Dinasti Abbasiyah atau Khilafah Bani Abbas
A. Asal usul dan pembentukan dinasti Abbasiyah, pemerintahan bani Abbas
B. Perluasan wilayah atau ekspansi masa bani Abbas
C. Kemajuan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi; kemajuan ilmu agama, filsafat dan sains, pertanian, ekonomi, militer, pendidikan, seni, budaya dan bidang politik, Tokoh-tokoh ilmuwan masa Bani Abbas; Al-Ghazali, Al-Farabi, Ibnu Sina, dll.
D. Faktor-faktor kemunduran dinasti Abbasiyah.
DINASTI ABBASIYAH
A. Asal Usul dan Pembentukan Dinasti Abbasiyah, Pemerintahan Bani Abbas
Dinasti Abbasiyah adalah inasti yang berdiri setelah dinasti Umayyah, banyak kemajuan yang terjadi pada ummat Islam pada masa dinasti Abbasiyah, seperti ilmu Agama, Filsafat, dan Sains.
Ada dua faktor yang menjadi sebab kemunculan dinasti Abbasiyah, yaitu faktor eksternal dan faktor internal:
1. Faktor eksternal
Tindakan Mu'awiyyah yang tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta.
Mu'awiyyah melanggar perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali yang berupa "bahwasannya pemilihan khalifah selanjutnya dipilih oleh ummat Islam", tetapi hal yang terjadi adalah Mu'awiyyah telah mencalonkan Yazid, anaknya. Dan itu menjadi bom waktu untuk dinasti Umayyah yang mana banyak pemberontakan-pemberontakan terjadi pada masa itu, seperti pemberontakan oleh Husein ibn Ali, yang menjadi sebab perang Karbala, dan pemberontakan kaum Syi'ah yang dipimpin oleh Al-Mukhatar, dan juga pembangkangan oleh Abdullah ibnu Zubair dan pemberontakan bani Abbas yang awal gerakan ini dinamakan bani Hasyim.
Dan dari pemberontakan-pemberontakan ini dinasti Umayyah tumbang dan digantikan oleh bani Abbasiyah.
2. Faktor Internal
Menurut Phillip K. Hitti, istilah Abbasiyah diambil dari nama paman Nabi Muhammad SAW al-Abbas Ibn Abd Al-Mutholib Ibn Hasyim. Istilah ini mulai muncul pada masa pemerintahan Hisyam Ibn Abdul Malih, sebelum itu mereka menamakannya dengan gerakan Hasyimiyah atau gerakan Ahlul al-Bait. [1]
Faktor kedua ini terjadi karena bani Hasyimiyah atau Ahlul al-Bait menentang golongan bani Umayyah dengan harapan ingin menjadi Khalifah, karena mereka beranggapan jabatan kekhalifahan telah direbut oleh bani Umayyah, dan dari situlah para Ahlul al-Bait mulai merancang rencana untuk meruntuhkan kekuasaan bani Umayyah.
Tokoh utama dalam pergerakan ini adalah Muhhamad ibn Ali, gerakan bani Abbasiyah ini dibuat di negara Hamimah, ada tiga strategi dalam pengaturan gerakannya. Pertama, seruan tentang hak khalifah ialah dari kerabat Nabi Muhammad SAW. Dan seruan itu tidak tergantung individu tertentu. Kedua, menghasut rakyat untuk menentang pemerintahan Bani Umayyah dan mempersiapkan diri untuk dapat menerima anjuran baru . Ketiga, membentuk paksi Hamimah, Kufah, dan Khurasan sebagai pusat kegiatan. [2]
Dimana Hamimah adalah negeri yang berada di Syam yang berdekatan dengan Damsyik, dan Muhammad ibn Ali bisa membuat tiga strategi tersebut karena belaiu banyak mengkaji tentang peristiwa-peristiwa sejarah, sebab dimana banyak kegagalan yang terjadi dalam beberapa golongan, saat selesai dalam kajiannya tersebut Muhammad ibn Ali membuat tiga strategi tersebut, strategi yang akan dilakukannya bersama kader-kader pemberontak yang telah diutus dan dilantik di Kufah dan Khurasan.
