Loading...

Pembahasan Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) - Sejarah Peradaban Islam (Hana Masluchi Dwi Retno Kartini) A3


Utsman Bin Affan

1. Biografi

Khulafaur Rasyidin ke- 3 setelah Umar bin Khatab adalah Utsman ibnu 'Affan ibnu Abil Ash Umaiyah. Nasab beliau adalah nasab Rasulullah pada Abdu Manaf. Ibunya adalah Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affanlahir di Makkah enam tahun setelah Tahun Gajah, namun menurut pendapat yang paling kuat adalah, beliau dilahirkan pada saat Rasulullah berusia sekitar lima tahun.

Beliau memeluk agama islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shidiq. Dan termasuk kedalam golongan Assabiqunal Awwalunyaitu orang- orang yang pertama kali masuk islam. Sebelum dan sesudah agama islam itu datang,beliau adalah saudagar besar yang terkenal kaya raya, dan sangat dermawan dengan harta kekayaannya untuk kepentingan agama islam. Beliau termasuk sahabat rasaulullah yang di beri kabar oleh Rasulullah bahwa beliau akan masuk surga.


Pada masa jahilia Utsman memiliki julukan Abu 'Amr. Ketika mendapat anak dari Ruqayyah putri Rasulullah, beliau memberi nama Abdullah kepada anaknya dan memberikan julukan dengan nama ini. Sehingga kaum muslimin memanggilnya Abu Abdillah.

Beliau Utsman Bin Affan mendapatkan gelar Dzun Nurain (pemilik dua cahaya), karena hanya beliaulah sahabat Rasul yang menikahi dua putri Rasulullah, yaitu Ruqayyah dan Umu Kultsum. Pendapat lain ada yang mengatakan bahwa gelar tersebut di berikan kepada Utsman karena banyak membaca Al-qur'an disetiap malam dalam sholatnya. Al-qur'an adalah cahaya dan sholat malam juga cahaya.

Utsman bin affan adalah seorang laki- laki yang tidak tinggi dan tidak pula pendek. Memiliki kulit yang lembut dan jenggot yang tebal dan kekuning- kuningan. Tulangnya besar, bahunya lebar, rambut kepalanya lebat dan kriting, ujung rambutnya dibawah telinga, dan tampan. Riwayat paling kuat adalah beliau memiliki warna kulit yang putih. Namun ada riwayat lain yang mengatakan bahwa kulit beliau berwarna coklat. [1]

2. Kondisi Sosial Politik Pada Masa Utsman Bin Affan

Utsman bin Affan di angkat menjadi khalifah berdasarkan hasil musyawarah "tim formatur" yang terdiri dari 6 sahabat yang telah ditunjuk oleh kholifah sebelumnya yaitu Umar bin Khattab. Setelah Utsman bin Affan terpilih menjadi khalifah dan menduduki jabatannya sebagai pemimpin, beliau banyak mengambil langkah- langkah sebagai bukti kekhalifaannya.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, beliau memiliki dua periode pemerintahan yaitu masa pemerintahan yang baik dan masa pemerintahan yang penuh kekacauan. Masa pemerintahan yang baik terjadi pada tahun (23-29) H, dan masa pemerintahan yang penuh kekacauan terjadi pada tahun (30-35) H. [2]

Berbagai keberhasilan mampu diraih oleh khalifah Utsman bin Affan pada tahun pertama pemerintahannya adalah mampu penumpas pemberontakan yang mengambil kesempatan atas wafatnya khalifah Umar bin Khattab. Utsman juga melakukan perluassan kekuasaan daerah islam hingga Tripoli, Tabristan, Harah, Kabul dan beberapa daerah lainnya. Perluasan daerah islam juga dilakukan ke daerah pantai dengan mengerahkan angkatan laut yang dipimpin oleh Mu'awiyah bin Abi Sofyan pada tahun 28 H. Dan berhasil menaklukan penduduk Cyprus di bawah kekuasaan islam.

