DINASTI UMAYYAH
A. Asal Usul Dinasti Umayyah
Pada akhir pemerintahan Khalifah Ali Bin Abi thalib banyak terjadi pemberontakan,terutama pemberontakan yang terjadi pada bagian internal.Hal ini disebabkan oleh kebijakan baru yang diciptakan oleh Khalifah Ali Bin Abi Thalib sendiri.Khalifah Ali banyak memecat penjabat negara yang yang menyeleweng dari tugas negaranya yang telah diangkat oleh Sayyidina Utsman.Dan salah satu pejabat negara yang dipecat karena dianggap menyelawang dari tugas nya adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan. Muawiyyah dianggap menyeleweng dari tugasnya yang dimana pada saat itu beliau menjabat sebagai gubernur di Syam.Beliau sebenarnya sudah menjabat sebagai gubernur sejak masa pemerintahan Umar bin Khattab.Pada awalnya Muawiyyah enggan dipecat oleh Ali bin Abi Thalib,dia meminta kepada Ali Bin Abi Thalib untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Utsman bin Affan.Dari hal ini lah yang dimana nantinya muncul sebuah konflik besar yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan pengikutnya melawan Muawiyyah bin Abi Sufyan dan pengikutnya.
Pada masa ini terjadi fitnah besar yang dimana Muawiyyah bin Abi Sufyan beranggapan bahwa Ali lah dalang dibalik atas pembunuhan Sayyidina Utsman,dikarenakan Ali tidak menyanggupi permintaan Muawiyyah yang dimana Ali diminta untuk mengupas tuntas dan menguak kasus pembunuhan Utsman bin Affan.Disisi lain sebenarnya Khalifah Ali bin Abi Thalib sedang sibuk-sibuknya untuk menyelesaikan permasalahan dalam negeri dan membenahi atas pemberontakan-pemberontakan yang terjadi didalam negeri. Dengan memiliki anggapan dan alasan bahwa Ali tidak mau menyelesaikan kasus pembunuhan Utsman bin Affan,Muawiyyah bin Abi Sufyan melakukan kampanye besar-besaran diwilayah kekuasaannya dan mencari pendukung serta pengikut baru untuk melakukan perlawanan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.Pada masa kampanye nya sebagai seorang yang menentang kekuasaan atas Khalifah Ali bin Abi Thalib,Muawiyyah sangat banyak mendapat pendukung yang mendukungnya untuk melakukan pemberontakan atas Khalifah Ali bin Abi Thalib. Sementara itu disisi lain Ali bin Abi Thalib juga melakukan persiapan untuk menghadapi perlawanan yang akan dilakukan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan padahal Ali juga sedang menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh Aisyah yang lebih dikenal dengan sebutan Perang Jamal [1] . Perang Jamal adalah perang yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib melawan Aisyah.Disebut perang Jamal karena pada saat perang Aisyah menunggangi seekor unta,yang dimana arti unta dalam bahasa arab adalah Jamal. Setelah menyelesaikan konflik yang dilakukan oleh Aisyah,selanjutnya Ali bin Abi Thalib harus menyiapakan pasukannya lagi untuk menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan.Pada kondisi ini pihak Ali bin Abi Thalib sangat dirugikan karena kondisi pasukan yang sedang lelah karena baru saja selesai menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh Aisyah.Sedangkan pada pihak Muawiyyah sangat diuntungkan akan hal ini,karena Ali dan pasukannya tidak bisa memusatkan konsentrasi akan perlawanan yang dilakukan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan. Pemberontakan yang dilakukan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan terhadap Ali bin Abi Thalib yang menimbulkan peperangan baru yang disebut Perang Shiffin.Perang Shiffin terjadi di tebing Sungai Furat yang terletak di Syiria(Syam).Pada saat perang Shiffin sebenarnya pihak Ali hampir mendapatkan kemenangan atas Muawiyyah bin Abi Sufyan.Namun pada pihak Muawiyyah bin Abi Sufyan terdapat seorang ahli siasat yaitu Amr bin 'Ash.Dia meminta kepada pihak Ali untuk bersedia melakukan perundingan antara kedua belah pihak. Akhirnya kedua belah pihak mengutus seorang hakim yang dimana para hakim-hakim tersebut nantinya membahas tentang bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi antara pihak Ali bin Abi Thalib dan pihak Muawiyyah bin Abi Sufyan [2] . Adapun peristiwa perundingan ini disebut dengan peristiwa tahkim yang dimana hal ini sangat menguntungkan pihak Muawiyyah dan merugikan pihak Ali.Adapun sebagian pasukan Ali yang tidak setuju atas keputusan Ali yang dimana dia memilih untuk menerima tawaran Amr bin 'Ash untuk ber- tahkim dan sebagian pasukan Ali ini memisahkan diri dari pasukan Ali yang lain dan mereka menganggap orang yang ber-tahkim adalah orang yang kafir dan tidak mematuhi hukum Allah SWT. Para pasukan Ali yang memisahkan diri dari pasukan Ali yang lain menyebut diri mereka dengan nama Khawarij.Kaum Khawarij mulai memberontak dan meninggalkan Ali dengan alasan bahwa Ali menerima tahkim.Kaum Khawarij bukan saja meninggalkan Ali,malahan berani untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa [3] . Pada suatu ketika Kaum Khawarij sedang berkumpul dan membahas tentang banyak keluarga dan kerabat mereka yang meninggal dunia yang diakibatkan oleh berbagai macam pertempuran,timbul lah sebuah pemikiran bahwa orang yang harus bertanggung jawab atas kematian sanak famili adalah 3 orang pemimpin sesat.Yaitu,Ali bin Abi Thalib,Muawiyyah bin Abi Sufyan,serta Amr bin'Ash.Mereka pun bersepakat untuk melakukan pembunuhan terhadap 3 orang pemimpin yang mereka anggap sesat itu.Namun,diantara 3 siasat pembunuhan itu yang berhasil hanya 1,yaitu membunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Singkat cerita ketika Ali bin Abi Thalib wafat kedudukan Muawiyyah bin Abi Sufyan naik dan dia menjadi khalifah dan mengubah sistem pemerintahan menjadi dinasti dan lebih dikenal dengan nama Dinasti Umayyah dan Muawiyyah sebagai khalifah pertamanya.
B. Perluasan Kekuasaan Dinasti Umayyah
Pada masa pemerintahan Muawiyyah bin Abi Sufyan sebagai khalifah Dinasti Umayyah,Beliau lebih memfokuskan kemajuan Islam pada bagian ekspansi wilayah.Bisa dibilang dinasti Umayyah merupakan dinasti yang agresif karena model kepemimpinan pemimpinnya berfokus terhadap perluasan wilayah-wilayah Islam.
Adapun perluasan yang dilakukan pada masa pemerintahan dinasti Umayyah dibagi dalam 3 bagian penaklukan wilayah penting:
1. Wilayah Asia Kecil,yaitu pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil,termasuk pengepungan terhadap konstantinopel dan penyerangan di laut tengah
2. Wilayah Afrika Utara,yaitu penaklukan terhadap wilayah bagian utara sampai kepada pantai Atlantik serta penyebrangan ke Selat Jabal Tariq hingga Spanyol
3. Wilayah Timur,yaitu penaklukan yang ditujukan kepada wilayah bagian timur hingga seberang sungai Jihun serta bagian selatan meliputi daerah Sind [4]
1. Perluasan Wilayah Asia Kecil
Pada saat berdirinya Dinasti Umayyah banyak terjadi kekacauan baik dari dalam maupun dari luar.Adapun kekacauan dari luar adalah Bangsa Romawi telah merebut kembali daerah Islam yang sebelumnya telah dikuasai oleh kaum muslimin,adapun wilayah yang diambil kembali oleh Bangsa Romawi berada di daerah Armenia.Oleh karena itu Muawiyyah mengambil tindak tegas untuk mengatasi masalah ini dengan menyiapakan pasukan serta armada laut lengkap.Dan oleh karenanya Muawiyyah pun berhasil mengambil alih pulau-pulau yang telah dikuasai oleh Bangsa Romawi.Oleh karena itu Muawiyyah memiliki tujuan dan target lebih besar yaitu untuk menguasai wilayah Konstantinopel namun gagal melakukannya.
2.Perluasan Wilayah ke Arah Timur
Pada masa pemerintahan Mu'awiyyah sangat banyak mendapat banyak kemajuan,berbagai perluasan wilayah terus dilakukan hingga ke wilayah timur,adapun wilayah timur yang ditaklukkan antara lain adalah wilayah Badqis,Harah,dan Balklh.Penaklukan ini didasari atas pengkhianatan mereka kepada kaum muslimin.Namun setelah wilayah Balklh telah berhasil ditaklukan merekapun memilih jalan untuk berdamai dengan umat Islam,diikuti oleh wilayah Badqis dan Harah yang memilih untuk menempuh jalan perdamaian juga kepada umat Islam [5] .
