DINASTI ABBASIYAH / KHILAFAH BANI ABBAS
A. PEMBENTUKAN DINASTI ABBASIYAH
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam dibuka dengan peran penting yang dimainkan oleh khalifah Abu Al-Abbas (750-754). Irak menjadi panggung drama besar itu. Dalam khutbah penobatannya, yang disampaikan setahun sebelumnya di masjid Kufah, khalifah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya al-saffih, [1] penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu merupakan pertanda buruk, karena dinasti yang baru muncul ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah islam, di sisi singgasana khalifah tergelar karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi. As-Saffah Menjadipendiri dinasti Arab Islam ketiga -setelah Khulafa Ar-Rasyidin dan Dinasti Umayyah- yang sangat besar dan berusia lama. Dari 750 M. hingga 1258 M. Penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan, meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan Negara teokrasi, yang menggantikan pemerintah sekuler (mulk) Dinasti Umayyah. Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya dalam berbagai kesempatan seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada shalat Jum'at, khalifah mengenakan jubah (burdah) yang pernah dikenakan oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad. Akan tetapi, masa pemerintahannya, begitu singkat. As-Saffah meninggal (754-775 M) karena penyakit cacar air ketika berusia 30-an. [2]
Menurut pemahaman saya, dari kutipan diatas adalah bahwa Abu Al-Abbas menyebut dirinya sendiri sebagai As-Saffih, penumpah darah yang mengisyaratkan bahwa mereka mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. Dan sejarah islam juga pertama kalinnya menggelar karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi.Setelah itu As-Saffah menjadi pendiri dari Dinasti Arab Islam yang ketiga setelah kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib (Khulafa Ar-Rasyidin) dan Dinasti Umayyah yang pada masa itu sangat besar sekali dan sangat lama sekali. Setelah itu Abu Al-Abbas memegang pemerintahan yang akan menangani system pemerintahan seperti system politik, pemerintahan, dan bentuk Negara yang akan merencanakan kemajuan-kemajuan Ilmu Agama, Filsafat, Sains, dsb. Meskipun tidak sepenuhnya berkuasa. Dinasti Abbasiyah mempunyai ciri khas keagamaan tersendiri berupa istana kerajaannya dalam berbagai kesempatan seremonial, seperti ketika sedang dinobatkan sebagai khalifah Abu Al-Abbas mengenakan baju jubah putih untuk melakukan sholat jum'at.
Berbagai teknis diterapkan oleh pengikut Muhammad Al-Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji di balik itu terprogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya Daulah. Penulis melihat pendirian Daulah tidak semudah membalik telapak tangan dan tidak semudah meminum air, tetapi memerlukan tenaga dan usaha-usaha yang sampai mengorbankan nyawa dalam jumlah yang tidak sedikit.Dan ini bisa terlihat pada peperangan yang terjadi antara Daulah Umayyah dan pendukung berdirinya Daulah Abbasiyah seperti peristiwa 11 jumadil Al-Akhirah 132 H dalam waktu itu terbunuh 300 orang dari Daulah Umayyah dan termasuk Ibrahim bin Al-Walid bin Abdil Malik saudara dari Yazid. [3]
Menurut analisa saya tentang kutipan diatas adalah Abu Al-Abbas mempunyai program untuk menyebarkan ide ide dan mencari pendukung terbentuknya Daulah Abbasiyah. Akan tetapi resiko dari program-program yang telah dibuat oleh Abu Al-Abbas memerlukan tenaga yang kuat, usaha-usahanya sampai mengorbakan nyawa dan semua itu dilakukan melalui perdagangan dan melaksanakan ibadah haji. Dan dari keadaan ini sudah terlihat akan peperangan antara Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah yang terlaksana pada tanggal 11 jumadil Al-Akhirah 132 H dan pada hari itu juga penngikut Daulah Umayyah telah terbunuh sebanya 300 orang salah satu tokoh pentingnya yaitu Ibrahim bin Al Walid bin Abdil Malik saudara dari Yazid.