Sedangkan pemerintahan kedua yang disebut masa kekacauan adalah pada saat beliau mengangkat kerabat keluarganya sendiri menjadi anggota pemerintahan dibidang politik. Sedangkan pada masalah pengolahan pendayagunaan uang negara serta kebijaksanaan lain menimbulkan konflik di kalangan masyarakatnya.

Di antara masa pemerintahan 4 Khaulafaur Rosyidin, maka pemerintahan Utsman bin Affan lah yang memiliki masa jabatan khalifah paling lama. Ketika Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah usia beliau sudah cukup tua. Hal ini juga mempengaruhi gaya kepemimpinan beliau, karena beliau memiliki sifat yang lunak dan terkenal dengan kesabarannya. Kedermawahan dan pengalaman beliau belum cukup untuk mengurus dan mengatur tata negara. Dimana rakyat sudah terbiasa dengan model kepemimpinan Umar bin Khattab yaitu radikal dan disiplin.

3. Pemberontakan Dalam Negeri Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan

Utsman bin Affan mengambil kebijakan politik, dan pengolahan kekayaan yang secara tidak merata merupakan sumber pertama dari ketidakpuasan rakyat dalam masa pemerintahan Utsman. Sehingga munculah gerakan- gerakan memperotes dalam wilayah kekuasaan islam. Gerakan protes ini mula- mula bergerak secara lunak, namun karena tidak adanya perubahan dari pemerintahan Utsman hingga akhirnya gerakan protes ini menjadi keras dan meningkat secara tajam.

Dalam buku yang di tulis oleh Syeh Mahmuddunnasir dengan judul " Islam is Concept and History" mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap khalifah Utsman bin Affan, antara lain :

a. Keluarga Bani Umayyah adalah kelompok kaum Quraisy yang paling banyak menentang dan menghalangi perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam menyebarkan agama islam, melalui penindasan, penganiayaan dan kemudian masuk islam dikarenakan keuntungan duniawi. Namun yang terjadi pada masa khalifah Utsman adalah kelompok ini menduduki jabatan pemerintahan.

b. Pada masa pemerintahan Utsman yang masih berkedudukan di Madinah, nyatanya rakyat Madinah semakin kehilangan kesempatan dalam kursi pemerintahan dan tidak banyak memperoleh jabatan pemerintahan.

c. Pemberhentian Zaid Ibn Tsabit sebagai sekretaris negara dan menggantikan posisi tugasnya dengan Marwan Ibn Hakam telah menjadi bukti dominasi bani Umayyah dan menggeser posisi bani Hasyim.

d. Utsman yang begitu percaya dengan Marwan dan ketidaktegasannya dalam mengatasi berbagai permasalahan, menimbulkan rasa tidak puas di kalangan masyarakat umum.

e. Utsman mengambil tindakan yaitu membuang Abu Dzar Al Ghifari atas pengaduan Muawiyyah yang menyalahkan pendapat Abu Dzar agar orang kaya membantu orang yang miskin.

f. Munculnya ahli fitnah yang tidak puas terhadap pemerintahan Utsman yaitu Abdullah Ibn Saba' seorang yahudi yang masuk islam dan pernah diusir daro Basrah, Kuffah, dan Syiria yang pada akhirnya menetap di Mesir.

Dari sebab- sebab yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa penyebab kemarahan kaum muslimin ialah sikap yang ditunjukkan Utsman yang terkesan lebih mengutamakan bani Umayyah dalam urusan pemerintahan, dan mengesampingkan bani Hasyim. [3]

4. Perkembangan Dan Kemajuan

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan beliau mampu menumpas pemberontakan dan pendurhakaan yang terjadi di beberapa negeri yang telah masuk kedalam kekuasaan islam pada masa kepemimpinan Umar. Pemberontakan ini terjadi karena pendukung- pendukung kepemerintahan sebelumnya yang ingin merebut kembali kekuasaannya. Daerah- daerah yang memberontak ialah Khurasan dan Iskandariyah.