3.Perluasan Wilayah ke Afrika Utara
Ekspansi wilayah lanjutan terus dilanjutkan oleh Dinasti Umayyah,Target selanjutnya adalah Wilayah Afrika Utara.Sebenarnya wilayah ini telah dikuasai dan berada dibawah kendali pasukan satuan Romawi.Penaklukkan ini terus berlanjut hingga wilayah Tripoli yang dimana maksud tujuan penaklukkan ini adalah untuk menjaga Wilayah Mesir dari serangan Bizantium.Namun,disisi lain Bangsa Romawi juga memperkuat pasukan satuan yang berjaga di daerah Pantai Afrika Utara.Akhirnya penyerangan ini dipercayakan kepada Uqbah Ibnu Nafi'.Karena kemahiran Uqbah diapun berhasil merebut daerah yang telah dikuasai oleh Pasukan Romawi.
4.Perluasan ke Wilayah Barat
Ekspansi ke Barat terjadi pada zaman al-Walid (705-715) pasukan Islam yang dipimpin Musa Ibn Nusair dapat menaklukkan Jazair dan Maroko (89 H). Setelah dapat ditundukkannya dia mengangkat Thariq Ibn Ziad sebagai wakil pemerintahan daerah tersebut pada tahun 92 H(711 M). Perluasan dikembangkan ke Eropa, dimana Tariq menyebrangi selat antara Maroko dengan benua Eropa.Beliau mendarat di suatu tempat yang dikenal dengan namanya Gibraltar (Jabal Tariq).
Dalam misi penaklukan wilayah barat,Thoriq dilengkapi dengan jumlah pasukan yang berjumlah sekitar kurang lebih 7000 orang yang didalamnya juga terdapat sejumlah pasukan bar-bar.Namun,suatu ketika Thoriq mengetahui bahawa Raja Roderich telah menyiapkan sejumlah pasukan besar untuk melawan Thoriq yang berjumlah sekitar 100.000 pasukan.Oleh karena itu Thorik meminta bantuan kepada Gubernur Afrika Utara untuk memberikannya pasukan tambahan.Singkat cerita Thoriq berhasil memenangkan pertempuran atas Raja Roderich yang dimana Raja Roderich berhasil melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari pertempuran tersebut.Ada versi cerita lain yang beranggapan bahwa Raja Roderich telah tewas dalam pertempuran melawan Thoriq.Yang dimana keberadaan serta kabar Raja Roderich tidak diketahui setelah berlangsungnya pertempuran tersebut. [6]
Jadi dapat kita simpulkan bahwa sistem pemikiran para pemimpin Dinasti Umayyah berfokus dalam perluasan wilayah.Hal ini dapat dilihat dengan Ekspansi wilayah yang sangat besar hingga sampai ke wilayah Eropa.
C. Kemajuan-Kemajuan Umat Islam yang Berhasil dicapai Pada Masa Dinasti Umayyah
Dapat kita lihat pada sub bab diatas bahwa Dinasti Umayyah telah berhasil melakukan perluasan wilayah yang sangat besar hingga garis Eropa serta perbatasan Cina.Namun,tidak hanya dalam bidang perluasan wilayah sajalah Dinasti Umayyah berhasil menorehkan hasil yang membanggakan.Namun,Dinasti Umayyah juga berhasil menorehkan hasil yang gemilang dalam bidang lain,diantaranya dalam bidang kebudayaan,ekonomi,politik,pendidikan dan lain-lain.
1.Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah bukti empiris akan kemajuan di bidang ekonomi adalah dengan adanya Baitul Mal yang sangat berperan penting dalam memenejemenisasi keuangan negara.Dapat kita ketahui Dinasti Umayyah telah berhasil menaklukkan berbagai wilayah hingga Eropa serta perbatasan Cina.Oleh karena itu,Dinasti Umayyah juga mendapatkan pemasukan dana dari hasil penaklukkan wilayah tersebut.Adapun wilayah yang telah berhasil ditaklukkan merupakan wilayah yang sangat makmur serta memiliki sumber daya yang melimpah.Dinasti Umayyah juga melakukan pencetakan mata uang sendiri,yang mengakibatkan orang kaya ada dimana-mana bahkan penduduk yang bertempat tinggal ditempat tandus sekalipun memiliki harta kekayaan yang melimpah [7] .