Muhammad ibn Ali mengarahkan kader-kadernya dengan dua program kerja, yang pertama yakni, dengan cara rahasia, dan yang kedua dengan terang-terangan, yang bermula pada tahun 127H. [3]
Program kerja yang dibuat oleh Muhammad ibn Ali yang pertma yakni dengan cara rahasia itu karena Muhammad ibn Ali hanya menyeru kepada kader-kader dan para pemimpin kelompok yang berada di Kufah dan Khurasan, sedangkan dalam program kerja kedua secara terang-terangan yaitu ketika pihak Hamimah mengirim Abu Muslim al-Khurasani ke Khurasan untuk mempimpin dalam pertentangan terhadap Bani Umayyah yang terjadi pada tahun 127 Hijriah.
Pada tahun 125 H Muhammad ibnu Ali meninggal dan menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada anaknya, Ibrahim.
Setelah meninggalnya Muhammad ibnu Ali tampuk kepemimpinan yang di pegang oleh Ibrahim, anaknya. gerakan Abbasiyah semakin populer dan berkembang, serta memperoleh kemenangan-kemenangan, Ibrahim di rawat oleh Abu Muslim al-Khurasan, Ibrahim telah memiliki sifat kepemimpinan, kecerdikan, dan kekuatan yang hebat yang ada pada diri Abu Muslim. Ibrahim ditangkap saat Marwan ibnu Muhammad menduduki tahta pemerintahan bani Muawiyah, Marwan mulai mendengar desas-desus penghianatan dan adanya pemberontakan, setelah Marwan mengutus seorang mata-mata untuk memastikan kebenaran hal tersebut dan diketahui otak dari pemberontakn tersebut adalah Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ali keturunan Al-Abbas, pada tahun 132 H. setelah tertangkapnya Ibrahim maka kepemimpinan diserahkan kepada Abdillah ibnu Abbas, saudaranya. Dan memerintahkannya untuk segera memindahkan kepemimpinan ke Kufah bersama sanak saudaranya.
Di Kufah orang pertama yang menyebarkan gerakan bani Abbas adalah Meisaroh. [4]
Di Kufah yang mana gerakan Abbasiyah di sebarkan oleh Maisaroh, bekas budak dari seorang hamba sahaya, ada dua cara dalam pergerakan di Khurasan, Pertama: secara sembunyi-sembunyi atau rahasia dengan pemimpin-pemimpin di Hamimah dan Khurasan. Kedua, dengan mengirim kader-kader yang telah terlatih untuk menyamar sebagai saudagar saudagar di Khurasan, dengan strategi yang sudah dirancang rapi yang berhasil membuat seluruh penduduk Khurasan menggelegak marah dan menenetang bani Umaiyyah.
B. Perluasan Wilayah Atau Masa Ekspansi Bani Abbas
Setelah bani Abbas memegang tampuk pemerintahan, banyak perubahan yang terjadi pada masa itu, seperti halnya dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan para sejarawan membagi masa pemerintahan bani Abbas menjadi lima periode: [5]
1. Periode pertama (132 H-232 H), disebut sebagai periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua (232 H-334 H), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H-447 H), disebut dengan masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat (447 H-590 H), disebut dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H-656 H), masa khalifah bebas dari pengaruh dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaanya hanya efektif di sekitar Baghdad. [6]
Pada periode pertama, bani Abbas mencapai kejayaan dalam bidang
Pemerintahan, khalifah menjadi tokoh yang menjadi pusat kekuasaan politik dan agama, kemakmuran masyarakat menjadi tingkat tertinggi, dalam periode ini pula ilmu filsafat menjadi landasan pengetahuan dalam islam, tapi saat berakhirnya periode ini Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, dan dalam periode ini pula dinamakan masa pengaruh Persia yang pertama karena mulai masuk pengaruh-pengaruh dari Persia.
Namun pada masa pemerintahan Abu Al-Abbas atau Abu Ja'far Al-Mansur memegang tampuk pemerintahan semua diperbarui, beliau mengangkat Wazir ketua atau seseorang yang membawai kepala-kepala departemen, sat itu Abu Ja'far memilih Khalid ibnu Barnak,
Saat itu juga Abu Ja'far Al-Mansur memindahkan ibukota Negara yang asalnya di Hasyimiyah di pindahkan ke Baghdad, yakni kota yang baru di bangunya dan menjadi bekas ibukota Persia.
Khalifah Al-Mansur juga berusaha kembali menaklukkan daerah-daerah yang membebaskan diri dari pemerintahan pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. [7]
Diantara usaha Al-Mansur adalah merebut benteng-benteng di Asia, Kota Matalia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukam Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di bagian lain Oksus dan India.
Pada pemrintahan Abu Ja'far Al-Mansur banyak melakukan ekspansi atau perluasan daerah meskipun tidak seberhasil bani Umayyah dalam melakukan ekspansi.
