar kemerdekaan itu bisa didapatkan kembali. Dan dengan adanya gerakan Pan-Islamisme ini mendasari lahirnya gerakan nasionalisme yang menjadi lanjutan dari gerakan Pan-Islamisme untuk mencapai kejayaan dunia Islam kembali yang telah beberapa saat dirampas oleh dunia Barat. Dan dari sini dapat dilihat bahwa persatuan dapat meciptakan kekuatan baru.
2. Gerakan Nasionalisme
"Gerakan nasionalisme adalah gerakan kebangsaan. Gagasan ini berasal dari Barat yang masuk ke negeri-negeri Muslim melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar muslim yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan Barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini awalnya banyak mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Islam karena dipandang tidak sesuai dengan semangat ukhuwah Islamiyah. Akan tetapi, ia berkembang cepat gagasan Pan-Islamisme redup. Gerakan ini banyak muncul di negeri-negeri Muslim, terutama setelah perang dunia pertama." [21]
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwasanya ide adanya gerakan nasionalisme muncul ketika gerakan Pan-Islamisme mengalami keredupan. Ide nasionalisme ini berasal dari Barat dan bisa masuk ke dunia Islam karena adanya persentuhan antara dunia Barat dengan dunia Islam. Hal ini dipercepat dengan banyaknya pelajar muslim yang dikirim ke Barat untuk belajar di sana dan adanya lembaga-lembaga pendidikan model Barat. Mengenai arti nasionalisme sendiri ada yang mengatakan bahwa arti dari nasionalisme yaitu kesadaran jiwa. Adapula yang mengartikan bahwa gerakan ini adalah suatu kepercayaan, yang dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan, sehingga mereka membentuk suatu "kebangsaan", nasionalisme juga diartikan sebagai rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu "Bangsa". Namun, pada paruh abad ke-19 tampak pandangan Eropa meluas hinggga ke seluruh penjuru dunia. Sehingga istilah nasionalisme diganti menjadi Ras. Nasionalisme terus mengalami perkembangan. Perkembangan baru nasionalisme pada tingkat rasial, awalnya hanya terbatas pada pusat-pusat lama kebudayaan Eropa, namun dengan terus berkembangnya pemikiran orang-orang Barat maka nasionalisme ini meluas sampai ke semua pelosok.
Pada akhir abad ke-19, nasionalisme pertama kali sampai ke Asia yang menjadi sebab lahirnya gerakan Turki Muda, Mesir Muda, dan gerakan nasionalisme yang lain. Hal tersebut menjadi bukti bahwa Asia telah dihinggapi oleh kesadaran adanya nasionalisme. Secara umum muncul dan berkembangnya nasionalisme ini disebabkan oleh kolonialisme dan sikap pemerintahan Turki Usmani. Kesadaran pemimpin dan masyarakat Islam atas jajahan bangsa Barat ini menjadikan mereka sadar akan pentingnya nasionalisme. Sehingga, semakin banyaknya yang cinta tanah air dan mengharapkan masa depan yang baik untuk negaranya, maka serangan-serangan Barat yang semakin menjadi-jadi, menjadikan mereka semakin sadar dan bangkit untuk mewujudkan kemerdekaan mereka yang terancam.
Faktor lain yang menjadi latar belakang gerakan nasionalisme lahir di dunia Islam yaitu kebencian yang membara bagaikan api di tempat pandai besi, terhadap sikap-sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh pemerintahan Tuki Usmani kepada mereka yang tidak sebangsa dengan bangsa Turki. Bagi bangsa Arab, meskipun dominasi Turki sudah seribu tahun lamanya, namun perbedaan ras diantara mereka tidak bisa berhubungan dengan baik, karena keadaan rasial mereka yang sangat bertentangan. Ditambah lagi dengan ketidakadilan yang dilakukan oleh bangsa Turki telah melukai hati orang-orang Arab, hal itu dianggap sebagai penghinaan oleh bangsa Arab yang sering disebut sebagai "Umat pilihan".