Khalifah Abdul-Malik Rahimahullah diikuti oleh puteranya Al-Walid ibn Abd al-Malik Rahimahullah (705-715 M)seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.Dia membangun panti-panti untuk orang cacat.Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang Humanis ini digaji oleh negara secara tetap.Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
2.Bidang Politik
Kondisi politik dalam pemerintahan Dinasti Umayyah sangat berbeda dengan sistem politik pada zaman Khulafaur Rasyiddin.Muawiyyah bin Abi Sufyan telah mengubah sistem pemerintahan yang demokratis menjadi monarki,yang dimana arti monarki adalah penyerahan tahta kerajaan kepada garis keturunan sendiri.Sistem pemerintahan yang Monarki ini banyak memiliki dampak,baik positif maupun negatif.Adapun sisi positif pemerintahan monarki adalah raja memegang kekuasaan tertinggi,rakyat tunduk kepada raja,tata aturan pemerintahan tidak berbelit-belit.
Sedangkan peristiwa paling penting dalam bidang politik kenegaraan yang terjadi pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang merupakan titik pangkal kemajuan selanjutnya adalah peristiwa yang dikenal dengan "Tahun Persatuan Umat Islam" ('Amul Jama'ah).'Amul jama'ah adalah bersatunya umat Islam kepada kekuasaan Mu'awiyah, sehingga peristiwa ini merupakan pembuka jalan untuk menyusun kekuasaan baru umat Islam setelah terjadi perpecahan antara Ali dan Mu'awiyah. Dan pada saat inilah Mu'awiyah dipercaya umat Islam secara mayoritas) untuk menyebarkan Islam ke penjuru dunia.Dengan peristiwa ini, maka Mu'awiyah berhasil mengkosolidasikan situasi dalam negeri dan setelah berhasil di dalam negeri, maka segera berusaha mengadakan ekspansi dan perluasan wilayah. [8]
Jadi dapat dsimpulkan bahwa kondisi politik pada masa Dinasti Umayyah juga terdapat kemajuan yang signifikan meskipun pada akhir masa kekuasaan Dinasti Umayyah hal inilah yang nantinya menjadi boomerang tersendiri yang merupakan salah satu faktor internal yang nantinya menjadi sumber runtuhnya Dinasti Umayyah.
3.Bidang Kebudayaan dan Peradaban
Pada masa Dinasti Bani Umayyah merupakan benih yang ditebarkan atas pohon ilmu dan peradaban Islam, tetapi ia berbunga dan berbuah pada masa Daulah Abasiyyah. Pada masa Dinasti Bani Umayyah umumnya mempunyai perkumpulan kultur yang berbeda dari daerah yang ditaklukkan dan dikuasai, kemudian beragama kultur tersebut mempengaruhi kultur Islam pada bagian terbesar abad XIV sejarah Islam, menjadi bukti sepanjang periode daulah Bani Umayyah Umat Islam telah menyadari elemen-elemen yang bermanfaat dan sehat dari kultur yang bersumber dari Persia, Yunani dan Siria, ditambah dengan daerah-daerah besar pada saat itu yang telah ditaklukkan. [9]
Keragaman budaya baru yang hadir karena akulturasi budaya lama dengan yang lama disebabkan oleh luasnya wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah yang diperoleh dari kesuksesan hasil ekspansi hingga wilayah eropa dan perbatasan cina.Hal ini menyebabkan keragaman budaya Dinasti Umayyah sangat berkembang pesat.Dinasti Umayyah juga melakukan trasletasi (penerjemahan) kitab-kitab yang berbahasa selain arab yang kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Arab.Hal ini memunculkan dampak yang sangat positif untuk kelangsungan kemajuan peradaban Dinasti Umayyah dengan lahirnya ilmuan-ilmuan Islam baru yang nantinya menjadi cikal bakal kemajuan Peradaban Islam itu sendiri.
