Loading...

Pembahasan Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) - Sejarah Peradaban Islam (Muhammad Jamaluddin) C3


Khalifah Utsman bin Affan

A. Biografi Utsman bin Affan

Utsman bin Affan ibnu Abdi Manaf bin Qushay al-Quraisyi, beliau lahir dikota Makkah pada tahun kelima setelah kelahiran Rasululloh SAW. Sejak kecil Utsman bin Affan termashur dengan budi pekerti yang utama dan perbuatan baik. Beliau termasuk dalam golongan Assabiqunal al-Awwalun (Orang-orang pertama kali yang masuk islam). Beliau juga ikut dalam setiap peperangan dengan Rosululloh SAW, kecuali perang Badar.

Salah satu keistimewan lain yang dimiliki oleh Utsman bin Affan adalah penguasaannya terhadap ilmu bahasa Arab pada zaman jahiliyah, diantaranya yaitu ilmu keturunan, perumpamaan-perumpamaan, cerita-cerita, dan peperangan. Beliau juga memiliki tentang ilmu untuk menentukan waktu perjalanan dagang dikalangan bangsa Arab pada waktu itu.


Utsman juga mewakafkan sebuah sumur yang dibelinya dari seorang Yahudi dengan harga duapuluh dirham untuk keperluan air bagi kaum muslimin. Beliau juga menyumbangkan banyak harta, terutama yaitu seribu ekor unta untuk keperluan perang Tabuk. Disamping itu beliau juga termasuk sebagai penulis wahyu dan juga tergolong dalam sepuluh orang yang dijamin masuk surga. [1]

Jadi, utsman adalah seorang keturunan kaum Quraisy, yang lahir dikota Makkah pada tahun kelima setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Utsman juga dikenal sejak kecil berbudi pekerti dan adab yang baik. Seorang yang sangat berkuasa dalam bidang ilmu keturunan, perumpamaan-perumpamaan, cerita-cerita, dan peperangan. Beliau juga pandai dalam menentukan waktu untuk berdagang. Utsman tergolong sebagai salah satu dari Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang pertama kali yang masuk islam, tergolong juga sebagai salah satu penulis wahyu Nabi Muhammad SAW. Utsman juga sahabat nabi yang telah banyak menyumbangkan harta kepada kaum muslimin untuk kebutuhan keseharian baik itu pokok atau lainnya, baik berupa material seperti alat persenjataan untuk peperangan.

B. Kondisi Sosial Politik pada Masa Utsman bin Affan

Utsman bin Affan diangkat sebagai kholifah berdasrkan musyawarah "tim formatur" yang terdiri dari 6 orang sahabat terkemuka yang telah ditunjuk oleh sahabat Umar bin Khottob R.A pada khalifah sebelumnya. Setelah Utsman bin Affan terpilih dan menduduki kepemimpinanya, banyak langkah-langkah yang diambil sebagai realisasi tugas kekhalifahan.

Menurut para sejarawan, pada masa pemerintahan Utsman bin Affan dibagi menjadi dua periode yang sama enam tahun pertama (23-29 H) adalah pemerintahan Utsman bin affan yang baik, dan enam tahun keduanya (30-35 H) merupakan pemerintahan yang penuh dengan kekacauan. Berbagai keberhasilan Utsman bin Affan pada pada masa pemerintahan pertamanya, antara lain : [2]

1. Penumpasan pemberontakan yang mengambil kesempatan atas wafatnya Umar bin Khottob.

2. Melakukan perluasan kekuasaan daerah islam ke Tripoli, Tabristan, Harah, Kabul, dan beberapa daerah lainnya.

3. Perluasan daerah islam ke daerah pantai dengan mengerahkan angkatan laut yang dipimpin oleh Mu'awwiyah bin Abi Sufyan pada tahun 28 H

4. Menaklukan penduduk Cyprus kebawah kekiasaan islam.

Sedangkan pada saat pemerintahan enam tahun keduanya yang dikatakan oleh para ahli sebagai masa kekacauan, adalah pada saat Utsman bin Affan mengambil kebijakan-kebijakan antara lain didalam bidang politik dengan mengangkat keluarga dekatnya menjadi seorang gubernur dan pemerintah daerah sehingga Utsman bin Affan dianggap sebagai nepotisme (pemberian jabatan kepada keluarga sendiri). Kemudian pada masa pengolahan pendayagunaan uang negara beserta kebijakan lain juga menimbulkan konflik di kalangan masyarakat.