Beberapa faktor-faktor pendorong berdirinya Dinasti Abbasiyah dan penyebab dari suksesnya.
1. Banyak terjadi perselisihan antara intern Bani Umayyah pada decade trakhir pemerintahannya hal ini di antara penyebabnya: memperebutkan kursi kekhalifahan danharta.
2. Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahann Bani Umayyah, seperti khalifah Yazid bin Al-Walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan.
3. Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota.
4. Bergabungnya sebagai afradkeluarga Umayyah kepada mazhab-mazhab agama yang tidak benar mennurut syariah, seperti Al-Qadariyah.
5. Hilagnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani Umayyah.
6. Kesombongan pembesar-pembesar bani Umayyah pada akhir pemerintahannya.
7. Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non-Arab).
Dari berbagai penyebab-penyebab yang telah dijelaskan diatas dan denganketidaksenangan mawali pada Daulah Umayyah mengakibatkan runtuhnya Daulah Umayyah dan bedirinya Daulah Abbasiyah yang telah mendapat dukungan dari para Mawali dari Khurasan dan Persi.
B. PERLUASAN WILAYAH PADA MASA BANI ABBASIYAH
Pemerintahan Bani Abbas adalah keturunan Al-Abbas, paman Rasulullah Saw. Pendirinya adalah Abdullah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Al-Abbas, beliau dianggap sebagai suatu kemenangan setelah Rasulullah Saw.wafat diserahkan kepada keluarga Rasulullah dan sanak saudaranya.
Pada khilafah bani Abbas mulai masuk pengaruh-pengaruh Persia. Pengaruh ini dirasakan semakin kuat setelah kota pemerintahan dipindah ke Baghdad. Pengaruh Persia ini setelah melunakkan kekasaran dari kehidupan Arabia yang primitive. Keadaan ini membuka jalan bagi suatu zaman yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan peradabannya diantaranya Kemajuan Ilmu Agama, Filsafat, dan Sains. [4]
Daulah Abbasiyah ini dipegang oleh paman Rasulullah Saw. yang bernama Abdullah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Al-Abbas yang telah dibaiat sebagai pemimpin Daulah Abbasiyah. Abu Abbas dibaiat mulai tahun 132 H di kota Kuffah. Akan tetapi ia menjadi khalifah tidak lama dan ia sudah lepas dari tanggung jawab menjadi pemimpin Daulah Abbasiyah dikarenakan wafat, pada tahun 136 H dikota Anbar. Namun, sebelum meninggal ia telah lebih dahulu melantik saudaranya Abu Ja'far sebagai penggantinya dengan gelar Al-Mansur.
Ketika Abu Ja'far Al-Mansur memegang tampuk pimpinan, maka sistem pemerintahan ia perbarui. Dalam soal pemerintahan umpamanya, ia mengangkat, Waziryang membawahi kepala-kepala departemen. Untuk memegang jabatan Wazir itu ia pilih Khalid Ibn Bermak, seseorang yang berasal dari Balkh (Bactral) di Persia. Untuk meneguhkan dan memantapkan khalifah Bani Abbas, ia juga menyusun peraturan-peraturan dan membuat undang-undang.
Cobaan pada setiap pemimpin selalu ada disetiap pemerintahan seperti halnya Daulah Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Abbas telah diuji oleh Allah Swt. Atas pemberontakan dari golongan golongan yang membenci adanya Daulah Abbasiyah seperti halnya golongan Syi'ah, Khowarij. Kaum Syi'ah melihat Abu Abbas telah melakukan monopoli kekuasaan mulai mengambil sikap menentang. Dalam menghancurkan lawannya itu, tak segan-segan menggunakan kekerasan. Bahkan sekutunya sendiri, Abu Muslim dibunuh karena dianggap menjadi saingan yang berbahaya bagi dirinya.