Pada zaman pemerintahan Dinasti Umayyah.Para masyarakat kehidupannya sangat makmur dikarenakan sukses nya ekspansi wilayah.Selain itu ada faktor lain yang mendorong kesejahteraan rakyat yaitu Dinasti Umayyah juga mencetak mata uang sendiri dengan bertuliskan Arab.Bisa dibilang rakyat pada zaman Dinasti Umayyah menjadi sejahtera karena menejemenisasi negara yang sangat baik yang berhasil diwujudkan oleh para Khalifah dinasti
4.Bidang Pendidikan
Seperti yang diambil dari poin pada paragraf 2 poin 3.Dinasti Umayyah banyak melakukan transletasi kitab-kitab yang berbahasa selain Arab kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Arab.Hal ini berjtujuan untuk memudahkan pemahaman ilmu non arab yang kemuadian dipelajari masyarakat arab itu sendiri yang dimaksudkan untuk memudahkan pembelajaran ilmu-ilmu itu sendiri.Selain transletasi bahasa,Dinasti Umayyah juga menyisipkan ajaran-ajaran Islam pada ajarannya sebagai dasar pondasi dan sebagai pengenalan Agama Islam bagi masyarakat awam yang sudah memeluk islam maupun yang belum memeluk agama islam.Yang jelas inti pokok kemajuan di bidang pendidikan pada masa Dinasti Umayyah adalah para khalifah ingin pendidikan Dinasti Umayyah lebih maju daripada pendidikan Bangsa Barat.
5.Bidang Administrasi Negara
Pada masa Dinasti,Bani Umayyah mengalami penafsiran baru.Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan Khalifah Bani Umayyah bukan orang ahli dalam soal-soal agama walaupun ada beberapa orang khalifah yang ahli soal agama tetapi masih merujuk dengan
sistem yang telah dilaksanakan oleh khalifah yang pertama Mu'awiyah. Maka itu masalah keagamaan diserahkan kepada ulama yang terdiri dari Qadhi atau Hakim. Pada umumnya para Qadhi atau Hakim tersebut merujuk kepada al-Qur'an dan Hadis Nabi sebagai sumber pertama.Ditambah lagi sistem pemerintahan negara yang Monarki hirediter yang dimana warisan kepemimpinan diwariskan langsung kepada garis keturunan.Jadi sangat penting peran ulama dalam menentukan perkara keagamaan yang terjadi dalam lingkungan hidup Dinasti Umayyah. [10]
Dalam pembagian kekuasaan wilayah Dinasti Umayyah menggunakan sistem pemerintahan terpusat (sentralisasi) yang dimana tiap-tiap pemerintah daerah bertanggung jawab langsung kepada Khalifah atas wilayah yang diperintahnya
Dinasti Umayyah juga menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi negara dan lembaga-lembaga yang berdiri.Disini Dinasti Umayyah juga mendirikan berbagai departemen yang bertujuan untuk mepermudah pengurusan administrasi negara,adapun departemen yang didirikan adalah:
a)Diwan Rasali,adalah departemen yang mengurus tentang surat-surat negara.
b)Diwan Kharraj,adalah departemen yang mengurusi tentang perpajakan negara
c)Diwan Jund,adalah departemen yang mengurusi di bidang peperangan atau ketentaraan
d)Diwan Khatam,adalah departemen yang bertugas sebagai pencatat peraturan-peraturan baru yang disahkan khalifah dan kemudian mengirimkannya ke berbagai wilayah Dinasti.
D.Faktor-faktor yang Mendukung Kemajuan Dinasti Umayyah
Disamping kesuksesan Dinasti Umayyah dalam berbagai bidang,baik dalam bidang eksternal maupun internal didalamnya juga terdapat berbagai hal pendukung yang mendukung akan kesuskesan dan kemajuan Dinasti Umayyah.Adapun faktor-faktor pendukung yang mendukung kemajuan Dinasti Umayyah adalah sebagai berikut.
1.Faktor Internal
Adapun faktor yang mendukung kemajuan Dinasti Umayyah yang ber asal dari dalam (internal) antara lain
a)Luasnya Wilayah,luas nya wilayah kekuasaan yang dimiliki Dinasti Umayyah membuat pemasukan negara menjadi lebih besar karena daerah kekuasaan Dinasti Umayyah banyak yang mengandung sumber daya alam yang melimpah dan kemudian diolah oleh Dinasti Umayyah yang nanti nya menjadi pemasukan tersendiri untuk negara.
b)Kekuatan Militer,kekuatan militer yang dimiliki Dinasti Umayyah bisa dibilang cukup kuat karena bukti empiris sendiri menunjukkan bahwa Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan berbagai wilayah ekspansi dengan cukup sukses.Dinasti Umayyah juga mendapatkan tambahan pasukan dari berbagai wilayah ekspansi oleh para pemimpin wilayah yang tunduk pada Dinasti Umayyah.
c)Faktor Ekonomi,faktor pendukung berikutnya yang menjadikan Dinasti Umayyah sukses menjadi dinasti yang maju adalah faktor ekonomi.Pengelolaan ekonomi pada zaman Dinasti Umayyah sangat baik,hal ini dapat kita lihat dari berbagai macam pembangunan infrastruktur negara yang ditujukan kepada masyarakat dan kesejahteraan masyarakat sangat diperhatikan sehingga masyarakat dapat hidup dengan berkecukupan bahkan kaya [11] .