Ketika Perang Dunia pertama terjadi, pihak Barat semakin berusaha untuk meciptakan perpecahan dan mengahncurkan umat Islam. Dengan cara memperbesar permusuhan antara orang-orang Arab dan Turki, salah satu caranya yaitu dengan menjanjikan kemerdekaan nasional sesudah perang terhadap orang Arab, Hal tersebut yang menjadikan orang Arab semakin bangkit dan bersemangat untuk memerangi orang Turki, memeranginya dengan keberanian yang luar biasa.
a. Mesir
"Masuknya Napoleon ke Mesir (1798) tanpa perlawanan yang berarti dari umat Islam kembali menyadarkan umat Islam akan kemerdekaan kebudayaannya. Pada masa selanjutnya memunculkan gagasan-gagasan besar bagi para pemikir dan pemimpin umat Islam khususnya di Mesir. Patriotisme Mesir dipelopori oleh Al-Tahtawi (1801-1873) yang berpendirian bahwa Mesir dan negara lain baru bisa maju bila berada di bawah penguasa sendiri, bukan di bawah orang asing. Nasionalisme Mesir dipelopori oleh Musthafa Kamil (Lahir 1874) yang mendirikan partai Hizb al-Wathan untuk memperjuangkan kemerdekaan Mesir dari kekuasaan Inggris. Musthafa Kamil tidak berusia panjang, ia meninggal pada tahun 1908 dalam usia 34 tahun. Perjuangannya dilanjutkan oleh Muhammad Faried Bey (1867-1919), ia adalah pemimpin majalah "Al-Liwa". Lewat majalah ini, ia mengumandangkan semangat nasionalisme." [22]
Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa Patriotisme di Mesir dipelopori oleh Al-Tahtawi yang memiliki pendirian bahwa Mesir dan negara lain bisa maju apabila di bawah kepemimpinan sendiri, bukan berada di bawah kepemimpinan orang lain. Dan hal ini benar adanya karena ketika seseorang di bawah kepememimpinan sendiri maka rasa ikhlas dalam menjalani semua hal tersebut lebih terasa dan akan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi kemajuan sesuatu hal tersebut, karena hasilnya nanti akan dinikmati oleh dirinya sendiri. Akan tetapi, beda halnya apabila seseorang itu berada di bawah kepemimpianan orang lain. Maka, ada unsur keterpaksaan di dalam melakukan hal tersebut, dan mungkin akan mengahasilkan sesuatu yang belum terbaik dari dalam dirinya, karena apa yang ia lakukan dipersembahkan untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu muncullah gerakan nasiomalisme yang dipelopori oleh Musthafa Kamil, untuk membebaskan bangsa Mesir dari kekuasaan Inggris, namun umur Musthafa Kamil tidak panjang sehingga digantikan oleh Faried Bey yang merupaka pemimpin majalah Al-Liwa. Melalui majalahnya ini Al-Liwa melanjutkan perjuangan Musthafa Kamil. Di dalam majalahnya banyak tulisan-tulisan yang mengumandangkan semangat untuk menegakkan nasionalisme.
b. Turki
"Setelah perang dunia pertama, keadaan Turki Usmani itu bukan saja kehilangan daerah jajahannya, bahkan juga negerinya sendiri terancam punah dari muka bumi. Tentara sekutu dari Inggris dan Prancis sudah menginjak ibukota Turki Usmani, yaitu Istambul. Tetapi kebangkitan semangat nasional dapat berhasil menghalaunya. Akhirnya, pada tanggal 25 Juli 1925 ditandatangani perjanjian Lausanue, dan pemerintah Mustafa Kemal mendapatkan pengakuan internasional." [23]
Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat, bahwa bangsa yang pertama kali sadar akan pentingnya nasionalisme yaitu Turki Usmani, kemudian disusul Mesir dan Arab. Beberapa tokoh baik kelompok maupun perorangan yang berasal dari wilayah-wilayah yang menyuarakan gerakan nasionalisme yaitu Gerakan Zaman Tanzimat, Usmani Muda (Ittihad Ve Tarekki), Al-Tahtawi, Al-Afghani, Muhammad Abduh, Musthafa Kamil, dan Komite Nasional Arab.
