Kerajaan pasca Dinasti Abbasiyah
A. Dinasti Usmaniyyah di Turki (Turki Usmaniyyah)
1. Pembentukan dan perkembangan
Kerajaan Usmani di Turki atau bisa disebut dengan Turki Usmani awal munculnya adalah pendatang dari Asia Tengah yang untuk sementara menetap di Turkistan sebelum melanjutkan pengembaraan ke berbagai wilayah lainya. Mereka itu termasuk kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Karena tekanan-tekanan serangan Mongol pada abad ke-13 M., mereka melarikan diri ke daerah Barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. [1]
Pada zaman dahulu di sebelah barat gurun Gobi terdapat sebuah suku yang bernama Turki. Suku tersebut hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Masyarakat Turki memeluk agama Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10. Suku bangsa Turki lihai dalam berperang, pintar berdiplomasi, dan akhirnya dengan waktu yang singkat terbentuklah sebuah kekuatan politik yang besar.
Bangsa Turki memiliki dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia. Yang pertama yaitu dinasti Turki Saljuk, dan yang kedua dinasti Turki Usmani.
Bangsa Turki terbagi menjadi berbagai macam suku-suku. Diantara suku tersebut bernama suku Oghuz, dari suku-suku tersebut terlahirlah sultan pertama dinasti Turki Usmani, yakni Usman.
2. Asal usul pembentukan
Bangsa turki mempunyai dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia, pertama dinasti Turki Saljuk, dan kedua dinasti Turki Usmani. Tentang Turki Saljuk telah dijelaskan pada bab terdahulu. Kehancuran dinasti Turki Saljuk oeh serangan pasukan Mongol merupakan momen terbentuknya dinasti Turki Usmani (selanjutnya kita sebut Usmani).
Usmani semula adalah keluarga suku kecil Ughu yang kemudian bergabung dengan Turki Saljuk karena tekanan tentara Mongol. Tetapi, setelah Ertogrul pemimpin mereka wafat (1280 M.), puteranya yang bernama Usmani menggantikannya sebagai pemimpin suatu wilayah pemberian Turki Saljuk yang merdeka. Sedangkan inasti Turki Saljuk yang menghantarkannya hancur oleh serangan tentara Mongol. Karena kekuatan militernya, Usmani dijadikan benteng pertahanan terdepan bagi dinasti-dinasti kecil dari ancaman serangan Mongol. Secara tidak langsung mereka telah mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar padinsyah Ali Usman.
Selanjutnya, kekuasaan Usmani secara resmi dipegang oleh khalifah-khalifah yang banyak jumlahnya, dimulai dari pendirinya Usman bin Ertogrul (1281-1324 M.), disusul oleh khalifah-khalifah besar seperti Muhammad II Fatih dan Muhammad II, sampai dengan Khalifah terakhir Abdul Majid II (1922-1924 M.). [2]
Pembentukan kekuatan militer usmani dimulai sejak kepemimpinan Ertogrul sampai dengan kepemimpinan Orkhan. Mereka memperkuat negara dengan sistem kemiliteran yang kuat. Mereka mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuk terbentuk kesatuan militer yang disebut yennisary atau Inkisariyah,
Sistem kemiliteran ini masih diperkuat lagi dengan prajurit dari unsur rakyat penggarap tanah yang diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan militer dan sewaktu-waktu dibutuhkan harus siap. Kaum feudal atau tuan tanah diharuskan pula menyediakan kuda serta peralatan perang yang disumbangkan untuk miter. Untuk memperkuat ekspansi ke Asia, Afrika dan Eropa, dibentuklah korp angkatan laut yang berfungsi menopang mesin militer Yennesary.
3. Kemajuan di bidang peradaban
Orang turki terkenal pandai berbaur dengan masyarakat bangsa-bnagsa lain, mereka terbuka dengan berbagai kebudayaan. Sebagai bangsa yang berdarah militer, Usmani lebih menonjolkan kegiatan di bidang kemiliteran, sedangkan dalam bidang ilmu pengetauan tidak begitu menonjol. Meskipun demikian, dalam batas-batas tertentu seni arsitektur islam tidak luput dari perhatian Usmani. [3]
Pada masa sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya dibangun masjid-masjid, sekolah, rumas sakit, gedung-gedung, makam, jembatan, saluran air, villa dan pemandian umum.disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun dibawah kordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia (Hitti, 1970: 715).