2.Faktor Eksternal
Faktor eksternal (Berasal dari luar) yang mendukung kemajuan Dinasti Umayyah adalah sebagai berikut:
a)Kelemhan dan kemunduran kekuasaan akibat hancurnya negara Persia dan terporsirnya Bizantium, akibat peperangan kedua negara secara terus menerus barang tentu akan membawa pengorbanan dan kerugian yang besar bagi kedua belah pihak baik aspek militer, ekonomi, dan sosial kemsyarakatan.
b)Timbulnya kebencian orang-orang daerah jajahan Bizantium akibat sikap dan perlakuan semena-semena dhalim pihak penjajah terhadap orang-orang terjajah. Maksudnya, Islam ke daerah-daerah tersebut (bekas jajahan Bizantium dan Persia),mereka seakan memperoleh "angin segar" sebagai sikap kompensasi dari pemerintahan lama. [12]
Jadi dapat ditarik kesimpulan kedatangan Islam dalam ekspansi wilayah bukan hanya sekedar untuk memperluas wilayah ke Islaman namun juga untuk membebaskan rakyat kelas bawah yang tertindas oleh Raja mereka sendiri.
E. Konflik yang Terjadi Pada Zaman Dinasti Umayyah
Pada zaman pemerintahan Dinasti Umayyah juga terdapat berbagai macam pemberontakan,namun dalam sub bab ini akan dibahas 2 pemberontakan, yaitu pemberontakan yang dilakukan oleh Kaum Khawarij dan pembangkangan yang dilakukan oleh Kaum Syiah.
1.Pemberontakan Kaum Khawarij
Kaum Khawarij adalah kaum yang menentang Orang yang melakukan tahkim,mereka menganggap orang yang ber tahkim adalah orang kafir yang menentang tentang hukum Allah.
Perlawanan kaum Khawarij terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Farwah Al Asja'i. Perlawanan ini dapat dilumpuhkan oleh penduduk Kufah. Perlawanan tersebut kemudian dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya di antaranya adalah Syahib Ibn Yazid Al
Syaibini, Nafi' Ibn Al Azrak, Qathari Ibn Al-Fujjah, Abd. Rabih Al-Kabir dll.
Namun pada tahun 130H mereka berhasil menguasai Kota Madinah,namun perlawan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Marwan Ibn Muhammad yang pada akhirnya mereka hancur dan terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang nantinya tetap melakukan perlawanan pada zaman Dinasti Abbasyiah.
2.Pembangkangan Kaum Syiah
Pemberontakan ini dipimpin oleh Husain Ibn Ali yang dimana pada saat itu hendak menyerang Dinasti Umayyah pada masa kepemimpinan Khalifah Yazid bin Muawiyyah,Yazid bin Muawiyyah pun mengutus Ubaidillah Ibn Yazid untuk menghentikan serangan Husain.Pada awal peperangan sempat terjadi perundingan antar kedua belah pihak namun Husain tetap pada pendiriannya,akhirnya peperangan tidak dapat terhindarkan.Namun,disini dimenangkan oleh pihak Ubaidillah.Akan tetapi setelah peperangan berakhir Ubaidillah menunjukkan kesombongannya,dia memenggal kepala Husain dan menjadikannya bola dan menendang kepala Husain seperti permainan sepak bola pada zaman sekarang.Oleh karena itu perlawanan Syiah bukan malah menyusut tetapi malah semakin gigih untuk terus melakukan perlawanan yang berlanjut kepada Dinasti Abbasyiah.
F. Kemunduran Dinasti Umayyah
Adapun kemunduran Dinasti Umayyah yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah antara lain.