Untuk menjaga stabilitas keamanan, ia mendirikan ibukota baru didaerah Baghdad, sebagai pengganti Damaskus. Ia beranggapan bahwa Baghdad adalah tempat yang sangat cocok bagi segala kebutuhan Khalifah Bani Abbas, karena kota Baghdad terletak di tepi sungai Trigis. Nama resminya adalah Madina al-Salam (kota perdamaian). [5]
Pembagian wilayah kerajaan Umayyah ke dalam provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur (tunggal amir dan 'amil) sama dengan pola pemerintahan pada kekuasaan Bizantium dan Persia. Pembagian ini tidak mengalami perubahan berarti pada masa Dinasti Abbasiyah. Provinsi Dinasti Abbasiyah mengalami perubahan dari masa ke masa, dan klasifikasi politik juga tidak selalu terkait dengan klasifikasi geografis, seperti yang terekam dalam karya Al-Ishthakhri, Ibn Hawqal, Ibn Al-Faqih, dan karya-karya sejenis. [6] Berikut ini merupakan provinsi-pronvinsi utama pada masa awal kekhalifahan Baghdad:
1. Afrika di sebelah barat Gurun Libya bersama dengan Sisilia;
2. Mesir;
3. Suriah dan Palestina, yang terkadang dipisahkan;
4. Hijaz dan Yamamah (Arab Tengah);
5. Yaman dan Arab Selatan;
6. Bahrain dan Oman, dengan Bashrah dan Irak sebagai ibukotanya;
7. Sawad atau Irak (Mesopotamia bawah) dengan kota dengan kota utamanya setelah Baghdad yaitu Kuffah dan Wash;
8. Jazirah (yaitu kawasan Assyiria Kuno, bukan Semenanjung Arab), dengan ibukota Mosul;
9. Azerbaijan, dengan kota-kota besarnya, seperti Ardabil, Tibriz, Maraghah;
10. Jibal (perbukitan, Media Kuno), kemudian dikenaldengan Irak Ajami (Iraknya Orang Persia), dengan kota utamanya adalah Ramadhan. [7]
Al-Mansur meninggal dunia pada bulan Oktober 775 M dalam perjalanan menunaikan ibadah haji ke mekkah, dan dikuburkan di tanah suci. Sebelum meninggal dia telah menunjuk anaknya, al-Mahdi, sebagai penggantinya. Ia memimpin khalifah bani Abbas selama kurang lebih 20 tahun. [8]
C. KEMAJUAN ILMU AGAMA, FILSAFAT, SAINTEK
1. Ilmu Agama
Kemajuan di bidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu, yaitu ulumul qur'an, ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa, dan fiqih.
a. Ilmu Tafsir
Ilmu ini berkembang pesat pada masa pemerintahan bani Abbasiyah. Penafsiran Al-Qur'an berkembang pesat tidak hanya dengan penafsiran makna tetapi penafsiran "Bil al Ma'sur dan Bi al Ro'yi". Diantara karya besar Tafsir adalah Al-Farra' yang merupakan karya Tafsir pertama dengan disesuaikan dengan sistematik Al-Qur'an. Kemudian muncul golongan ulama' yang menafsirkan Al-Qur'an secara rasional, seperti Tafsir Al Jahiz. Sedangkan para ahli Tafsir terkemuka yang muncul pada zaman Abbasiyah adalah Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani yang merupakan salah satu penganut aliran Tafsir bi al Ra'yi. Sedangkan yang muncul dari aliran Tafsir Bi Al Aqli adalah Amar Ibnu Muhammad al-Khawarizmi, Amir al-Hasan bin Sahl.