Dalam bidang keagamaan, Usmani sangat memperhatikan kehidupan keagamaan dimasyarakat. Khususnya dalam aspek-aspek sosial keagamaan dan pelaksanaan hukum-hukm agama. Kekhalifahan ini lebih bercorak keagamaan, sehingga ia sendiri sangat terikatdengan syariat sehingga fatwa ulama' menjadi hukum yang berlaku. Ulama menjadi sangat penting, khususnya ketika masa-masa kejayaan Usmani. Contoh, mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa egitimasi mufti, keputusan hukum kekhalifahan bisa tidak berjalan (Hitti, 1970: 714)
.
4. Kemunduran dan kejatuhan
Proses kemunduran hingga kejatuhan Usmani berlangsung sangat lama, yaitu selama tiga abad, mulai berakhirnya masa Sulaiman II al-Qanuni (1520 M.) hingga masa kejatuhannya (1924 M.). kemunduran bermaksud ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, melemahnya semangat prajurit Usmani ingga menyebabkan berbagai serangan yang dilancarkan untuk mempertahankan wilayah tidak dapat patahkan oleh lawan.
Kedua, menyadari akan kelemahan-kelemahan Usmani, mulailah sebagian wilayah di timur mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekhalifahan Usmani. Di Mesir Yennisary bersekutu dengan dinasti Bani Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak 1772M. dinasti Mamalik berhasil menguasai Mesir hingga datang Napoleon pada 1789 M. [4]
Adapun kemunduran Usmani tersebut diatas disebabkan oleh beberapa faktor sebagaiman dijelakan oleh Prof. K. Ali sebagai berikut:
Pertama, luasnya wilayah kekuasaan Usmani yang akhirnya tidak mampu dikendalikan dari pusat, karena sistem pemerintahannya tidak lagi efektif seperti masa-masa sebelumnya.
Kedua, pemberontakan yang dilakukan berkali-kali oleh pasukan Yennisary.
Ketiga, penguasa yang tidak cakap setelah Sulaiman II al-Qanuni.
Keempat, akibat sejumlah peperangan yang membawa Usmani pada kekalahan, menyebabkan perokonomian ekonomi Usmani semakin terpuruk dari waktu ke waktu.
Kelima, ilmu pengetahuan dn teknologi khususnya berkaitan dengn kebutuhan militer akan keduanya, tidak terlalu berembang.
Keenam, tumbuhnya gerakannasionalisme. [5]
B. Kerajaan Safawi di Persia
1. Kerajaan Safawi bermula dari perjuangan Shafi al-Din al-Ardabily (1252-1334 M) yang telah mendirikan dan memimpin tarekat safawiyah di Ardabil Azerbaijan. Shafi al-Din dikenal sebagai murid yang taat dari seseorang Mursyid yang syekh Taj al-In Ibrahim Zahidi (1218-130 M) di kota Jilan dekat laut Kaspia, kemuadian ia dijadikan menantu oleh gurunya dan sepeninggal gurunya ia menggantikan kedudukannya.setelah syekh Shafi al-Din meninggal, kedudukannya diganti oleh anaknya bernama Sadr al-Din Musa (1334-1399 M). Sadr al-Din diganti oleh anaknya bernama Khawaja Ali (1339-1427 M) dan selanjutnya kepemimpinan tarejat diteruskan oleh anaknya bernama Ibraim sampai tahun 1447 M. [6]
2. Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Safawi
Ismail Safawi berkuasa selama 23 tahun (1501-1524 M). pada sepuluh tahun pertama ia dapat meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sangat luas. Perluasan itu dapat disajikan sebagai berikut:
Ø Tahun 1503 M, berhasil menghancurkan tentara Aka Konyulu di Hamadan.
Ø Tahun 1504 M, bebeapa potensi di sekitar laut Kaspia (Mazandara, Gurgan dan Yard) ditaklukan.
Ø Tahun 1505-1507 M, menguasai beberapa daerah di Diyar Bakr.
Ø Tahun 1508 M, menguasai Baghdad dan Barat daya Persia.
Ø Tahun 1509 M, menguasai Sirwan.
Ø Tahun 1510 M, merebut kota Kharasan setelah tiga tahun sebelumnya dibawah kekuasaan Ozbeg dari Transaksonia. [7]
Dan ketika ingin memperluas wilayahnya pada tanggal 23 Agustus 1514 M (ada yang menyebutkan 6 September 1514) ia dikalahkan oleh tentara Turki Usmani yan dipimpin Sultan Salim I dalam sebuah perang besar di Ghaldiran, dekat Tibris.