Para ahli sejarah menggambarkan Utsman bin Affan sebagai orang yang lemah dan tidak sanggup menentang kaum keluarganya yang kaya dan berpengaruh. Beliau mengangkat keluarganya menjadi guberbur-gubernur didaerah-daerah yang tunduk dengan kekuasaan islam. Gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah Umar bin Khattab, khalifah yang terkenal dengan orang yang kuat yang tidak memikirkan kepentingan keluarganya dijatuhkan oleh Utsman bin Affan, antara lain :

1. Ali Mughirah ibnu Syu'bah dari kuffah yang digantikan oleh Abdulloh ibnu Sa'ad ibnu Waqash.

2. Saad digantikan oleh Al Walid ibnu Uqbah bin Abi Muaith (saudara Utsman dari ibu).

3. Amr bin Ash dari mesir yang digantikan oleh Abdulloh ibnu Sa'ad ibnu Abi Sarah, (saudara Utsman sesusuan).

4. Abu Musa Al Asy'ari dari Bashrah yang digantikan oleh Abdulloh ibnu Amir, (anak pamannya). [3]

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa pada masa kepemimpinannya Utsman bin Affan tidak memiliki ketegasan seperti yang dimiliki oleh sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A yang tidak memiliki keberanian moral yang radikal seperti yang dimiliki oleh Umar bin Khottob R.A. Utsman bin Affan terkenal dengan kasih sayang terhadap keluarganya yang menjadi refleksi dari kesholehannya dan kedermawaannya. Tapi disi lain juga menimbulkan kemalangan bagi dirinya.

Utsman bin Affan sebelum menjadi khalifah adalah seorang hartawan yang mempunyai perusahaan dagang besar dan banyak memperoleh keuntungan. Setelah menjadi khalifah beliau berhenti meneruskan perdagangannya dan tidak lagi mencari keuntungan. Utsman telah membagi-bagikan uang Baitul Mall sebnyak 30.000 dirham kepada Abdulloh ibnu Khalid ibnu Usaid ibnu Umawi, dan kepada beberapa orang yang datang bersama Abdulloh ibnu Khalid masing-masing menerima 100.000 dirham, sehingga pengurus Baitul Mal di Madinah Abdulloh ibnu Al-Arqam menolak perintah dan melatakkan jabatan. [4]

Bila dicermati, sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Utsman bin Affan terdapat beberapa kebijakan yang mencerminkah bahwa beliau tidak mampu mengendalikan pengaruh keluarga-keluarganya, terutama pada masa pemerintahan enam tahun yang ke-Dua. Maka dari itu pada saat Utsman bin Affan mengangkat keluarga-keluarganya sendiri untuk menjadi gubernur-gubernur, maka wajar bila masyarakatnya menganggap jika Utsman bin Affah melakukan tindakan nepotisme. Dalam kebijakan dan tindakan Utsman yang ini para masyarakat tidak setuju dengan kebijakan yang diambilnya, kondisi itu mendorong kaum muslimin untuk mengajukan protes keras, bahkan akhirnya pada pemberontakan.

C. Pemberontakan dalam Negeri

Pengambilan kebijakan Utsman bin Affan yang salah menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat, sehingga menyebabkan munculnya gerakan-gerakan protes besar, sehingga gerakan-gerakan protes besar muncul diberbagai kawasan wilayah kekuasaan islam.

Syeh Mahmuddunnasir dalam sebuah buku yang ditulisnya dengan judul "Islam its Concept and History" mengemukakan dengan singkat beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap Kholifah Utsman antara lain :

1) Keluarga Umayyah adalah kelompok qurays yang paling banyak merintangi perjuangan Nabi Muhammad SAW melalui penindasan, penganiayaan dan dan kemudian masuk islam berdasarkan keuntungan duniawi.

2) Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan yang masih berkedudukan di Madinah, ternyata banyak rakyat Madinah yang semakin kehilangan posisi dari jabatannya.

3) Pemberhentian Zaid bin Tsabit sebagai sekertaris negara dan menggantikannya dengan Marwan ibnu Hakam.

4) Sifat Utsman yang terlalu percaya kepada Marwan dan ketidak tegasannya mengatasi berbagai kemelut, menimbulkan rasa tidak puas pada masyarakat umum.