Al-Mansur wafat dalam perjalanan menunaikan ibadah haji pada bulan Oktober 775 M. sebelum meninggalnya beliau menunjuk Al-Mahdi, anaknya sebagai pengganti atau pemimpimpin Khalifah Bani Abbas setelahnya.
C. Kemajuan Ilmu Agama, Filasafat, dan Sains
Kemajuan dinasti Abbasiyah dalam bidang Agama, Filsafat, dan Sains tidak luput dari keberadaan kota Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu Pengetahuan. Baghdad adalah kota yang didirikan atas inisiatif Al-Mansur yang terletak di sebelah barat sungai Tigris.
Letak kota Baghdad yang strategis tidak hanya menjadikan Baghdad sebagi ibukota negara saja, tetapi juga sebagi pusat perdagangan, pusat kajian ilmu Pengetahun dan Teknologi. [8]
Pada masa dinasti Abbasiyah ilmu teknologi dan pengetahuan berkembang sangan pesat, sebagaimana pada masa itu menjadi era keemasan untuk umat Islam, banyak lahir filsuf-filsuf Muslim, ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu Hisab, tokoh-tokoh agama, pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab dan masih banyak penemu teknologi lainnya.
Semua kemajuan itu tidak luput dari pengaruh keberadaan kota Baghdad yang strategis, yang menjadikan Baghdad sebagai kota yang sering dikunjungi oleh para ilmuwan yang ada di penjuru dunia, banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti halnya penerjemahan ke dalam bahasa Arab, begitupun ilmuwan Islam tidak hanya memepelajari agama saja tetapi juga memepelajari ilmu Teknologi seperti: ilmu Astronomi dan lain sebagainya.
Popularitas bani Abbasiyah hingga sampai puncaknya banyak di pelopori oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Al-Ma'mun puteranya (813-833 M), Khalifah Harun Ar-Rasyid banyak mengeluarkan kekayaanya untuk keperluan sosial, seprti Rumah sakit, lembaga pendidikan , Dokter, dan Farmasi. Sudahbterdapat 800 dokter pada masanya, pada masa beliau negaraIislam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi, dimana seluruh umat Islam hidup dalam kesejahteraan dan dalam pendidikan yang memadai dan dalam tingkat kemakmuran yang paling tinggi. [9]
Pada masa Khalifah Al-Ma'mun yang dikenal sebagai Khalifah yang sangat mencintai ilmu, beliau mendirikan "Darul Hikmah" pusat kerajaan pengetahuan dan teknologi, tidak hanya sebagai pusat kerajinan juga sebagai pusat perpustakaan dan kantor penterjemahan ilmu-ilmu non Arab ke dalam bahasa Arab, seperti Filsafat Yunani, ilmu-ilmu Barat.
Maka daulah kejayaan Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak di pelopori Khalifah Harun Ar-Rasyid juga puterannya khalifah Al-Ma'mun, dimana umat Islam mencapai puncak keemasan dan banyak muncul imuwan-ilmuwan Muslim.
1. Kemajuan Ilmu Agama
Ilmu agama berkembang sangat subur di era Abbasiyah, hingga saat ini ilmu Agama yang masih digunakan yaitu: ilmu Hadis, ilmu Kalam atau Teologi, ilmu Fiqh, ilmu Tasawwuf, dan Ilmu Tafsir.
a. Ilmu Hadis
Pada zaman ini kajian Hadis sebagai sumber hokum setelah Al-Qur'an, berekembang dengan cara menelusuri koententika (shohih) hadis [10] .
Sebelum masa ini belum ada pengkaji Hadis dan pembukuan Hadis secara formal sebagaimana Al-Qur'an, maka pada zaman ini pula hadis dibukukan, diteliti atas perawi, sanad, matan hingga akhirnya dapat diketahui ke shahihan, ke hasanan, ke dhoifan Hadis tersebut. Hingga saat ini kita bisa menggunakan kitab-kitab yang banyak kita pelajari.
b. Ilmu Kalam
Pada masa Al-Ma'mun dan Harun Ar-Rasyid Ulama Kalam terbagi menjadi dua aliran, pertama aliran Mu'tazilah dan aliran Rasional, bani Abbasiyah memakai pemikiran Mu'tazilah dan dijadikan sebagai aliran resmi.