c. India-Pakistan
"Pembaharu-pembaharu di India mempunyai peranan masing-masing, sengaja atau tidak, dalam perwujudan Pakistan. Sayyid Amir Khan dengan idenya tentang pentingnya ilmu penegtahuan. Sayyid Amir Ali dengan idenya bahwa Islam tidak menentan ilmu pengetahuan dan kemajuan modern, dan Iqbal dengan ide dinamikanya, amat membantu bagi usaha Jinnah dalam menggerakkan umat Islam di India, yang seratus tahun lalu masih merupakan masyarakat yang berada dalam kemunduran, untuk menciptakan negara dan masyarakat Islam modern di anak Benua India." [24]
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa gerakan nasionalisme di India ini dilatar belakangi oleh beberapa ide dari para tokoh-tokoh yang berasal dari India dan pakistan. Terdapat beberapa perbedaan ide oleh para tokoh-tokoh tersebut. Di sini ada tiga tokoh yang mengemukakan idenya yaitu Sayyid Amir Khan, Syyid Amir Ali, dan Iqbal. Dari pendapat ketiga tokoh tersebut dapat membantu usaha Jinnah agar dapat menggerakkan umat Islam di India, agar umat Islam ini bangkit dari kemunduran yang dialaminya seratus tahun yang lalu. Dengan adanya gerakan nasionalisme ini diharapkan dapat menciptakan negara dan masyarakat Islam di daerah anak Benua India.
Gerakan nasionalisme yang ada pada wilayah-wilayah tersebut dimaksudkan untuk membebaskan diri dari jajahan bangsa lain. Turki Usmani berusaha keluar dari intervensi bangsa asing. Mesir yang awalnya berusaha keluar dari jajahan bangsa Prancis, namun pada akhirnya mereka tetap berusaha untuk bisa keluar dari kekuasaan Turki Usmani. Sedangkan Arab, menggunakan gerakan nasionalisme untuk membebaskan diri mereka dari kekuasaan Turki Usmani yang dianggap oleh mereka telah melakukan tindakan dikriminatif.
C. Masa Kebangkitan Islam
"Dewasa ini, kebangkitan Islam merupakan fenomena internasional dengan berbagai macam topik diskursus yang menantang. Prof. Azyumardi Azra berpendapat bahwa gerakan kebangkitan Islam ini muncul seiring dengan malaise (kegelisahan) total yang terjadi akibat persentuhan dengan kultur Barat sehingga mengakibatkan tersisihnya umat Islam di pojok-pojok keterbelakangan." [25]
Berdasarkan kutipan tersebut adanya kebangkitan ini Islam mencoba untuk mulai merespon tantangan zaman yang ada, seperti halnya dalam menghadapi imprealisme politik, serangan kebudayaan Barat, kegagalan sistem sekuler yang ditinggalkan kaum imperialis kepada negeri-negeri Islam, dan revolusi kebangkitan Islam dalam bentuk revolusi hubungan elite. Kebangkitan Islam dan kebangkitan Arab bekerjasama secara revolusioner dan intelektual dengan kebangkitan di berbagai tempat dan situasi. Pada kenyataannya dunia Arab selalu berhubungan dengan dunia Islam dan juga internasional. Beberapa kendala dan situasi kebangkitan dunia Islam tidak dapat dipahami apabila mereka tidak mengkaitkan dengan dunia internasional. Dan masa kebangkitan ini muncul karena mulai adanya rasa khawatir akan tersisihnya umat Islam akibat adanya percampuran dunia Barat sehingga mengakibatkan umat islam tertinggal di pelosok-pelosok keterbelakangan, pendapat yang seperti ini diungkapkan oleh Prof. Azyumardi Azra. Dan pendapat ini bisa diterima, karena apabila seseorang sudah mulai merasa tertinggal oleh zaman yang ada, maka ia akan melakukan suatu tindakan untuk mengikuti perkembangan zaman yang sedang berkembang, sehingga mereka bisa memiliki kesetaraan dengan orang-orang yang di sekeliling sehingga menjadikan orang-orang yang bertindak tersebut tidak mudah untuk dibodohi, dan dia bisa mengatur dan mengenali dunianya sendiri. Sehingga kecil kemungkinan dia dikucilkan oleh orang-orang yang di sekelilingnya.