1.Diskriminasi Rasial
Pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah banyak orang no arab (mawali) yang baru memeluk Islam dikenakan jizyah,hal ini membuat timbulnya kurang nya kepercayaan antar kaum mawali dengan Dinasti Umayyah.Selain itu kebanyakan para pejabat negara berasal dari bangsa Arab itu sendiri.Suatu ketika ada hakim yang berasal dari kaum non arab,para masyarakat Arab langsung memprotesnya dan seketika itu pula hakik tersebut langsung diganti dengan hakim yang baru,tidak hanya sampai disitu,sikap rasisme juga terjadi ketika seorang pemerintah pada masa Dinasti Umayyah tidak membolehkan orang non arab untuk menjadi imam di masjid umum. [13]
Hal ini menyebabkan hilangnya rasa percaya antara orang mawali dengan para pemimpin Dinasti Umayyah yang nanti pada akhirnya hal ini menjadi boomerang tersendiri yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Umayyah.
2.Separatisme Bangsa Arab utara dan Bangsa Arab Selatan
Separatisme Bangsa Arab Utara dan Selatan terjadi akibat besarnya sifat kefanatikan kelompok.Mereka beranggapan bahwa kelompok merekalah yang paling benar. Sebenarnya pertikaian kedua kelompok itu sudah muncul sejak masa kekhalifahan Yazid Ibn Mu'awiyah, sedangkan benih-benihnya telah ada semenjak kekhalifahan Mu'awiyah. Dikatakan, bahwa Mu'awiyah membangun takhta Dinasti Umayyah di atas kekuatan tentara-tentara Yamaniyah. Putranya, Yazid, yang juga penerusnya kawin dengan seorang wanita suku Kaib. Oleh karena itu wajarlah jika di kalangan suku Qays terjadi kecemburuan, dan karena kecemburuan tersebut, maka mereka tidak mau mengakui Mu'awiyah II (putra Yazid) sebagai khalifah, tetapi mereka menyatakan kekhalifahan Abdullah Ibn Zubair di Hijaz sebagai khalifah tandingan. Dan ketika Marwan Ibn Hakam menjadi khalifah menggantikan Mu'awiyah II, pertempuran terjadi antara suku Qays dan suku Kalb pada tahun 684 M. Dalam pertempuran tersebut suku Kalb mengalami kekalahan. [14]
Hal ini juga menjadikan salah satu faktor besar yang menjadikan hancurnya Dinasti Umayyah.Bahkan ketika Bani Abbasyiah sudah memasuki kota dan bersiap untuk melakukan penyerangan.Didalam tubuh Dinasti Umayyah itu sendiri sedang terdapat puncak pertikaian antara Suku Qays dan Kalb.
3.Persaingan Jabatan Khalifah
Persaingan dalam perebutan jabatan Khalifah juga menjadi salah satu faktor hancur nya Dinasti Umayyah.Hal ini juga menjadi salah 1 faktor internal yang pada akhirnya menimbulkan dampak negatif tersendiri bagi Dinasti Umayyah
Kericuan dalam pergantian khalifah ini juga terjadi pada diri Sulaiman Ibn Malik. Ia dilantik menjadi segera setelah Walid Ibn Malik meninggal dunia. Walid pernah bermaksud memecat Sulaiman sebagai putra mahkota, karena ia ingin mengangkat anaknya sendiri yang bernama Abdul Aziz. Keinginannya tersebut disetujui oleh Hajjaj Ibn Yusuf, namun ditentang oleh Umar Ibn Abdul Aziz, lalu dipecatlah Umar tersebut dari jabatan Gubernur
Madinah. Akan tetapi setelah Sulaiman menjadi khalifah ia melampiaskan dendamnyakepada orang-orang yang telah menyetujui keinginan Walid Ibn Abdul Malik tersebut. Setelah kematian anaknya, Ayub Ibn Sulaiman, menunjuk Umar Ibn Abdul Aziz untuk menjabat sebagai khalifah, dan barang kali penunjukan tersebut merupakan balasan jasa Sulaiman terhadap sikap Umar Ibn Abdul Aziz yang mendukung kekhalifahannya.
Persaingan perebutan kekuasaan terus berlanjut hingga masa kepemimpinan Marwan Ibn Muhammad.Hal ini lah yang menyebabkan rasa persatuan yang terdapat pada diri Dinasti Umayyah lemah dan dapat dengan mudah dihancurkan dari luar oleh musuh.