5) Tindakan Utsman membuang Abu Dzar AL Ghiffari atas pengaduan Muawwiyah yang menyalahkan pendapat Abu agar orang kaya wajib membantu orang miskin.

6) Munculnya ahli fitnah yang tidak puas terhadap Utsman yaitu Abdulloh ibn Saba' seorang Yahudi yang masuk islam dan pernah di usir dari bashrah. [5]

Sebab-sebab diatas adalah beberapa hal yang membuat kaum muslimin menyulut kemarahan kepada Kholifah Utsman bin Affan. Ali bin Abi Thalib yang terkesan pandai atas keilmuannya juga tidak mendapat kedudukan sama sekali dalam konteks ini, tuduhan bahwa Utsman menganut faham Nepotisme terbukti.

D. Perkembangan dan Kemajuan Masa Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan yang pertama (23-29 H) adalah dimana masa Utsman bin Affan mendapat kemajuan dan perkembangan yang signifikan yaitu memperluas wilayah islam diberbagai daerah-daerah dan wilayah-wilayah yang belum menganut islam, sehingga ajaran islam bisa menyebar luas di wilayah tersebut, diantanya yaitu berhasil dalam menumpas pemberontakan yang mengambil kesempatan atas wafatnya Umar bin Khattab, melakukan perluasan kekuasaan islam sampai ke Tripoli, Tabristan, Harah, dan Kabul.

Dari situ dapat diakui bahwa pemerintahan Utsman bin Affan pernah mengalami perkembangan dan kemajuan saat menjadi Kholifah. Dan dilihat juga dari rentang waktu atau masa pemerintahan Utsman bin Affan adalah pemerintahan yang paling lama diantara keKholifahan Khulafaur Rosyidin yang lainnya.

E. Tuduhan Nepotisme

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan yang terkenal sifat lemah terhadap kekeluargaannya sehingga Utsman bin Affan menjadikan gubernur-gubernur yang menjadi pemimpin adalah mayoritas dari sanak keluarganya sendiri, yang dianggap oleh masyarakat suatu ketidak adilan terhadap suatu pemerintahan. Utsman bin Affan juga mengganti semua gubernur-gubernur yang di bentuk oleh Umar bin Khattab sebelumnya menjadi gubernur-gubernur yang baru dari pihak kelarga Utsman sendiri. Salah satu contohnya adalah Amr bin Ash dari mesir yang digantikan oleh Abdulloh ibnu Sa'ad ibnu Abi Sarah, (saudara Utsman sesusuan). [6]

Dari gaya pemerintahan Utsman bin Affan diatas, membuat para masyarakat merasa ketidak adilan,dilakukan oleh Kholifah Utsman bin Affan, banyak juga kholifah yang dibentuk oleh Umar bin Khottob diturunkan jabatannya dan digantikan dengan yang baru oleh sanak keluarga Utsman Bin Affan sendiri. Sahabat Ali bin Abi Thalib yang sudah jelas kepandaiaannya tidak mendapat jabatan apapun dalam pemerintahan Utsman bin Affan, sehingga para masyarakat mengira bahwa Utsman bin Affan menganut faham Nepotisme.

Khalifah Ali bin Abi Tholib

A. Biografi Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib bin Abdul MuTholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Khilab Al-Quraisyi. Lahir di kota Makkah 10 tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Abdul Manaf. Ali ialah orang yang pertama dari Bani Hasyim. Karena itulah terkumpul sifat-sifat yang mulia dari Bani Hasyim, seperti kecerdasan, kemurahan, keberanian, dan kewibawaan.

Ali adalah saudara sepupu dari Nabi dari pamannya Abi Thalib. Ali dipungut Nabi sebagai rasa terima kasih beliau kepada pamannya Abi Thalib yang telah memelihara Nabi setelah wafatnya kakek Nabi Muhammad SAW. Ali adalah anak bungsu dari tiga bersaudara; Aqil dan Thalib yang lebih tua darinya. Jarak umur antara mereka yakni 10 tahun.