Menurut Chandra Muzaffar, kebangkitan kembali Islam disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya yaitu kekecewaan terhadap peradaban Barat secara keseluruhan yang dialami oleh generasi baru Muslim. Kemudian, gagalnya sistem sosial yang bertumpu pada kapitalisme dan sosialisme. Serta, ketahanan ekonomi negara-negara Islam tertentu akibat melonjaknya harga minyak dan rasa percaya diri umat Islam akan masa depan mereka setelah kemenangan Mesir atas Israil pada tahun 1975, revolusi Iran tahun 1979, dan fajar kemunculan kembali peradaban Islam abad ke-15 menurut kalender Islam.
Kebangkitan Islam sendiri sering diartikan sebagai gerakan-gerakan maupun pemikiran-pemikiran yang dianggap modern.Hal ini mulai muncul menjelang terjadinya Perang Dunia kedua dan semakin kokoh pada era selanjutnya hingga mencapai momentum perkembangan yang paling spektakuler sejak akhir tahun 1970-an. Oleh karena itu, kebangkitan Islam seringkali disebut juga sebagai Islam modern. Modern dalam artian ini sangat dekat artinya dengan modern ala Barat.
Permasalahan pada kebangkitan Islam modern ini yaitu tentang cara untuk membebaskan umat dari imperialisme, kapitalisme, dan sosialisme sehingga umat Islam akan dapat bangkit kembali dari keterpurukannya. Ciri kebangkitan ini semakin mengakar dalam organisasi-organisasi Islam yang membawa kesadaran baru yaitu tentang berdirinya misi-misi Islam untuk mengembalikan kepercayaan mengenai kebenaran Islam dan juga kebesaran sejarahnya setelah hancurnya pemerintahan kekhalifah Usmani. Kebangkitan ini memberikan pengarahan pada generasi muda untuk menjaga diri dari adanya taqlid, bid'ah, dan khurafat, yang ketiganya itu menjadi akar permasalahan pada saat itu. Selain itu, Islam juga bangkit dalam bidang politik dengan tujuan untuk menempatkan Islam dalam politik dan jihad, pendidikan, dan ekonomi sosial. Kebangkitan Islam ini memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Arab. Tokoh-tokoh yang termasuk pembeharu pada periode ini adalah Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Hasan Al-Banna.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Fuad, A. Z. (2012). Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis. Surabaya: CV. Indo Pramaha.
Fuad, A.Z. (2014). Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
Hakim, N. (1998). Islam Doktrin, Pemikiran dan Realitas Historis . Malang: UMM Press.
Lewis, B. (1983). Kebangkitan Islam. Bandung: Mizan.
Nasution, H. (1996). Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan). Jakarta: Bulan Bintang.
Sefuddin, D. (2003). Pemikiran Modern dan Postmodern Islam. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
SJ., Fadil. (2008). Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN-Malang Press.
Stoddart, L. (1975). The New World of Islam. Jakarta.
[1] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014). 209.
[2] Arthur Goldschmidth dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012). 211.
[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012). 242.
[4] IH Qureshi dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012). 212.
[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 212.
[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis, 214.
[7] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 212.
[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 212.
[9] Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Malang: UIN-Malang Press, 2008). 215.
[10] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis, 219.
[11] Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, 217.
[12] Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, 219.
[13] Nur Hakim, Islam Doktrin, Pemikiran dan Realitas Historis (Malang: UMM Press, 1998). 121.
[14] Nur Hakim, Islam Dokrin, Pemikiran dan Realitas Historis, 139.
[15] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan) (Jakarta: Bulan Bintang, 1996). 56.
[16] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2015). 366.
[17] Bernard Lewis, Kebangkitan Islam, trj. Hamid Luthfi (Bandung: Mizan, 1983). 14.
[18] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 217.
[19] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 217.
[20] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 217.
[21] L. Stoddart, The New World of Islam, trj. Mulyadi dkk (Jakarta : 1975). 14.
[22] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis, 218.
[23] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis , 219.
[24] Philip K. Hitti dalam Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif dan Filosofis (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012). 219.
[25] Didin Sefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003). 9.
Download File Dunia Islam Abad XIX dan XX (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku
ConversionConversion EmoticonEmoticon