Ilmu kalam tidak hanya digunakan sebagai ilmu agama tapi juga ilmu Kalam untuk menjunjung tinggi negara Islam pada masa itu, juga mengembangkan pemikiran umat yang tidak hanya di bidang keagamaan tapi juga di bidang sosial kemayarakatan.
c. Ilmu Fiqh
'Ulama Fiqh pada zaman Abbasiyah ini sangat terkenal hingga saaat ini, dimana ada empat Madzhab, yaitu: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'I, Imam Ahmad bin Hambal.
Pada masa ini ada dua cara dalam mengambil hukum Fiqih yang kemudian menjadi aliran tersendiri, yaitu:
Ahl al-Hadis: Aliran ini hanya mengambil dan berpegang teguh pada Al- Qur'an dan Hadis. Pemuka aliran ini adalah Imam Malik, Imam Syafi'i dan pengikut Sufyan As-Sauri. [11]
Ahl Ar-Ra 'yi: Aliran yang menggunakan akal tapi juga dengan Al-Qur'an untuk mengistimbatkan hukum, pelopor aliran ini ialah Imam Abu Hanifah, dan Fuqoha'Irak.
Disini kita mengetahui bahwa pemkiran setiap madzhab ini sangat berbeda-beda, dan juga pemikirannya yang sangat maju, hingga lahirlah para Ulama Fiqh yang terkenal hingga saat ini, dan juga para Mu'allif kitab-kitab terkenal.
d. Ilmu Tasawwuf
Pada zaman ini pula lahirlah ilmu Tasawwuf dimana ilmu ini sangat penting dalam perkembangan Islam, ilmu ini pula yang melatih spiritual dengan selalu berdzikir, dengan ilmu Tasawwuf pula para ilmuwan berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan.
e. Ilmu Tafsir
Ilmu Tafsir pada zaman ini berkembang dengan pesat, kareana banyak umat Muslim yang mulai ingin mengkaji, memahami isi dari Al-Qur'an, terutama orang non Arab yang kurang menguasai bahasa Arab.
Al-Qur'an pun berkembang tidak hanya dengan penafsiran ma'na tapi para mufassir juga menggunakan metode Bil-Ma'tsur dan Bi al-Ra'yi.
Dalam perkembangan ilmu Agama pada masa ini sungguh sangat besar dan, banyak sumbangan ilmu dari para 'Ulama yang berguna hingga saat ini, seperti halnya ilmu Lughah, yang meliputi ilmu Nahwu, Sharaf, Bayan dan masih banyak lainya.
2. Kemajuan Filsafat dan Sains
Perkembangan ilmu Pengetahuan pada masa ini berkembang dengan pesat, faktor yang paling menonjol dalam bidang ini dengan adanya banyak penerjemah yang mulai menerjemahkan kitab-kitab non Arab ke dalam bahasa Arab.
Para Ilmuwan Muslim tidak mengambil keseluruhan Filsafat Yunani, tetapi hanya mengadakan perubahan dengan disesuaikan ke dalam ajaran Islam. [12]
Dalam perkembangan Filsafat ini memang sangat meluas atau berkembang dengan pesat, tetapi dari para Filsuf Muslim sendiri yang hanya mengambil beberapa Filsafat Yunani dan menjadikannya kajian dalam agama Islam dan dirubah sesuai ajaran Islam.
3. Kemajuan Sains Dan Teknologi
Tidak hanya ilmu Agama yang makin berkembang tetapi juga ilmu sains dan Teknologi. Meskipun Sains dan Teknologi orang-orang Arab masih kalah dengan orang Yunani, tetapi perkembangannya yang mulai signifikan beertanda dengan dibangunnya Universitas-universitas Islam.
a. Ilmu Kedokteran
Ilmu Kedokteran ini tumbuh dan berkembang pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid abad 9 M. [13]
Pada masa kekhaifahan Harun Ar-Rasyid, dimana beliau menggunakan kekayaannya untuk bakti sosial seperti halnya membangun rumah sakit, dan selanjutnya berkembang menjadi Rumah Sakit Islam.
b. Ilmu Kimia
Dari banyak penelitian yang dilakukan oleh Ilmuwan-ilmuwan Muslim pada daulah Abbasiyah hingga akhirnya bisa menemukan banyak teori-teori Kimia.
Para ilmuan banyak melakukan eksperimen dan mengumpulkan kenyataan untuk membuat proposisi untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu Pengetahuan.
c. Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi dulu hanya sebagai pennetu arah kiblat, setelah mengalami siklus perkembangan ilmu Astronomi digunakan para pelaut dan pedagang dan para tentara untuk menyampaikan agama diluar negeri.