Sejak kekalahan itu, Ismail tidak bergairah lagi memimpin negaranya, ia lebih suka hidup menyendiri dan berburu. Akibatnya terjadi persaingan, sehingga kerajaan Safawi semakin hari semakin lemah, ketika Ismail meninggal di Ardabil, ia diganti oleh putranya yang abernama Tahmasp memerintah pada tahun 1524-1576 M. perselisihan itu terjadi sampai pemerintahan Muhammad Khudabanda 1578-1588 M. dan raja yang paling berjasa dalam memulihkan kebesaran Safawi sekaligus membawanya kepuncak kemajuan adalah Syah Abbas (1588-1629 M).
C. Keraajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal adalah salah satu dari ketiga kerajaan besar islam di masa periode pertengahan. Kerajaan itu berpusat di India dengan ibukota pemerintahan di Delhi, ia tidak sebesar pemerintahan Turki Usmani, tetapi ia dapat bertahan selama kurang dari tiga setengah aba, dan berhasil menguasai yang mayoritas penduduknya adalah Hindu, sementara umat Islam minoritas
Mughal bukankah kekuasaan Islam di India yang pertama. Tetapi sebelumnya telah ada beberapa kerajaan, dan berupaya memperjuangkan Islam disana. Dimulai dari pejuang muslim, Muhammad ibn Qasim dimasa khalifah Al-Walid dari Bani Umayyah di Damaskus. Kemudian dinasti-dinasti: Ghaznawi (997-1186 M.), Khalji (1296-1316 M.), Tughlag (1320-1412 M.), Sayyid (1414-1451 M.), dan DInasti Lodhi (1451-1526 M.). jadi, Mughal kerajaan islam yang terakhir di India, tepatnya adalah setelah Dinasti Lodhi jatuh,hingga berganti dengan pemerintahan imperelisme Inggris memerintah disana. [8]
1. Kemajuhan, kemunduran dan Kehancuran
Perkonomian Mughal mengandalkan sektor pertanian dan industri, hasil pertanian yang melimpah mencuplai kebutuhan bahan baku bagi pabrik-pabrik pengolahan. Kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik tekstil di zaman Auranzeb. Ia mengekspor tenun, rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, wool, parfum, dll. Ke pasar Eropa.
Bidang seni syair dan bidang seni arsitektur berkembang. Lahir seorang penyair distana terkenal, Malik Muhammad Jayazi, yang mnulis karya agung, Padmavat. Bangunan indah dan megah yang merupakan peninggalan Mughal hingga sekarang adalah istana Fatfur Sikri dan Lahore, Tajmahal, Villa, dan masjid Agung Delhi.
Banyak faktor penyebab kemunduran dan kemundurannya, antara lain sebagai berikut:
Ø Perebutan kekuasaan antara keluarga
Ø Pemberontakan oleh umat Hindu
Ø Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar
Ø Kelemahan ekonomi [9]
Dinasti-dinasti Kecil masa pemerintahan bani Abbas
A. Dinasti Umaiyyah di Spanyol
Lebih kurang stengah abad, antara keruntuhan final kekhalifahan Umayyah dan tampilannya al-Murawiyyah, merupakan masa fragmentasi politis, meskipun demikian, pada masa itu pula teradi kecemerlangan kultural. Sejumlah dinasti lokal menurut A. R. Nykl ada dua puluh tiga, berkuasa diagian Al-Andalus, sebagian diantaranya hanyalah negara kota, sebagian lainnya seperti lain Afthasiyyah di Barat daya, menguasai amat luas.
B. Dinasti Rustamiyah
Rustamiyyah memiliki nilai penting bagi sejarah Islam Afrika Utara yang amat tidak sebanding dengan masa dan lingkup kekuasaan politis mereka. Pada abad kedelapan mayoritas Afrika Utara menganut sekte Kharijiyyah yang radikal, equalitarian, dan religio politik sebagai protes terhadap dominasi tuan-tuan mereka yang Arab dan ortodo. Sementara di Timur Kharijiyyah merupakan sekte minoritas yang ekstrem dan kasar, di Barat Khariiyyah merupakan gerakan massa dan karena itu lebih moderat. [10]
C. Dinasti Idrisi (172-311 H/ 788-932 M)
Dinasti Idrisiyah didirikan oleh Idris ibn Abdullah cicit Hasan putra Ali ra. Dia salah seorang tokoh Bani Alawiyyin.
Selama kekuasaan Idrisi (172-314 H/ 789-926 M) karera turun waktu yang cukup lama dibandingkan dengan dinasti-dinasti yang lain dia tidak banyak mencatat keunggulan. Dalam aspek dakwah Idrisi telah membawa islam meyakinkannya kepada penduduk Maroko dan sekitarnya. Melalui dinasti ini suku Barbar yang dulunya hidup secara tidak teratur, akhirnya dapat membangun sesuatu pemerintahan sendiri.
D. Dinasti Aghlabiyah (184-296 H/ 800-909 M)
Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim ibn Aghlab anak dari pejabat Khurasan dari militer bani Abbas. Pada tahun 179 H/ 795 M. Ibrahim memperoleh hadiah wilayah yang sekarang disebut Tunis, karena dari jasa Ibrahim dan kepatuhannya membayar pajak tahunan, dan karena ada motif-motif lain.
Kemajuan yang dapat dicatat oleh dinasti ini antara lain sebagai berikut:
Ø Kerena kemakmuran gegerinya seihingga dia mampu membangun armada tangguh.
Ø Berdirinya dua masjid besar, megah dan monumental, masjid Zaitunah di Tunis oleh Ahmad dan masjid Qairuwan oleh Ziyadatullah I.
Ø Dalam bidang fikih muncul seorang ahli dari mazhab Maliki yang amat terkenal, Sahnun.
Ø Dinasti ini juga berhasil menggeser dominasi Bahasa latin ke bahasa arab dengan demikian tertanamlah akar yang kokoh bagi pertumbuhan kebudayaan islam diwilayah ini. [11]
E. Dinasti Thuluhiyah (254-292 H/ 868-905 M)
Dinasti Thuluhiyah mewakili dinasti lokal pertama Mesir dan Suriah yang memperoleh otonomi Baghdad. Ahmad ibn Thulun seorang prajurit Turki, dia memperoleh peluang besar untuk menjabat di lingkungan istana. Ayah ibn Thulun sebagai komandan pengawal istana. Ibn thulun juga dibesarkan diwilayah militer yang keras dan ketat, inilah yang melatar belakangi garis politik ibn Thulun selanjutnya.
Di pemerintahan Dinasti Thulun, irigasi diperbaiki, ekonomi meningkat dan Mesir mulai menjadi pusat kebudayaan Islam. Beliau juag mendirikan rumah sakit sendiri yang besar di Fushthat dan masjid ibn Thulun yang berada di Kairo.
F. Dinasti Ikhsidi (323-358 H/ 395-969 M)
Untuk tiga tahun berikutnya, Mesir diperinta oleh wali yang tunduk kepada Baghdad, tetapi tahun 232 H./ 935 M. serorang Turki lainnya, Muhammad ibn Tughj ditunjuk untuk menjabat sebagai wali. Meskipun tugas tersebut dalam situasi sulit, namun ia berhasil mendudukkan dirinya sebagai wali di Mesir (321 H./ 395 M.). pertanda posisinya yang kuat itu adalah gelar Ikhsid yang diberikan oleh khalifah yang tampaknya membawa semacam otonomi.
Sejarah yang di catat oleh Dinasti ini. balam ilmu pengetahuan dan budaya, lahirlah para ilmuwan besar, dan beliau juga mewariskan bangunan-bangunan megah seperti istana al-Mukhtar di Raudah dan taman yang dikenal dengan Bustan al-Kafuri, dan juga didirikan gelanggang yang disebut Maydan al-Ikhsidi.
G. Dinasti Hamdani (293-394 H/ 905-1004 M.)
Pada waktu dinasti Ikhsidi berkuasa di seebelah Utara Mesir, muncul pula dinasti lain sebagai saingannya, dinasti Hamdani yang Syit. Nama dinasti di nisbahkan kepada pendirinya, Hamdan ibn Hamdun, seorang yang berasal dari suku Arab Taghlib. Dinasti ini berkembang menjadi dua yaitu di Musol dan Aleppo. [12]
[1] Ah. Zakki Fuad. Sejarah Peradaban Islam. digilib.uinsby.ac.id hal.181.07/10/2018
[2] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., hal.132-133.
[3] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., hal.134.
[4] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., hal.137-138..
[5] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., hal.139.
[6] P.M. Holt dkk (ed), The Cambridge History of Islam, vol 4 (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), h. 395-396. Dalam buku "Sejarah Peradaban Islam" (Dr.H.Ah.Zakki Fuad, M.Ag)
[7] PM.Holt, The History.., h. 399.
[8] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., h. 148-150.
[9] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., h. 150-152.
[10] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., h. 77-79.
[11] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., h. 79-83.
[12] Moh. Nurhakim, "Sejarah dan peradaban Islam" (Malang: UMM Press, 2004)., h. 83-85.
Download File Dinasti-dinasti Kecil masa bani Abbas dan Kerajaan pasca Dinasti Abbasiyah (Format Docx.)
*Note !! : Format penulisan dalam file telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku
ConversionConversion EmoticonEmoticon