Ahmad Syilabi menuliskan kisah tentang kepribadian dan keberanian Ali bin Abi Thalib sebagai berikut :

" Ali bin Abi Thalib dari kecil sudah dididik dengan adab dan budi pekerti yang baik. Ali bin Abi Thalib sangat fasih dalam berbicara, dan dalam hal ini beliau terkenal dengan sebutan ulung. Pengetahuannya tentang agama islam sangat luas. Beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Muhammad SAW. Ali juga selalu ikut dalam setiap perangnya Rasululloh SAW ". [7]

Jadi Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang lahir dikota Makkah 10 tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul-Nya. Ali adalah orang pertama kali masuk islam dari golongan Bani Hasyim yang memiliki keturunan kecerdasan, kepandaian, kemurahan, keberanian, dan kewibawaan. Ali terlahir sebagai putra bungsu dari tiga bersaudara, beliau juga termasuk saudara sepupu dari Nabi dari pamannya Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya yang terbukti selalu ikut dalam perangnya Rosululloh SAW.

B. Proses bai'at Ali sebagai Kholifah

Setelah kholifah Utsman bin Affan wafat, tepatnya yaitu pada tanggal 17 juni 645 M. Setelah tujuh hari wafatnya kholifah Utsman bin Affan. Masyarakat islam memproklamirkan Ali bin Abi Thalib sebagai kholifah ke empat di masjid Nabawi pada tanggal 24 juni 645 M. Tetapi pengangkatan Ali bin Abi Thalib tidak semulus seperti pengangkatan ketiga kholifah sebelumnya. Terdapat riak para sahabat yang menentang pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai kholifah pengganti Utsman bin Affan, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Disini terlihat bahwa masyarakat ada yang tidak setuju dengan pengangkatan Ali bin Abi Tholib sebagai kholifah.

Pembai'atan Ali adalah pembai'atan dari masyarakat umum, baik orang-orang yang menentang dan menjatuhkan Utsman bin Affan. Penduduk madinah didukung oleh pasukan dari mesir, basrah dan kuffah agar memilih Ali sebagai kholifah. Awal mulanya Ali menolak penawaran ini, tapi desakan para masa dan pertimbangan dari dewan keamanan negara serta kepentingan ummat islam, akhirnya Ali menerima jabatan kholifah secara terpaksa. [8]

Pada mulanya sahabat Zubair dan Thalhah menolak pengangkatan Ali sebagai kholifah, tetapi mereka berdua terpaksa mengangkat bai'at kepada Ali. Tapi mereka berdua juga mengajukan syarat kepada bai'at yaitu menegakkan keadilan bagi pembunuh Utsman bin Affan. Kerena Ali belum merealisasikan tuntutan mereka berdua, akhirnya Zubair dan Thalhah menarik sumpah bai'atnya kerena keinginan mereka menjadi gubernur tidak terpenuhi.

Dengan demikian beban Ali menjadi sangat berat dari pada ketiga khalifah sebelumnya, karena Ali harus mengendalikan para sahabat yang tidak setuju dengan pengangkatannya sebagai kholifah. Meskipun Ali telah didukung oleh banyak pihak dari para pendukungnya tetaplah harus menjalani tantangan yang lebih berat dalam mengatasi masalah kaum yang dipimpinnya. Agar menjadi sebuah masyarakat yang damai dan makmur seperti halnya pemerintahan pada masa kholifah sebelumnya.

C. Perang melawan Mu'awwiyah bin Abu Sufyan

Pada masa pemerintahan Utsman beberapa dari golongan muawwiyah banyak yang dijadikan gubernur-gubernur oleh Utsman pada saat pemerintahannya. Kerena terlalu lama menduduki jabatan yang diberikan oelh Utsman selama 12 tahun Utsman menjabat sebagai kholifah, maka kuatlah akar-akarnya dan pemancang-pemancangnya didaerah kekuasaannya. [9]

Begitu Ali bin Abi Thalib menjabat menjadi Kholifah, beliau bertekad mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap berani, diantaranya yaitu memberhentikan gubernur-gubernur yang diangkat oleh Utsman yang dianggap Ali sebagai penyebab timbulnya destabilitas, kekacauan dan keluhan rakyat, yang dianggap sebagai penghalang bagi terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Diantara gubernur yang diberhentikan oleh Ali yaitu mereka yang tidak mengindahkan pemberhentian itu, bahkan menentang kedatangan gubernur baru ke wilayahnya. Mu'awwiyah bin Abu Sufyan tidak mau menerima pergantiannya dengan Sahal bin Hunaif, bahkan gubernur ini dihadang oleh para prajurit Mu'awwiyah. [10]