Dalam hal penemuan ilmu Astronomi ini umat Muslim dapat menggunakannya dalam melihat perbintangan dalam memastikan segala sesuatu yang bisa dihubungkan dengan hilal atau rembulan, dan dengan ilmu Astronomi ini, pemerintahan Abbasiyah pun semakin kaya dengan hasil Impor atau Ekspor yang dilakukan para pedagang ke negeri Tiongkok.
d. Ilmu Matematika
Dalam ilmu Matematika ini orang Arab sangat berperan besar dalam mengembangkan ilmu ini.
Orang-orang Islam dibawah pimpinan Haitan dan Al-Khawarizimi membuat teori Matematika.
Dan dari ilmuwan-ilmuwan inilah banyak teori Matematika yang masih sangat digunakan hingga sekarng ini, seprti: Al-Jabar dan Trigonometri.
4. Kemajuan Ekonomi
Kemjuan dalam bidang Ekonomi pada masa Abbasiyah sangat berkembang dengan cepat. Sehingga dalam waktu singkat perekonomian bisa berkembang dengan pasti.
a. Sektor Pertanian
Perhatian besar dari para khilafah Abbasiyah dalam sektor Pertanian ditandai dengan suatu gerakan revolusi hijau didaerah-daerah subur dilembah sungai Daljah dan Effrat. [14]
Dari sini pemerintahan bani Abbas semakin maju karena pertanian semakin maju dan rakyat pun semakin hidup makmur.
b. Sektor Industri
Kebijakan bani Abbas pada sektor industri ini mengacu pada penggalian suber daya alam dengan memanfaatkan tenaga insani yang mulai terdidik dibidang padat karya.
Dari banyak sumber daya alam yang ada pada zaman tersebut dinasti Abbasiyah sudah dinilai cukup maju meskipun hanya bertaraf sangat kecil, dilihat dari segi kemakmuran rakyatnya saat itu dinasti Abbasiyah sangat direkomendasikan pada zamannya.
c. Sektor Perdagangan
Setelah dipindahnya ibukota oleh Al-Mansur ke Baghdad maka secara tidak lansung sektor Perdagangan untuk dinasti Abbasiyah ini berkembang dengan pesat, karena Baghdad terletak sangat strategis dan baik pula jika digunakan untuk tempat perdagangan.
Karena ramainya pedagang yang keluar masuk ke Baghdad, maka di Baghdad tidak hanya memperdagangkan produk dalam negrei tapi juga produk luar negeri atau barang Impor. [15]
5. Kemajuan Pendidikan
Pada masa ini pendidikan dan pegajaran menjadi berkembang dengan pesat, umat Islam mampu membaca dan menulis, juga dapat memahami Al-Qur'an.
Tempat pendidikannya pun berbeda-beda dimana pendidikan dasar bertempat di masjid-masjid, dan Al-qur'an menjadi bahan kajian wajib.
6. Kemajuan Seni Dan Budaya
Tak luput dari perkembangan-perkembangan keilmuwan sains dan lainnya, tapi juga pada masa dinasti Abbasiyah kemajuan dalam bidang Seni dan Budaya, seperti halnya:
a. Seni Bangunan Dan Arsitektur Masjid
Seni Arsitektur masjid pada masa itu tidak ada tandingannya, hal penting yang mengacu dalam Arsitektur masjid ini masih mengacu pada masa-masa sebelumnya, yakni pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin.
b. Seni Banguna Kota
Seni bangunan Islam yang pada awalnya hanya sederhana yang menjelma sebagai bentuk masjid, kemudian berangsur angsur merambah ke seni bangunan, setelah umat Islam memperoleh pengetahuan teknik-teknik dari tenaga ahli dari wilayah-wilayah yang menjadi kekuasan Islam. [16]
7. Kemajuan Politik
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah didalam kepemimpinan masyarakat Islam tidak hanya menjadi perubahan dinasti, tetapi dapat dikatakan sebagai revolusi dalam sejatah Islam. [17]
Banyak perubahan dalam kepemimpinan, dan dalam kepimimpinan dinasti Abbasiyah yang lebih mengedepankan pengembangan peradaban Islam dan mempeertahankan wilayah kekuasaan, daripada memperluas wilayah kekuasaan. Akan tetapi politik bani Abbas yang mengikuti sistem Monarki, yakni khalifah setelah Abul Abbas tetap dari keluarganya.