Khalifah Utsman adalah Khalifah pertama yang mampu memperluas masjid Nabawi yang berada di Madinah dan masjid Al Haram yang berada di Makkah. Beliau juga yang menentukan awal waktu untuk mengumandangkan adzan menjelang sholat jum'at. Khalifah Utsman juga melanjutkan kondifikasi Al- Qur'an yang pernah dilakukan sebelumnya. Pengondifikasian ini bertujuan untuk menyatukan perbedaan pendapat tentang bacaan Al- Qur'an yang timbul permasalahannya antara murid dan gurunya.

Sistem pemerintahan di masa khalifah Utsman adalah dengan memberikan otonomi penuh, dan pemimpinnya disebut amir, dan wilayah yang tidak memiliki otonomi penuh dan kepemimpinannya disebut wali. Pada masa Utsman ada banyak sistem pemerintahan yang dirubah sehingga semua wilayah memiliki otonomi penuh. [4]

5. Ekspansi

Pada awal masa pemerintahan Utsman, beliau berhasil melanjutkan kesuksesan para pendahulunya, terutama dalam masalah perluasan wilayah kekuasaan islam. Daerah strategis yang berhasil dikuasai oleh islam seperti Mesir dan Irak yang terus dilindungi dengan memperkuat ekspedisi militer yang terencana dan tersusun rapi.

Di masa Utsman juga negeri- negeri Barqoh, Tripoli Barat, dan sebagian selatan negeri Nubah, telah masuk kedalam wilayah kekuasaan islam. Bahkan tentara islam berhasil melewati sungai Jihun (Amu Daria). Dengan memanfaatkan angkatan laut yang dibawah pimpinan Mu'awiyyah ibn Abi Sufyan pada tahun 28 H.

6. Akhir Riwayat Khalifah Utsman bin Affan

Puncak kemarahan masyarakat Mesir ditandai dengan berangkatnya kaum Muslimin Mesir sebanyak 600 orang menuju Madinah. Ketika di perjalanan rombongan muslimin Mesir ini berjumpa dengan kafilah lain yang berasal dari Kufah dan Bashrah. Setelah dua kafilah ini menyampaikan keluhannya. Utsman berhasil memberikan pengertian kepada kafilah Khufah dan Bhasrah, namun tidak pada pemberontak dari Mesir. Utsman berjanji untuk menggantikan Gubernur Abdullah Ibn Sa'ad dengan Muhammad Ibn Ali Bakar. Tetapi ketika perjalanan pulang menuju Mesir, mereka mendapat sepucuk surat yang berstempelkan milik khalifah Utsman yang isinya memerintahkan kepada Abdullah Ibn Sa'ad untuk membunuh kafilah iini sampai di Mesir.

Setelah mengetahui isi surat tersebut, kafilah Mesir langsung kembali lagi menuju Madinah dalam rangka meminta pertanggungjawaban khalifah Utsman tentang kebenaran isi surat tersebut. Namun khalifah mengaku tidak menulis surat tersebut. Hingga diketahui bahwa yang menulis surat tersebut adalah Marwan Ibn Hakam tanpa sepengetahuan khalifah Utsman. Ketika beliau diminta untuk menyerahkan Marwan kepada kaum pemberontak tersebut, khalifah Utsman menolaknya. Oleh karena itu kaum pemberontak langsung mengepung kediaman beliau. Ternyata pada saat terdesak seperti itu, tidak ada satupun sanak keluarganya yang mau mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut.

Di sisi lain, justru Ali dan kedua puteranya beserta kawan- kawannya berusaha untuk menghalangi tindakan kaum pemberontak, namun usaha mereka sia- sia karena jumlah mereka berbanding balik dengan kaum pemberontak yang berjumlah 600 orang. Dengan brutalnya kaum pemberontak ini berhasil merangsek masuk kedalam rumah khalifah Utsman. Akhirnya kaum pemberontak berhasil membunuh khalifah Utsman bin Affan ketika beliau membaca Al- Qur'an pada tanggal 17 Juni 656 M.