Pada dasarnya Ali tidak ingin ada pertumpahan darah diantara keduanya antara kaum Mu'awwiyah dengan kaum Ali sendiri, hal ini dibuktikan dengan adanya Ali mengutus Jarir bin Abdulloh Al-Bujali dengan sepecuk surat untuk Mu'awwiyah yang berisi nasehat agar mu'awwiyah mematuhikhalifah yang telah disepakati oleh ummat. Namun usaha damai selalu mengalami kegagalan

Kerena jalan damai tidak tercapai, Ali bergerak dari kuffah dengan membawa 50,000 prajurit yang dipimpinnya untuk menumpas pemberontakan Mu'awwiyah yang maju dengan pasukan besar juga. Kedua pasukan bertemu di tempat yang bernama Shiffin yang berada di tepi barat sungai Furath. Pasukan Mu'awwiyah telah tiba disana terlebih dahulu. [11]

Sebelum peperangan Ali mengumumkan kepada prajuritnya : "jangan perangi mereka jika mereka belum memerangi kita terlebih dahulu, jika mereka telah terpukul mundur, jangan kita membunuh mereka yang melarikan diri, jangan menyerang orang yang sudah tak berdaya, jangan mengganggu wanita meskipun mereka telah menjelekkan martabat kehormatan kita". [12] Disini Ali mengajarkan perang yang tidak membolehkan semena-mena terhadap pasukan lawan.

Pertempuran pun sudah tak bisa ditahan lagi, antar sesama muslim saling berperang yang menentukan itu pada awal bulan Safar, tahun 37 H. pasukan Ali terus mendesak pasukan Mu'awwiyah sampi pasukan Mu'awwiyah terpukul mundur. Terlihat kaum Ali lebih banyak masa yang masih hidup dari pada kaum Mu'awwiyah, karena kemenangan sudah didepan mata, Atas nasihat Amr bin Ash, memerintahkan mengikat Al-Qur'an diujung tombak prajuritnya agar penyelesaiannya dengan Al-Qur'an, padahal itu hanyalah tipu daya dari Mu'awwiyah.

Cara penyelesaian seperti ini sangatlah merugikan pihak Ali dan menguntungkan pihak Mu'awwiyah. Bukan hanya pemberhentian Ali dan penetapan Mu'awwiyah, akan tetapi juga karena peristiwa tahkim kaum Ali terbelah menjadi dua kelompok yaitu Syi'ah (kaum pendukung Ali) dan Khawarij (penentang Ali). Ali tidak begitu saja menerima keputusan tahkim, ia ingin melakukan penyerbuan ke syiria, akan tetapi Ali dihadang oleh kaum Khawarij dan membuat kerusuhan, dan Ali harus melawan mereka di Nahrawan. Ketika itu Ali sedang sibuk menghadapi kaum Khawarij pada tahun 658 M. akhirnya Mu'awwiyah dapat merebut mesir dan pada saat itu kekuasaan Muawwiyah tak tergoyahkan lagi dan semakin kokoh tatkala kaum khawarij berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib melalui ibnu Muljam pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. (661 M).

Setelah wafatnya Ali, putranya yang bernama Hasan diangkat oleh pendukungnya untuk menjadi kholifah, Namun Hasan berhasil dibujuk oleh Mu'awwiyah untuk mengundurkan diri. Dan akhirnya Mu'awwiyah tidak ada penghalang untuk memimpin, dan telah diakui secara aklamsi sebagai pemimpin dan penguasa baru, kecuali oleh kaum khawarij.

D. Perang Melawan Thalhah dan Zubair

Setelah Ali menjadi khalifah baru, Ali membuat kebujakan-kebijakan yang baru dan yang populer diambil oleh Ali adalah :

1. Memecat kepala-kepala daerah angkatan Utsman bin Affan.

2. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada keluarganya tanpa jalan yang sah. [13]

Asalnya kerabat Ali telah melarang melakukan perubahan ini, akan tetapi Ali tetap menegakkan kebijakan yang dianggap sebagai pendiriannya. Akibat dari Ali mendapat tantangan dari bani Umayyah. Karena itulah mereka mengokohkan barisan untuk melawan Ali.