b. Ilmu Hadist
Pada zaman ini kajian Hadis sebagai sumber hukum setelah Al qur'an berkembang dengan cara menelusuri keotentikan (shohih) Hadis. Hal ini dapat terbentuknya ilmu-ilmu Jarhi wa Ta'di dan Ilmu Mustalahul Hadis. Beranjak dari ilmu Mustalahul Hadis dan Ilmu Jarhi Wata'di ini para ulama' Hadis berhasil mengkodifikasi Hadis ke dalam kitab secara teratur dan sistemik. Diantara kitab-kitab Hadis yang disusun pada waktu itu ialah kitab Hadis "Kutub as-sittah" yaitu kitab Hadis disusun oleh enam ulama' Hadis, yaitu Imam Muslim, Imam Bukhori, Imam Turmudzi, Ibnu Majjah, Imam Nasa'i, Abu Daud. Dari enam diatas ada duayang dianggapaling otentik (shohih) yaitu Muslim dan Bukhari yang lebih dikenal dengan "Shahihaini".
c. Ilmu Kalam
Pada zaman al-Ma'mun dan Harun al-Rasyid, ilmu kalam mendapat tempat yang luas, bahkan ilmu bahkan ilmu kalam (teologi) sangat mempengaruhi keadaan pemeritahan saat itu. Seperti aliran Mu'tazilah dijadikan aliran resmi pemerintah Bani Abbas. Peran Ilmu Kalam pada saat itu sangat besar untuk membela Islam dari paham-paham Yahudi dan Nasrani. [9]
d. Ilmu Fiqih
Pada masa ini ada dua cara dalam mengambil hukum fiqih yang kemudian menjadi aliran tersendiri, yaitu:
1) Ahl al-Hadis : (Aliran yang berpegang teguh pada nash-nash Al-Qur'an dan Hadis)
2) Ahl al-Ra'yi : (Aliran yang menggunakan akal pikiran dalam mengistimbatkan hukum di samping memakai Al-Qur'an dan Hadis).
e. Ilmu Tasawuf
Ilmu Tasawuf ini menyebar di penjuru negeri Islam di wilayah Abbasiyah yang dibawa oleh para sufi-sufi terkemuka seperti:
1) Al-Qusyairi, nama lengkapnya Abu Kasim Abdul Karim bin Hawzin al Qusairi (wafat 465 H). Kitab yang terkenal ialah ArRisalah al Qusyairiyah.
2) Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin, (wafat 632 H) kitab yang terkenal ialah Awariful Ma'arif.
3) Imam Al-Ghazali, (wafat 502 H) salah satu Ulama' Tasawuf yang terkenal lahir di Thus abad ke-5 Hijriyah. Kitab terkenalnya adalah Ihya 'Ulumuddin.
2. Kemajuan Filsafat dan Sains
a. Filsafat
Filsafat berkembang pesat pada Daulah Abbasiyah terutama pada masa Al Ma'mun dan Harun Ar-Rasyid karena pada saat itu kitab-kitab filsafat, khususnya Yunani sudah diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Secara umum dalam bidang Filsafat ini orang orang Islam masih banyak mengambil dariFilsafat poang-orang Islam masih banyak mengambil Filsafat Yunani seperti filsafat Greek dan Coptic, hal ini bagi umat islam saat itu merupakan kepentingan yang utama (Tracending Importance). Pengambilan ini hanya berupa ide-ide pertama kali pada masa Al-Ma'mun, seperti Al-Kindi, Ibn Sinah, Ibnu Rush yang masih mengambil ide dari Aristoteles. [10]
b. Sains dan Teknologi
Dalam bidang sains dan teknologi, orang-orang Arab masih kalah dalam bidang tersebut dengan orang Yunani, Sains, dan Filsafat yang terbentuk atas rangsangan buku terjemahan dari orang Yunani. Kemudian perkembangan ilmu pengetahuan (Sains) ditandai dengan berdirinya Universitas-universitas Islam di Iraq dan Baghdad, baru setelah itu banyak penemuan-penemuan penting tentang sains dan teknologi diantaranya, yaitu ilmu Kedokteran, ilmu Kimia, ilmu Astronomi, ilmu Matematika. [11]
D. PERDAGANGAN INDUSTRI
Di sebelah barat, para pedagang Islam telah mencapai Marokodan Spanyol. Seribu tahun sebelum de Lesseps, Khalifah Harun mengemukakan gagasan tenntang menggali kanal di sepanjang Ists-mus di Sues. Namun, perdagangan Mediterania Arab tidak pernah mencapai kemajuan yang berarti.