Tercatat dalam sejarah bahwa Al Ghafiki memukul kepala Utsman dengan besi, Sudan ibnu Hamran menebas leher Utsman dengan pedang, Quthoirah membunuh pembantu beliau. Dalam suasana yang sangat mengharuhkan itu Muawiyah lari untuk menyelamatkan dirinya.

Tragedi terjadinya pembunuhan kepada khalifah Utsman bin Affan ini berdampak pada rana perpolitikan umat islam, juga menimbulkan semangat terjadinya kesukuan Arab lama. Bahkan pembunuhan khalifah Utsman merupakan awal terjadinya perang saudara yang turun temurun dalam islam, seperti perang siffin, perang Jamal dan lain sebagainya. [5]

Ali Bin Abi Thalib

1. Biografi

Nama lengkap khalifah yang terakhir atau yang ke 4 ini adalah Ali Bin Abi Thalib bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusasy bin Khilab Al- Quraisy. Ali bin Abi Thalib dilahirkan di kota Makkah pada tahun ke- 10 sebelum masa kerasulan Muhammad. Ibunda beliau bernama Fatimah binti As'ad binti Abdul Manaf.

Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama dari bani Hasyim. Karena itulah beliau memiliki sifat- sifat mulia seperti yang ada pada bani Hasyim, yakni kecerdasan, kemurahan, keberanian, dan kewibawaan. Beliau adalah saudara sepupu nabi Muhammad dari pamannya Abi Thalib. Ali di asuh oleh nabi Muhammad sebagai rasa terimakasih nabi kepada pamannya yang telah mengasuh dan merawat nabi ketika di tinggal wafat oleh kakek nabi.

Ali adalah anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, hingga digambarkan kelebihan beliau oleh Ahmad Syilabi "Ali sejak kecil sudah di didik dan dilatih dengan adab dan budi pekerti yang sesuai dengan ajaran agama islam. Lidahnya sangat fashih dalam berbicara. Pengetahuan beliau sangat luas di bidang agama. Dan kemungkinan karena beliau begitu dekat dengan Rasulullah maka Ali sering meriwayatkan hadits Nabi. Keberanian Ali patut dicontoh, beliau sering mengikuti peperangan yang di pimpin oleh Nabi. Padahal usia Ali tergolong cukup muda".

Tentang keberanian dan kecintaan beliau kepada nabi Muhammad, suatu hari pada saat Nabi mendapat bahaya, Ali rela menggantikan posisi Nabi di tempat tidur pada malam hari. Dan Nabi meninggalkan Makkah menuju Madinah untuk melaksanakan hijrah. Padahal beliau tahu bahwa kematian mengintip beliau. [6]

2. Proses Pembaiatan Ali bin Abi Thalib Sebagai Khalifah

Setelah wafatnya khalifah Utsman bin Affan, yang bertepatan pada tanggal 17 Juni 656 M, tujuh hari setelahnya tepat pada tanggal 24 Juni 6565 M, masyarakat islam memproklamasikan bahwa pengganti ke-Khalifahan Utsman bin Affan adalah beliau Ali bin Abi Thalib, menjadi khalifah ke- 4, yang bertempat di masjid Nabawi.

Pembaiatan Ali adalah atas dasar keinginan dari masyarakat umum. Termasuk juga orang- orang yang menentang khalifah Utsman. Penduduk Madinah didukung pasukan dari mesir, Bashra dan Kuffah memilih Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pengganti Utsman bin Affan. Pada mulanya Ali menolak ajuan ini, namun karena desakan dari massa dan pertimbangan semua belah pihak, akhirnya beliau menerima jabatan khalifah ini dengan hati yang kurang lapang.