Gerakan oposisi muai timbul, dimulai dari Aisyah, Thalhah, dan Zubair. Aisyah tiba di Madinah sekembalinya dari makkah mengetahui bahwa Ali menjadi kholifah, lalu ia bertanya kepada Abdulloh. "Hal ini tidak boleh terjadi, karena Utsman telah terbunuh secara Aneh, demi Alloh saya akan menuntut bela".

Dapat diketahui bahwa Thalhah dan Zubair telah membeci Ali karena kebijakan Ali yang begitu radikal dan drastis akan perubahan dan kebijakan-kebijakan yang telah diputuskannya. Sehingga banyak kaum baik dari sahabat maupun kaum yang memberontak ke kaum Bani Umayyah.

A. Perang melawan Siti Aisyah

Ketika Aisyah kembali ke Makkah, ia didatangi oleh Thalhah dan Zubair yang telah mendapat izin dari Ali untuk meninggalkan kota Madinah untuk melakukan umrah. Mereka berpendapat yang sama yaitu ingin mengetahui siapa orang yang telah membunuh Utsman bin Affan, Akibat Ali tidak merelesasikan kepentingan mereka, Aisyah beserta prajurit-prajuritnya dengan menggunakan sebuah Unta untuk memerangi pasukan Ali bin Abi Thalib sehingga pada saat perang itu dijuluki sebagai perang Jamal.

Dari situ timbulah peperangan antara kaum Ali dengan kaum Aisyah yang tidak setuju akan kekholifahan Ali bin Abi Thalib.

E. Kemajuan dan Ekspansi Masa Ali bin Abi Thalib

1. Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme yang hampir menguasai seleruh sektor bisnis.

2. Memecat gubernur yang diangkat oleh Utsman bin Affan dan menggantikannya dengan gubernur yang baru.

3. Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagikan oleh Utsman bin Affan kepada keluarganya, seperti Hibah dan pemberian yang tidak jelas. [14]

Dapat diketahui bahwa pemerintahan pada masa Ali bin Abi Tholib juga pernah mengalami perkembangan dalam masa pemerintahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Salabi, Tarikh al-Hadarah al-Islamiyah, Maktabah Wahbah, Kaito, tt.

Philip K. Hitti , The History of Arabs Macmillian Press, London, 1974.

Syed Mahmuddunnasir, Islam Konsepsi dan Ajarannya, RosdaKarya, Bandung, 1994.

Ibn Atsir, Al-Kamil fi at-Tarikh Beirut: Dar as-Sadr, 1965.

http://mynewirmasulyanimakalahutsmanbinaffan.blogspot.com/2015/09/usman-bin-affan.html

http://makalahalibinabithalib.blogspot.com/2015/05/makalah-ali-bin-abi-thalib.html



[1] Abbas al-Akkad, Kedermawan Kholifah Utsman bin Affan R.A (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)27-28

[2] Ah.Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, Dlm. The History of Arabs Macmillian oleh Philip K. Hitti.

[3] Ibnu Atsir, al-Kamil fi at-Tarikh, jilid III, kondisi Sosial dan Politik Masa Kholifah Utsman bin Affan, (Beirut: Dar Sadr, 1966)

[4] Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam (Kairo: An-Nahdliyah al-Misyriyah, 1964) Hal. 68

[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, Dalam, Mahmuddunnasir, (Islam its Concept and History). Hal. 128.

[6] Jurji Zaidan, History of Islamic Civilization (New Delhi: Kitab Bayan, 1981) Hal. 236.

[7] Syalaby, Sejarah Kebudayaan Islam.. (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983) Hal. 286.

[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, Trj. Syed Mahmuddunnasir, Islam Concept… hal. 195.

[9] Ibn Atsir, Al-Kamil fi at-Tarikh (Beirut: Dar as-Sadr, 1965)

[10] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, hal. 69. Trj. Fazl Ahmad, Ali…

[11] Ahmad Syalabi, Al-Tarikh… Hal. 129

[12] Ibnu Atsir, AL-Kamil…

[13] Ah. Zakki Fuad, Sejarah peradaban Islam, Trj. Ahmad Syalabi, At-Tarikh.

[14] Ah.Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, dalam Philip K. Hitti, The History of the Arabs (London: The Macmillian Press, 1974). Hal. 162


Download Link




Download File Khulafa ar-Rasyidin (Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku



Previous
Next Post »

Gunakan Tampilan : Mode Desktop | Mode Desktop

iklan banner