Pada masa Abbasiyah telah mampu mengimpor barang dagangan seperti, rempah-rempah, kapur barus, dan sutra dari kawasan Asia yang lebih jauh, juga mengimpor gading, kayu eboni, dan budak kulit hitam dari Afrika.
E. PERKEMBANGAN BIDANG PERTANIAN
Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah karena pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, ditepian sungai yang dikenal dengan nama Sawad. Ada 113 Kanal besar pertama, yang disebut Nashr 'Isa setelah digali kembali oleh keluarga Al-Manshur, menghubungkan aliran sungai Efrat di Anbar sebelah barat laut dengan sungai Trigis di Baghdad. Salah satu cabang utama Nahr 'Isa adalah Sharah. Kanal teresar kedua adalah Nahr Sharshar, kanal ketika adalah Nahr Al- Malik yang tersambung ke sungai Tigris di bawah Madain. [12]
Tanaman asli Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas, dan rami. Daerah yang sangat subur berada di bantaran tepian sungai ke selatan, Sawad, yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran, yang tumbuh di daerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan beragam bunga, seperti bunga mawar dan violet juga tumbuh subur. [13]
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai Trigis, setelah kota itu di bumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut dihancurkan pasukan Mongol, meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gadang ilmu, dan membakar buku-buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun1508 M oleh tentara Kerajaan Safawi.
Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara sangat sulit kaena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Badri Yatim [14] , M,A.,di antaranya hal yang menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Persaingan antar bangsa
2. Kemerosotan Ekonomi
3. Konflik Keagamaan
4. Perang Salib
5. Serangan Bangsa Mongol (1258 M)
Faktor-faktor Penyebab kemunduran
a. Faktor Intern
1) Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Peerkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok.
2) Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma'mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Parsi. Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar.
3) Konflik Keagamaan
Sejakn terjadinya konflik anatara Muawiyah dan Khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat: pengikut Muawiyah,Syi'ah dan Khawarij. Krtiga kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa kekhalifahan Muawiyah maupun masa kekhalifahan Abbasiyah adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi'ah. [15]
b. Faktor Eksternal
1) Banyaknya Pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah,akibat kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islamm secara real, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas.
2) Dominan Bangsa Turki
Sejak Abad kesembilan kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakanorang-orang professional dibidang kemiliteran, khususnya tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan inilah yang mengancam kekuasaan khalifah.
3) Dominasi Bangsa Persia
Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah, sehingga dari mereka yang menjadi panglima tentara, diantaranya menjadi panglima besar. Setelah memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada di bawah telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka. Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam do'a - do'a diatas mimbar, bertanda tangan di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang, dinar, dam dirham. [16]
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Z. (2014). Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UIN SA Press.
K.Hitty, P. (2006). History of the Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Nizar, S. (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Supriyadi, D. (2016). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1] Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), h.358.
[2] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2016), h.128.
[3] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Kecana,2011) h. 66.
[4] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.156.
[5] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.157.
[6] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.131.
[7] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.131.
[8] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.157.
[9] Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.159-161.
[10] Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.162-165.
[11] Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.166.
[12] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2016), h.132-133.
[13] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2016), h.134.
[14] Badri Yatim, Sejarah Peeradaban Islam, h.80-85.
[15] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2016), h.137.
[16] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2016), h.138.
Download File Dinasti Abbasiyah/Khilafah Bani Abbasiyah (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku
ConversionConversion EmoticonEmoticon