4.Dekadensi dan Demoralisasi Khalifah
Sejarah menjelaskan bahwa tubuh pemerintahan Dinasti Umayyah diwarnai oleh Dekadensi dan Demoralisasi Khalifah.Sejarah menjelaskan bahwa Khalifah Yazid Ibn Malik memiliki Akhlaq yang sangat tercela,dia sangat suka berfoya-foya,minum minuman keras,dan bercumbu dengan dayang-dayangnya.Singkat cerita setelah Khalifah Yazid meninggal dunia, tahta mahkota di berikan kepada Walid Ibn Yazid yang memiliki akhlaq yang tercela pula,yang dimana dia suka sekali berbuat maksiat seperti meminum minuman keras dan bercumbu dengan dayang-dayangnya.Hal ini membuat rakyat yang tidak setuju dengan sistem pemerintahan Walid melakukan kudeta dan menggulingkan kepemimpinan Walid Ibn Yazid.
5.Gerakan Bani Abbas Menggulingkan Dinasti Umayyah
Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.Ditambah sikap baik hati Khalifah Umar bin Abdul Aziz membuat semakin suburnya propaganda rencana penggulingan Dinasti Umayyah.
Serangan terhadap kekuasaan Bani Umayyah dimulai dari Khurasan, suatu daerah di Persia kemudian dilanjutkan ke Kufah, Irak. Dalam pertempuran antara kekuatan Bani Abbas dengan kekuatan Bani Umayyah yang terjadi pada tahun pada tahun 750 M. Di Irak, Bani Umayyah mengalami kekalahan dan khalifah Marwan Ibn Muhammad lari ke Mesir. Tetapi kemudian ia terbunuh di sana pada tahun 132 H./750 M. tak lama kemudian Damaskus jatuh. Dengan terbunuhnya Marwan Ibn Muhammad (Marwan II) dan jatuhnya Damaskus sebagai pusat pemerintahan Dinasti Bani Umayyah, maka berakhirlah sudah riwayat kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.Dan digantikan oleh Dinasti Bani Abbas. [15]
Dengan berakhirnya masa kepemimpinan Dinasti Umayyah Umat Islam pun memiliki sistem kepemimpinan yang baru yang dipimpin oleh Bani Abbasyiah atau disebut dengan masa kepemimpinan Dinasti Abbasyiah.
G.Proses Peralihan kekuasaan Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasyiah
Banyaknya kemunduran yang dialami oleh Dinasti Umayyah menyebabkan niat untuk melakukan pemberontakan oleh Bani Abbasyiah kepada Dinasti Umayyah semakin kuat,ditambah lagi banyaknya permasalahan internal yang dihadapi Dinasti Umayyah seperti perebutan kepemimpinan membuat lemahnya persatuan dibadan Dinasti Umayyah yang dimanfaatkan oleh kaum pemberontak yang ingin menggulingkan kekuasaan Dinasti Abbasyiah.Ditambah banyak kaum mawali yang benci terhadap sistem kepemimpinan Dinasti Umayyah yang membeda-bedakan hak antara Kaum Mawali dengan Bangsa Arab.Terlebih lagi kaum khawarij yang menyatakan diri bergabung dengan Bani Abbas yang berencana menggulingkan Dinasti Umayyah.Hal ini sangat menguntungkan Bani Abbas yang berencana menggulingkan pemerintahan Dinasti Umayyah.Dan Bani Abbas sukses menjalankan rencana nya dengan merebut satu per satu kota kekuasaan Dinasti Umayyah dan mengakhiri kekuasaan Dinasti Umayyah.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Mukhtar. 1990. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta:Pustaka Alhusna
Zakki Fuad,Ahmad. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya:Uinsa Press
Mas'ud,Sulthon. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya:Uinsa Press
Rianawati. 2010. Sejarah & Peradaban Islam. Pontianak:STAIN Pontianak Press
[1] Mukhtar Yahya, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Pustaka Alhusna,1990), hal 298
[2] Mukhtar Yahya, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Pustaka Alhusna,1990), hal 302
[3] Mukhtar Yahya, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Pustaka Alhusna,1990), hal 305
[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya:2015), hal 113
[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya:2015), hal 115,117
[6] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya:2015), 118
[7] Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, (Pontianak:STAIN Pontianak Press,2010), hal 122
[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya:Uinsa Press,2015), hal 126
[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ......., hal 123
[10] Sulthon Mas'ud, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya:Uinsa Press,2014), hal 85
[11] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ......., hal 128
[12] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ......., hal 130,131
[13] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ......., hal 132
[14] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ......., hal 133
[15] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, ......., hal 141
Download File Dinasti Umaiyyah/Khilafah Bani Umaiyyah
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku
ConversionConversion EmoticonEmoticon