8. Tokoh-tokoh Ilmuwan Pada Masa Bani Abbas
a. Ilmu Agama
1) Ilmu Tafsir
a) Abu Yunus Abdus Salam Al Qowazini
b) Amar Ibnu Muhammad al-Khawarizmi
c) Amr al-Hasan ibnu Sahl
2) Ilmu Hadis
a) Imam Muslim
b) Imam Bukhori
c) Imam turmudzi
d) Ibnu Majjah
e) Imam Nasa'i
f) Abu Daud
3) Ilmu Kalam
a) Abu Huzail Al-Allaf
b) An-Nazzam
c) Bisri Ibnu Mu'tamir
d) Abu Ishaq Ibrahim
e) Amru bin Ubaid
4) Ilmu Tasawwuf
a) Al-Qusyairi
b) Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabbudin
c) Imam Al-Ghazali
b. Filsafat dan Sains
1) Al-Kindi
2) Ibn Sinah
3) Al-Farabi
4) Ibnu Rush
c. Sains dan Teknologi
1) Ilmu Kedokteran
a) Ar-Razi
b) Ibnu Sinah
2) Ilmu Kimia
a) Jabir Ibnu Hayyam
3) Ilmu Astronomi
a) Al- khawarizimi
b) Ibnu kardabah
4) Ilmu Matematika
a) Ibnu Haitanm Al-Khawarizmi
D. Faktor-fator Kemnduran Dinasti Abbasiyah
Perkembangan dan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah berlomba-lomba untuk hidup mewah dari pendahulunya. Kecenderungan bermewah-mewahan yang ditiru oleh anak-anak pejabat menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. [18]
Karena kehidupan para pemimpin dinasti Abbasiyah yang mulai tidak stabil dan suka bermewah-mewahan membuat faktor perekonomian rakyatnya terganggu dan jatuh miskin, dan memberi kesempatan untuk tentara Turki yang sudah professional mengambil kendali pemerintahan.
Banyak muncul tokoh-tokoh kuat yang kemudian memimpin daerah-daerah untuk memerdekakan diri dari kekuasaan pusat dan mendirikan dinasti-dinasti kecil. Ketergantungan atas tentara bayaran yang menjadikan tentara Turki yang memiliki kelebihan masing-masing yang dapat melakukan tawar-menawar dalam masalah tugas, banyak penguasa bani Abbasiyah memiliki tentara sendiri, dan apabila para tentara tersebut tidak dibayar sesuai tawaran mereka maka tentara-tentara itu akan mengancanm keselamatan pihak keluarga sang khalifah dan khalifahnya, lama-kelamaan struktur sosial politik dan militer pun lemah karena sifat ketergantungan khalifah-khalifah Abbasiyah kepada tentara-tentara bayaran.
[1] Ah.Zaki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (digilib.uinsby.ac.id), h. 108-109. Diakses pada 18-10-2018 pukul 3.12 WIB
[2] Ahmad Syalabi, Al-Tarikh al-Islam, (Kairo: Maktabah an-Nadhiyah, 1978), hal. 27 dalam buku Ah. Zaki Fu'ad, Sejarah Peradaban Islam, (digilib.uinsby.ac.id), h.109.
[3] A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT.Al-Husna Baru, 2003), hal.26
[4] Ah. Zaki Fu'ad, Sejarah… h.110
[5] Bojenq Gaajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktab Al-Tijari, Tanpa Tahun), h. 360.
[6] A. Salabi, Sejarah… h. 50
[7] Badri yatim, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, PT.Grafindo Pustaka, 2013), h.67
[8] Ah. Zaki Fuad, Sejarah... hal. 115
[9] Badri Yatim, Sejarah… hal. 52
[10] Ah. Zaki Fuad, Sejarah… hal. 116-117.
[11] Ah. Zaki Fuad, Sejarah… hal. 118-199.
[12] Ah. Zaki Fuad, Sejarah... h. 117-122
[13] Phillip K. Hitti, The History….hal. 141. Dalam buku Ah. Zaki Fu'ad, Sejarah… h. 123
[14] Ah. Zaki Fuad, Sejarah… hal. 129
[15] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh… hal. 318. Dalam Ah. Zaki Fuad, sejarah…. h. 131.
[16] H. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Toha Putra, 2009), h.94-95.
[17] Ah. Zaki Fuad, Sejarah… h. 126.
[18] Bdari Yatim, Sejarah….. h. 62.
Download File Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku
ConversionConversion EmoticonEmoticon