Sebelum menerima desakan ini, Ali bin Abi Thalib berkata di hadapan seluruh umat yang menyaksikan pada waktu itu " ini bukanlah urusan- urusan kamu, melainkan urusan- urusan orang yang bertempur dalam perang Badar, mana Thalha, mana Zubair, mana Sa'ad?" karena menurut Ali merekalah yang berhak menentukan siapa yang pantas menjadi khalifah selanjutnya. [7]

Dari perkataan beliau di atas, menunjukan bahwa beliau adalah seorang yang tidak haus akan ambisi jabatan. Ali sangat membutuhkan pertimbangan dari ketiga sahabatnya, yang menurut beliau mereka ini sangat berjasa pada saat perang Badar. Beliau bertiga ini juga termasuk orang- orang yang di pilih oleh Umar saat pemilihan khalifah Utsman bin Affan.

Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah tidaklah semulus ketiga khalifah sebeliumnya. Karena sahabat Zubair dan Thalha menolak pengangkatan Ali sebagai khalifah, tapi akhirnya kedua sahabat ini menyetujui pembaiatan secara terpaksa.

3. Perang Melawan Mu'awiyah

Pada dasarnya Ali menolak adanya pertumpahan darah dengan pasukan Mu'awiyyah, apalagi sesama kaum muslimin, yang seharusnya saling mencintai perdamaian antar sesama. Khalifah Ali pun melakukan upaya agar peperangan ini tidak terjadi dengan cra mengirimkan surat perdamaian yang disepakati oleh umat kepada pasukan Mu'awiyyah.

Karena tidak bisa diselesaikan dengan cara damai, maka khalifah Ali dari Kuffah mengajak pasukannya sebanyak 50.000 prajurit untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh Mu'awiyyah yang maju dengan pasukan yang tak kalah besar juga. Kedua pasukan ini bertemu di suatu tempat yang bernama Siffin, yang terletak di sebelah barat sungai Furath. Ternyata pasukan Mu'awiyyah telah mendahului datang ke tempat tersebut.

Menjelang peperangan di mulai, khalifah Ali mengumumkan kepada prajuritnya " jangan perangi mereka sebelum mereka memulainya. Bila mereka terpukul mundur, janganlah membunuh mereka yang melarikan diri, jangan menyerang yang sudah payah, jangan mengganggu wanita meski ia mencerca kehormatan kalian dan memaki- maki pemimpin- pemimpin dan orang baik kalian, sesungguhnya mereka adalah orang yang lemah". [8]

Dari sini Allah mengajarkan prajurit etika dalam berperang yang tidak membolehkan bertindak semena- mena terhadap sesama muslim.

Disaat pasukan Mu'awiyyah terdesak, mereka merencanakan untuk mengikat Al- quran di ujung tombak, pertanda bahwa peperangan akan di lalui dengan jalan damai. Namun disini khalifah Ali sadar bahwa Mu'awiyyah hanya mencari siasat agar pasukannya tidak banyak yang gugur.

Setelah pertempuran di berhentikan, diputuskanlah bahwa pertempuran harus diselesaikan oleh dua orang penengah sebagai wakil dari kedua belah pihak, masing- masing kelompok yang bertikai memilih seorang wakil. Pihak Mu'awiyyah memilih Amr bin Ash sebagai wakilnya dengan suara bulat. Sedangkan dari pihak Ali memilih Abu Musa Al- Asy'ari.



[1] A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 1, (Yogyakarta: Liberty, 1982), hal.266.

[2] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya:2015 ), hal. 82.

[3] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam...hal.87 .

[5] A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 1, (Yogyakarta: Liberty, 1982), hal, 272.

[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: 2015 ), hal, 96.

[7] Ah. Zakki Fuad,Sejarah Peradaban Islam...hal.96.

[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah dan Kebdayaan Islam 1... hal . 100.


Download Link




Download File Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner